PERJALANAN DIMULAI

Ibunda Wali Ratu mengantar kepergian Sanura. Sebelumnya terjadi sebuah perdebatan kecil. Sanura tidak setuju jika harus bepergian dengan pengawalan, sedangkan Ibunda Wali Ratu tetap memaksa kepergian Sanura harus disertai dengan pengawalan.

"Ibunda bukankah sangat mengetahui akan kemampuan olah Kanuragan Sanura. Nura bisa menjaga diri sendiri Ibunda."

"Tidak Sanura. Bawalah dua orang Senopati dan beberapa prajurit untuk mengawal perjalananmu. Bagaimanapun keselamatanmu lebih diutamakan dari apapun juga. Kamu tidak ingin Ibunda khawatir secara berlebihan bukan?"

"Tapi Ibunda?"

"Sudah cukup. Ibunda tidak mau dibantah lagi. Ibunda ini ibumu, apakah kau sudah tidak menuruti perintah ibumu ini?"

"Ananda Ratu niat Ibunda Wali Ratu semata-mata dikarenakan kekhawatiran seorang ibu akan keselamatan anaknya. Di sisi lain sudah selayaknya sebagai seorang ratu meskipun dalam penyamaran tetap disertai dengan pengawalan," Mahapatih Manggala Swara mencoba memberikan penjelasan kepada ratu momongannya itu.

Alhasil Sanura bersedia dikawal oleh beberapa pengawal.

Senopati Jaladhi, Senopati Apsara, dan delapan orang prajurit ditugaskan untuk menemani kepergian Ratu Sanura untuk melanglang ke negeri daratan.

Sanura membawa beberapa pakaian yang sederhana, panah dan gendewanya, sebuah keris yang bukan sembarang keris, beberapa buntalan kecil yang berisi kepingan uang, tak lupa dibawanya serta Antari salah satu kuda betina yang menjadi kesayangannya.

"Nura bangsa manusia yang di daratan berbeda dengan bangsa kita yang tinggal di lautan. Hati-hatilah di sana, carilah dan dapatkan yang engkau cari, dapatkan pelajaran kehidupan di sana, bawa oleh-oleh untuk rakyatmu saat kau kembali ke Sagaralaya."

"Maksud Ibunda?"

"Oleh-oleh atas segenap ilmu kebaikan yang telah kau peroleh dalam perjalananmu. Harta sekedar hiasan dunia semata tapi ilmu sangat bermanfaat sampai kapanpun juga," nasehat Ibunda Wali Ratu kepada putrinya.

"Benar yang dikatakan oleh Ibunda Wali Ratu. Anakku Ratu Sanura, Eyang Guru hanya sekedar melanjutkan apa yang disampaikan oleh Ibundamu. Harta dunia dicari maka kecukupan akan hartalah yang diterima, tapi jika ilmu yang menjadi tujuanmu maka harta dan kehormatan akan secara selaras akan mengikuti dalam perjalanan hidup. Sehingga tidak akan membuatmu terjerumus dalam urusan duniawi saja."

"Baik Eyang Guru. Segala nasehat dari Ibunda Wali Ratu, Paman Mahapatih Manggala Swara, dan Eyang Guru, akan selalu Sanura ingat dan akan menjadi bekal dalam perjalanan."

"Anakku ini bunga mawar putih yang dibeli dari pemilik taman bunga di wilayah daratan. Pakailah bunga mawar ini dan selipkan digelung rambutmu. Bila bunga ini layu Ananda beli atau cari lagi bunga mawar putih di negeri daratan."

"Baik Ibunda."

Di lapangan Kerajaan Laut Segaralaya berkumpul Senopati dan prajurit yang bertugas untuk menyertai Ratu Junjungan mereka untuk berkelana.

"Pasukan Kelana itulah sebutan untuk kalian saat ini. Lindungi Ratumu dimanapun berada. Jangan biarkan bahaya mencelakai Sang Ratu. Meskipun Ratu Sanura mumpuni dalam olah kanuragan tapi marabahaya bisa datang dari sisi manapun. Jangan lalai. Keselamatan Sang Ratu yang utama. Paham Pasukan Kelana?" Panglima Senopati Sawu Banyu menjelaskan dengan tegas dan keras kepada semua Pasukan Kelana. Diperhatikannya satu persatu wajah demi wajah yang menjadi bagian pasukan ini, dipastikannya bahwa mereka akan mampu menjaga keselamatan Ratu Sagaralaya dari segala bahaya.

