Suara tembakan dapat terdengar dengan jelas. Laki-laki itu, Byantara Nasution yang selama ini menjadi anak emas bagi para komandannya, terus menatap fokus pada objek yang menjadi sasaran tembakannya. Meskipun kemampuannya dalam menembak mendapat pengakuan dari jendral sekalipun, dia tidak akan puas. Byan selalu merasa ada yang kurang dalam dirinya. Dia harus bisa menembak lebih tepat lagi. Musuh bisa datang kapan saja. Disamping itu, Byan ingin cepat lulus. Byan ingin cepat pulang dan pindah tugas ke tempat yang setidaknya tersedia sinyal handphone
"Istirahat dulu bang!". Martin, rekan seperjuangan Byan yang dari tadi memperhatikan, mencoba mengalihkan perhatian Byan yang terus fokus pada objek di depannya
"Jangan ganggu gue Martin. Lo pergi aja sana duluan, gue bakal nyusul nanti". Timbal Byan. Byan kembali menembak timas panasnya pada objek yang sama sekali sudah tidak berbentuk itu
"Kapan? Pas waktunya tidur?". Martin menyindir
"Nah itu lo tau". Jawab Byan tidak peduli
"Lagian kenapa lo terus berlatih sih bang? Kita hanya diberikan waktu 30 menit untuk istirahat, dan setelah itu kita akan kembali berlatih sampai malem"
"Gue cuma butuh waktu 5 menit buat makan dan pergi ke kamar kecil, selebihnya bisa gue gunakan buat berlatih. Bukannya itu bagus?"
"Nggak berlatih pun lo pasti bakal lulus bang. Komandan udah paham betul sama kemampuan lo. Keahlian lo menembak dan pertahanan diri lo mendapatkan nilai terbaik dari semua nilai terbaik selama sepuluh tahun kebelakang. Kecerdasan lo juga diatas rata-rata. Mereka selalu memuji taktik cerdik lo dalam melawan musuh. Lo juga punya sisi kepemimpinan yang hebat. Habis ini lo pasti bakal diajukan naik pangkat". Oceh Martin. Martin heran dengan apa yang ada dalam diri Byan. Ini aneh menurut Martin. Orang biasanya memanfaatkan sebagian waktu bekerjanya untuk beristirahat sebentar tapi Byan malah kebalikannya
"Gue harus meyakinkan kalau itu akan terjadi Martin. Gue harus lulus bulan depan dan mendapat gelar terbaik di akademi ini. Kalau bisa gue juga pengen cepet naik pangkat. Gue mau buat calon istri gue bangga"
"Calon istri lagi! Emangnya sebaik apa sih calon istri lo itu?". Martin benar-benar penasaran dengan calon istri yang selalu disebut-sebut rekannya ini. Apa sih yang dia punya sampai-sampai seorang Byantara Nasution, siswa terbaik di akademi nya tergila-gila pada orang itu
"Dia yang terbaik, Martin. Dia itu baik, dia pinter, dia lucu, dan senyumnya sangat menarik. Dia selalu buat gue ketawa sama tingkahnya. Dia emang sedikit manja tapi dia sangat perhatian. Lo tahu pas dia nganterin gue buat pergi kesini, dia bilang, dia marah sama gue tapi tangannya gak mau ngelepasin gue. Dia itu lucu banget. Gue nggak akan pernah bisa berpaling darinya. Pulang dari sini, gue pasti langsung melamarnya". Byan tidak bisa menahan senyumnya. Memikirkan Kiara saja sudah membuatnya senang
Apa Kiara masih sama seperti Kiara nya yang dulu?, apa kabar dia?, apa dia juga merindukan Byan?. Kalau bisa Byan benar-benar ingin berteleportasi sekarang juga ketempat Kiara dan memeluknya erat. Tidak terasa air mata Byan menetes, Byan merindukan Kiara, sangat merindukannya
"Lo bener-bener memujanya, Bang. Gue nggak percaya prajurit Byantara Nasution bisa menangis juga. Hahaha. Udah berapa lama lo sama cewek lo berhubungan?"
"Sejak 2 SMA, gue nggak inget. Lima tahun mungkin!"
