Ratu Sanura disambut oleh segenap pelayan yang ada. Kereta kencana langsung diambil alih oleh pekatik ( pengurus kuda kerajaan ) untuk dipenuhi kembali kebutuhan untuk tenaganya. Disisirnya surai kuda-kuda milik ratunya. Sepasang kuda yang gagah. Kuda jantan dan betina. Ratunya junjungannya yang begitu mengayomi segenap rakyatnya.
"Kolam pemandian sudah siap Kanjeng Ratu,"ucap bibi emban Citra. Bibi emban Citra yang sudah merawat Ratu Sanura sedari kecil. Sehingga dirinya menjadi salah satu orang kepercayaan sang ratu.
Ratu Sanura langsung memasukkan dirinya ke dalam kolam pemandian segiempat dengan undak-undakan yang berjumlah lima undakan, lebar kolam mandi tersebut berukuran lima depa untuk panjangnya dan tiga Depa untuk lebarnya ( Depa \= panjang tangan yang direntangkan ), kelopak bunga-bunga segar dan wangi mengisi kejernihan dan kebeningan kolam pemandian itu. Aromanya begitu mewangi menenangkan hati dan pikiran.
Melanglang wilayah merupakan hal yang rutin dilakukannya. Sang ratu tidak hanya menghendaki sekadar laporan dari bawahannya, karenanya untuk membuktikan semua laporan bawahannya akan dilakukannya melanglang wilayah. Setiap habis melanglang wilayah maka Ratu Sanura membersihkan diri di kolam mandinya.
Setelah selesai merenda kesegaran, sang ratu memasuki ruang semedinya. Akhir-akhir ini di setiap semedinya nampak wujud seorang pemuda yang mendekatinya. Dirinya memang belumlah bersuami. Banyak yang mendambakan untuk bisa menjadi suaminya tapi hati sang ratu seolah-olah terkunci rapat oleh sebuah gembok baja yang kuncinya entah dipegang oleh siapa. Pemuda ini sering datang dalam semedinya tapi untuk wujud wajah belumlah tampak masih samar-samar belaka. Yang tampak bahwa pemuda ini seolah-olah menunggunya, menantinya, membuat hatinya tergelitik untuk mencari keberadaan pemuda ini.
"Wahai pemuda, mengapa dirimu selalu hadir dalam semediku?" tanya Ratu Sanura dari alam bawah sadarnya.
Pemuda itu berjalan mendekat. Sehingga tampaklah keindahan wajahnya di hadapan Kanjeng Ratu. Hati Sanura berdegup wajah pemuda ini menghadirkan sebuah getaran di hatinya, sesuatu yang terasa indah dan menenangkan, merindukan dan menyakitkan.
Pemuda itu tersenyum. Tidak ada kemewahan dalam dirinya tapi tatap matanya membawa siapapun terlarut dalam alam yang berada di alam mata itu. Mata itu begitu dalam. Tapi bukan Sanura namanya jika harus kalah dalam pandang mata.
"Wahai pemuda perkenalkanlah dirimu dan sampaikan keperluanmu yang membuatmu senantiasa hadir dalam semediku!' perintah Ratu Sanura dari alam bawah sadarnya. Sanura memandang pemuda itu dengan tenang. Posisi ratu yang dipangkunya ini menuntutnya untuk berani menegakkan diri dan memandang siapapun itu.
"Aku bukanlah siapa-siapa. Aku tidak mempunyai kepentingan apapun kepadamu. Aku hanya ingin mendatangimu," jawab pemuda itu dengan tidak kalah tenangnya.
"Lalu siapakah namamu," tanya Sanura.
"Aku adalah Segaralaya," jawab pemuda itu dan secara perlahan-lahan kabut datang mengiringi kepergiannya.
Ratu Sanura terbangun dari semedinya. Perlahan-lahan dibukanya matanya. Dirinya kembali merenung.
"Segaralaya itu adalah nama kerajaanku. Apa maksudnya dengan menyebutkan nama itu," ucap Sanura di dalam hati. Sebenarnya bukan nama itu yang membuatnya tertegun. Tapi keberadaan pemuda itu sendiri.
Apa maksudnya menemuiku, siapakah dia wajah dan tubuhnya dikelilingi oleh cahaya putih. Apakah dia orang yang kunanti untuk mendampingiku. Hatiku ini rasanya terkunci rapat dan kerinduan ini sebenarnya untuk siapa. Bahkan sebelum pemuda itu datang di semediku, aku sudah memiliki rasa kerinduan ini yang rasanya sangat menyakitkan tapi begitu indah. Begitu sakit sampai membuatku meneteskan air mata yang secara perlahan-lahan menetes mengiringi kerinduanku. Sesuatu yang mengisi ruang kosong yang hampa. Mengetuk-ngetuk ruangan itu agar sedianya sang tuan rumah bersedia membukanya. Bila rasa kerinduan itu datang dan Sanura tidak sanggup lagi menahannya, maka larutlah Ratu Sanura dalam lautan semedinya. Kerinduan ini mampu membawanya memasuki dalam alam keheningan. Begitu hening hanya diisi oleh dirinya yang merindu dan sembah sujudnya kepada Sang Pencipta. Kerinduan ini menuntut untuk dimuliakan untuk diagungkan di hadapan Sang Pencipta. Sanura tidak tahu harus membawa kemana rasa rindu yang menyiksa ini, dan di setiap renungannya akhirnya dibawalah rasa rindu ini kehadapan Sang Pencipta. Dalam hening dalam ketenangan melarutkan diri dalam samudera kerinduan yang tak bertepi.
🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸💐
Semoga novel ini bisa diterima oleh readers semua. Vote, like, dan comment para reader semua merupakan penghargaan terbaik untuk author. Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
mutoharoh
lanjut bacanya 🤗🤗🤗
2021-06-23
0
🌿|| Riyana Livia ||🌿
lanjut
2021-06-08
2
🌷Anggiria Dewi ❤️
masih baca 2 part ....
2021-05-25
2