Panglima Senopati Sawu Banyu manggut-manggut merasa puas dengan semua anggota dari Pasukan Kelana. "Tidak mengecewakan," gumamnya.

Sebenarnya dirinya ingin menyertai Ratu Sagaralaya berkelana ke negeri daratan, tapi tidak diijinkan oleh Sang Ratu sendiri.

"Keselamatanku merupakan hal utama, tapi keselamatan Ibundaku dan kerajaanku lebih utama. Sanura boleh mati tapi Kerajaan Laut Segaralaya tidak boleh hancur apalagi mati. Sanura pergi berkelana tapi kerajaan ini harus tetap pada tempatnya. Sagaralaya tidak boleh hancur tidak boleh luka! Paham kalian semua?" suara Sanura menggema mengisi relung-relung hati, mengetuk semua pintu jiwa kekesatriaan untuk mengabdi sepenuh hati menjaga dan membela negeri. Ratunya yang hanya seorang wanita tidak pernah cengeng, sepasang kakinya berdiri kukuh, senantiasa berwibawa, lalu sebagai pasukannya sebagai seorang lelaki haruskah mereka menangis dan bersedih? Tidak. Setiap hati berkata ini negeriku jiwa ragaku untuk negeriku.

Pasukan kecil ini mulai berlari dengan kuda-kudanya. Mengawal Ratu Sagaralaya. Mereka berlari di atas permukaan laut. Ada seorang emban muda yang diikutsertakan di pasukan ini. Emban Baluh Jingga. Tugasnya untuk membantu memenuhi semua kebutuhan ratunya.

"Ratu sekarang sudah di pesisir pantai. Apa yang selanjutnya harus kita lakukan?" tanya Senopati Jadhipa.

Sanura terdiam. Ditatapnya permukaan laut yang tenang.

Waktu sudah malam. Memang dipilih perjalanan di waktu malam untuk meninggalkan Kerajaan Sagaralaya agar saat sudah di daratan tidak menjadi perhatian penduduk wilayah pesisir. Angin darat mulai bergerak pelan. Angin darat banyak dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mencari ikan di malam hari. Angin ini bergerak dari daratan ke lautan dan biasanya terjadi di malam hari saat udara di daratan lebih dingin daripada udara di lautan. Karena lebih panas, maka udara yang ada di laut bergerak menuju ke atas. Karena itu terjadi kekosongan udara di laut, dan tekanannya menjadi rendah. Sedangkan di darat yang terjadi adalah tekanan yang lebih tinggi karena suhunya lebih dingin. Karena perbedaan tekanan ini, maka seluruh udara yang ada di darat akan bergerak menuju ke laut. Itulah salah satu kehebatan manusia dalam mempelajari dan menggunakan alam untuk kemaslahatan hidup. Membawa sampan dan kapal nelayan untuk mencari ikan di lautan.

Senopati Apsara berjalan mendekati salah seorang dari nelayan yang hendak melaut.

"Bapak bolehkah saya tahu nama desa ini?" tanya Senopati Apsara.

"Ini desa Banyu Janaloka. Khisanak semua dari mana? Apakah baru pertama kesini?"

"Tidak Bapak. Kami sering melewati daerah ini cuma tidak pernah mengetahui nama dari desa ini," kilah Senopati Apsara.

"Oh ya sudah. Aku mau pergi melaut mumpung anginnya sedang bagus."

"Baik Bapak. Terima kasih untuk pemberitahuannya."

"Khisanak ini lucu aku tidak memberimu apa-apa tapi kau malah berterima kasih padaku. Sudahlah aku pergi dulu." Bapak nelayan mendorong sampannya ke arah laut. Lalu dinaikinya sampan itu.

Agar tidak menjadi perhatian sekitar Sanura dan pasukan kelana segera menderap kuda mereka untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah cukup jauh perjalanan dan malam semakin beranjak gulita dibawa berhentilah kuda-kuda mereka di sebuah hutan kecil yang terdapat aliran sungai di sebuah sisinya.