"Gimana kalo cewek lo selingkuh, bang?". Martin benar-benar tidak berniat untuk menakuti Byan, niatnya hanya bercanda, tapi dilihatnya Byan tidak merespon apa-apa. Byan malah diam dan membisu. "Jangan dipikirin bang, gue cuma bercanda. Kalian udah lama berpacaran mana mungkin cewek lo ngebuang lo, iya kan? Hahaha". Martin tertawa hambar
"Lo bener, Martin. Gue harus percaya sama cewek gue. Cewek gue pasti setia kok, gue yakin itu"
Mereka memutuskan untuk menghentikan obrolan ringan mereka dan makan. Waktu istirahat akan habis dalam waktu sepuluh menit. Mereka makan dalam damai sampai alarm tanda musuh datang berbunyi sangat nyaring. Baik Byan maupun Martin langsung meletakkan makanan mereka dan berlari keluar. Mereka sontak berbaris mengikuti teman-temannya dan menunggu perintah dari sang komandan
"Ada musuh terdeteksi di titik 5 sisi Barat Daya. Sekarang kelompok yang bertugas disana mencoba menghalau mereka, saya minta setiap dari kalian berbaris sesuai dengan kelompok masing-masing. Dan masing-masing pemimpin kelompok, arahkan anggotanya untuk bersiap. Kelompok 1 sampai 3 saya tugaskan untuk membantu ke Barat Daya. Kelompok yang tersisa berpencar di titik yang lainnya. Laksanakan!"
Penyerangan lagi, Byan dan teman-temannya ditugaskan untuk mengamankan setiap pemberontak yang berniat mengacau didaerah ini. Kebanyakan dari para pemberontak itu, menurut pemerintah, mereka membentuk organisasi kecil dan berniat memisahkan diri dari Nusantara. Tentu saja secara pribadi pun, Byan tidak akan setuju dengan hal ini, apalagi ditambah dengan status nya sebagai prajurit. Byan sangat bersemangat, dia ingin membasmi hama-hama ini dari negerinya
Byan yang bertugas sebagai pemimpin kelompok 1 segera memberikan perintah bagi anggotanya untuk berangkat, didalam kendaraan militer yang mengangkutnya, Byan tidak menyia-nyiakan waktu dan menyusun taktik yang sudah dipahami betul oleh anggotanya
Sesampainya ditempat tujuan, Byan langsung memberikan perintah agar anggotanya berpencar dan menjalankan taktik mereka. Byan melihat sekeliling. Tidak banyak dari anggota sebelumnya yang bertugas, yang masih tersisa. Sebagian sudah tergeletak entah itu hidup atau tak bernyawa. Dulu mungkin Byan akan merasa takut melihat pemandangan ini, tapi sekarang hanya semangat juang yang Byan rasakan
Kelompok sebelumnya yang berjaga menarik diri kebelakang, mereka kehabisan amunisi sementara, kelompok Byan mengambil alih posisi
Aku pasti selamat. Do'a kan aku Kiara - batin Byan
Byan memberikan kode kepada anggotanya untuk mulai menyerang, 5 jam pertarungan sengit itu berlangsung. Penglihatan Byan mulai kabur. Ia lelah. Byan ingat kalau dirinya tadi hanya makan siang satu suap. Byan sedikit menyesal tidak mendengarkan ucapan Martin sebelumnya
Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, Byan harus tetap bersama anggotanya apapun kondisinya. Byan memang lelah tapi dia tidak akan menarik diri kebelakang dan membiarkan anggotanya melawan musuh tanpanya
Setengah jam kemudian, satu persatu musuh mulai mundur. Pasti mereka kelelahan juga, pikir Byan. Setelah dirasa sudah tidak ada lagi musuh yang tersisa, Byan menyuruh salah satu anggotanya untuk melempar granat, sekedar untuk memastikan
Anggotanya bersorak melihat musuh yang mundur, sementara Byan, dia tidak punya tenaga lagi untuk sekedar bersorak. Byan tumbang di medan perang. Bukan karena tertembak tapi karena kelaparan. Ini memalukan pikirnya. Salah satu anggotanya, menggendong Byan ke posko. Byan sempat mendengar mereka menertawakannya meskipun Byan diambang batas kesadaran
Besoknya kelompok Byan mendapatkan privilege atas jasanya kemaren. Mereka diberi libur satu hari. Byan sempat berpikir untuk berlatih dan melupakan liburnya, tapi mengingat kondisinya semalam, Byan menarik kembali niatnya itu. Byan lebih memilih bermalas-malasan ditempat tidur miliknya yang sempit tidak melakukan apapun
"Lo nggak telpon calon istri lo, bang? Katanya lo rindu dia?". Martin yang merupakan bagian dari anggota Byan sontak menghancurkan pikiran Byan yang baru saja mau sampai ke Jakarta tepat kerumah Kiara. Apa Kiara masih tinggal dirumah?
"Nggak ada sinyal". Byan menjawab singkat
"Usaha dong bang, cari sinyal. Jangan usaha nya lo habisin dengan mengejar pangkat".
"Gue kan ngelakuin itu buat jaga dia juga. Agar cewek gue bangga punya suami kaya gue. Lagian mau cari sinyal kemana, sebagian besar wilayah ini hanya hutan. Gue pikir bakal sama aja, sinyalnya tersangkut di pohon"
"Gue denger 100 meter dari titik barat bisa menangkap sinyal. Nggak banyak sih tapi lumayan lah buat ngedengerin suara pujaan hati". Martin menggoda Byan
"Lo tahu darimana?"