Dua orang prajurit dengan sigap membawa semua kuda yang ada untuk minum sepuasnya di sungai itu. Setelah kuda-kuda itu memenuhi kebutuhan hausnya dibawalah kuda-kuda itu untuk merumput agar esok bisa kembali melanjutkan perjalanan.

Pasukan kelana berkumpul termasuk emban Baluh Jingga. Duduk mengitari api unggun untuk mengusir dinginnya malam dan untuk menghalau keberadaan hewan-hewan liar di sekeliling mereka. Beberapa prajurit bergantian untuk berjaga.

Terpopuler

Comments

Maulana 80

Maulana 80

maaf prtanyaan y apakah ada, kereta kencana brjalan diatas air laut maaf

2021-05-04

3

Maulana 80

Maulana 80

ini kaya cerita asli iya

2021-05-03

2

Maulana 80

Maulana 80

asli ini bgus bgt

2021-05-03

1

lihat semua
Episodes
1 Ratu Sanura
2 DALAM SEMEDI
3 IBUNDA RATU MENGETAHUINYA
4 BUKAN UP
5 PERJALANAN DIMULAI
6 CANDANI PARAMITA
7 PETAKA DI DESA KARANGWUNI
8 MENGHILANG
9 PENGUMUMAN
10 PERTARUNGAN DI PINGGIR SUNGAI
11 LINTANG SAMUDERA
12 MAWAR PUTIH BERKELOPAK DELAPAN SUSUN
13 DUA HATI
14 KERIS SARPA HASTHA
15 APSARA DAN BALUH JINGGA
16 CINTA DI KARANGWUNI
17 PENYELIDIKAN PASUKAN KELANA
18 SANTIKA DARLIAH
19 MAKNA TERSEMBUNYI BUNGA MAWAR PUTIH BERSUSUN DELAPAN
20 SUASANA MENCEKAM
21 MALAM PEMBALASAN DENDAM
22 PERISAI AIR DAN ANGIN
23 UPACARA PEMUJA IBLIS
24 PERGI
25 GUNUNG WADAS PUTIH
26 NIMAS AYU PALUPI
27 KERAJAAN CITRALOKA
28 WASIAT
29 BERSATU WAKTU
30 LEMBAH CHEDANA
31 MATA-MATA
32 PASAK BUMI LEMBAH CHEDANA
33 PUTAR BUMI
34 RUH RIMBA
35 ULAR BURAKSA
36 PELINDUNG SEJATI
37 KABUT DAN EMBUN
38 RAJA ULAR MUDA
39 PERMINTAAN MAAF
40 RAJA DAN RATU ULAR
41 DI BAWAH SINAR BULAN
42 GOA RAHASIA
43 MANTRA PENJARA SUKMA
44 CINTA TAK BERBALAS
45 PERTEMUAN KEMBALI DENGAN PASUKAN KELANA
46 BUKAN UP
47 PASUKAN SILUMAN
48 MENANTI HARI
49 SERANGAN ILMU SIREP
50 SELAMAT TINGGAL PUTERI PAMBAYUN
51 PENGUMUMAN
52 SANDERA
53 ALAM SARPA HASTHA
54 SI ORANG TUA GILA
55 PENYUSUPAN
56 BUKAN UP
57 KABUR YANG MENGGEMPARKAN
58 MEMADU KASIH
59 SEPASANG MATA TERSEMBUNYI
60 SIHIR GADIS RAMANIYA
61 POHON JADI-JADIAN
62 SIHIR DARAH
63 GORA
64 JANGAN BERPALING HATI
65 SERANGAN DI PAGI HARI
66 PRAHARA KERAJAAN ULAR
67 MUSTIKA PELINDUNG SEJATI
68 PENCULIKAN
69 PENYELIDIKAN
70 GOA PENGANTIN
71 GUGUSAN BINTANG
72 PENYELAMATAN
73 API, ANGIN, PETIR
74 KELAHIRAN
75 BUKAN UP
76 RATU SAMUDERA
77 BAYANGAN
78 SAKA
79 PESONA
80 BUKAN UP
81 LATIHAN PERANG
82 MENJALANKAN RENCANA
83 PENJARA DASAR LAUT
84 SINGO BADI
85 BUKAN UP
86 LETUSAN GUNUNG BERAPI
87 PERBATASAN
88 PERSIAPAN PERANG
89 BALA TENTARA ULAR
90 BUKAN UP
91 CINTA DARI MASA LALU
92 DEWI BUNGA AIR
93 PERANG KESATU
94 PERANG KEDUA
95 KIDUNG KEMATIAN
96 BUKAN UP
97 AMUKAN
98 SEGEL
99 BERSATUNYA PASUKAN
100 PARA PERTAPA LAUT
101 JAGRATARA
102 TELAGA LANGIT
103 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Ratu Sanura
2
DALAM SEMEDI
3
IBUNDA RATU MENGETAHUINYA
4
BUKAN UP
5
PERJALANAN DIMULAI
6
CANDANI PARAMITA
7
PETAKA DI DESA KARANGWUNI
8
MENGHILANG
9
PENGUMUMAN
10
PERTARUNGAN DI PINGGIR SUNGAI
11
LINTANG SAMUDERA
12
MAWAR PUTIH BERKELOPAK DELAPAN SUSUN
13
DUA HATI
14
KERIS SARPA HASTHA
15
APSARA DAN BALUH JINGGA
16
CINTA DI KARANGWUNI
17
PENYELIDIKAN PASUKAN KELANA
18
SANTIKA DARLIAH
19
MAKNA TERSEMBUNYI BUNGA MAWAR PUTIH BERSUSUN DELAPAN
20
SUASANA MENCEKAM
21
MALAM PEMBALASAN DENDAM
22
PERISAI AIR DAN ANGIN
23
UPACARA PEMUJA IBLIS
24
PERGI
25
GUNUNG WADAS PUTIH
26
NIMAS AYU PALUPI
27
KERAJAAN CITRALOKA
28
WASIAT
29
BERSATU WAKTU
30
LEMBAH CHEDANA
31
MATA-MATA
32
PASAK BUMI LEMBAH CHEDANA
33
PUTAR BUMI
34
RUH RIMBA
35
ULAR BURAKSA
36
PELINDUNG SEJATI
37
KABUT DAN EMBUN
38
RAJA ULAR MUDA
39
PERMINTAAN MAAF
40
RAJA DAN RATU ULAR
41
DI BAWAH SINAR BULAN
42
GOA RAHASIA
43
MANTRA PENJARA SUKMA
44
CINTA TAK BERBALAS
45
PERTEMUAN KEMBALI DENGAN PASUKAN KELANA
46
BUKAN UP
47
PASUKAN SILUMAN
48
MENANTI HARI
49
SERANGAN ILMU SIREP
50
SELAMAT TINGGAL PUTERI PAMBAYUN
51
PENGUMUMAN
52
SANDERA
53
ALAM SARPA HASTHA
54
SI ORANG TUA GILA
55
PENYUSUPAN
56
BUKAN UP
57
KABUR YANG MENGGEMPARKAN
58
MEMADU KASIH
59
SEPASANG MATA TERSEMBUNYI
60
SIHIR GADIS RAMANIYA
61
POHON JADI-JADIAN
62
SIHIR DARAH
63
GORA
64
JANGAN BERPALING HATI
65
SERANGAN DI PAGI HARI
66
PRAHARA KERAJAAN ULAR
67
MUSTIKA PELINDUNG SEJATI
68
PENCULIKAN
69
PENYELIDIKAN
70
GOA PENGANTIN
71
GUGUSAN BINTANG
72
PENYELAMATAN
73
API, ANGIN, PETIR
74
KELAHIRAN
75
BUKAN UP
76
RATU SAMUDERA
77
BAYANGAN
78
SAKA
79
PESONA
80
BUKAN UP
81
LATIHAN PERANG
82
MENJALANKAN RENCANA
83
PENJARA DASAR LAUT
84
SINGO BADI
85
BUKAN UP
86
LETUSAN GUNUNG BERAPI
87
PERBATASAN
88
PERSIAPAN PERANG
89
BALA TENTARA ULAR
90
BUKAN UP
91
CINTA DARI MASA LALU
92
DEWI BUNGA AIR
93
PERANG KESATU
94
PERANG KEDUA
95
KIDUNG KEMATIAN
96
BUKAN UP
97
AMUKAN
98
SEGEL
99
BERSATUNYA PASUKAN
100
PARA PERTAPA LAUT
101
JAGRATARA
102
TELAGA LANGIT
103
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!