"Tanya dong, bang. Makanya sosialisasi sedikit. Ini kesempatan bagus loh bang, karna kayanya musuh nggak akan menyerang hari ini. Mereka kehilangan cukup banyak anggota kemaren dan kita juga cukup menguras tenaga mereka, mereka pasti kelelahan"
"Lo pikir anggota mereka cuma itu-itu aja?"
"Ah udahlah lebih baik lo coba hubungi pacar lo aja sana". Martin mendorong Byan keluar dari asrama
Byan sampai di titik barat, dia berjalan lagi 500 meter ke kanan meskipun dia tidak cukup yakin tapi apa salahnya dicoba. Dan benar saja, ada sinyal telpon disana. Tidak banyak sih hanya satu strip kecil tapi itu juga patut disyukuri
Byan mengetik nomor Kiara, memencet tombol telpon dan menunggu nada sambung berbunyi. Tidak diangkat. Kemana Kiara? Kuliah kah? Byan sempat khawatir, dia terus mencoba menelpon Kiara. Byan berhenti dipercobaannya yang ke 25. Byan mencoba menghubungi Devon, 5 kali tidak tersambung. Byan menyerah. Kemana mereka? Tinggal satu orang lagi harapan Byan, Yasmin. Dan untungnya tidak butuh waktu lama untuk Yasmin mengangkat telpon Byan
"Ha..."
"Yasmin!". Belum sempat Yasmin mengucapkan salamnya, Byan sudah menyambar
"Byan! Apa kabar?"
"Baik, Yas. Lo sendiri gimana?"
"Gue baik"
Mereka sempat berbincang beberapa menit hanya obrolan ringan untuk memecah suasana. Karena Byan akan merasa tidak enak kalau menelpon Yasmin hanya untuk menanyakan Kiara
"Yasmin, lo tahu Kiara lagi ada dimana sekarang?". Pertanyaan Byan sontak membuat Yasmin kaget. "Gue sempet pengen nelpon Kiara tapi Kiara nggak angkat telpon gue bahkan sampe ke-25 kali gue coba buat menghubungi Kiara. Gue juga tadi mencoba buat nelpon Devon, Devon juga mencoba matiin handphone nya. Lo tahu kemana mereka?"
Yasmin bingung. Dia ingin bilang sebenarnya tapi dia takut. Kiara masih belum berubah rupanya. Kiara dan Devon menghilang bersama bukankah bisa ditebak apa yang mereka lakukan. Yasmin pikir Kiara bakal berubah setelah menangis meraung-raung malam itu ternyata percuma saja Yasmin mengatakannya. Kau jatuh terlalu dalam Kiara
"Gue nggak tahu, Byan. Mungkin mereka lagi ngerjain tugas. Lo tahu kan, gue setahun diatas mereka jadi gue nggak tahu sama aktivitas kuliah mereka". Terpaksa, Yasmin terpaksa membohongi Byan lagi
"Oh begitu. Padahal gue pengen banget ngomong sama Kiara. Gue rindu banget sama Kia"
Entah kenapa Yasmin jadi sangat bersalah. Lihat saja nanti Kiara. Kau berhasil menyakiti orang sebaik Byan, kau pasti akan menanggung akibatnya. Yasmin sudah lama kehilangan respect terhadap Kiara sejak Kiara mulai selingkuh. Yasmin mungkin masih menganggap Kiara sebagai sahabatnya tapi jujur Yasmin juga sangat jengkel terhadap Kiara
"Mungkin lain kali, Byan. Ada yang pengen lo sampein?". Yasmin mencoba menghilangkan emosinya dalam berbicara dan bersikap manis pada Byan
"Gue mungkin pulang bulan depan. Tolong bilangin, gue minta maaf karna nggak bisa sering nelpon Kia. Gue disini berjuang buat Kia. Tolong bilangin juga kalo gue bener-bener rindu sama Kia dan sangat mencintainya"
Yasmin hampir menangis. Byan sangat bodoh. Seandainya Byan tahu apa yang dilakukan pacarnya itu
"Nanti gue sampein ke Kia. Ada lagi Byan?"
"Bilangin juga sama Kia buat selalu menjaga kesehatan. Tolong jaga Kia ya, Yasmin. Terimakasih, gue berhutang banyak sama lo"
"Sama-sama Byan". Lalu Byan menutup telponnya
Harusnya lo jangan berterima kasih Byan. Gue telah gagal menjaga harta lo yang paling berharga. Kiara, dia bukan Kiara lo yang dulu - Yamin merintih dalam hati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Net
apa jadinya klo byan tau calon istrinya itu LG main" di belakang nya pasti sakit tuh hatinya😔udh lah mending byan ma gue eh maksudnya Yasmin atau gak cari yg lain aja biar si lon- uh itu sadar diri😤 wkwk
2021-06-01
0