Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara Zahra melirik Tuan Arga tengah fokus dengan ponselnya. Niat Zahra ingin bertannya namun ragu-ragu rasanya hari ini adalah hari yang melelahkan dan hari yang aneh baginya. Semakin Zahra pikirkan rasa penyesalan dalam dirinya semakin mendalam didalam hati.
Sesampainya di halaman rumah Tuan Arga, Zahra tidak henti-hentinya berdecak kagum saat melihat rumah mewah bagian depan Tuan Arga Zahra berpikir seberapa banyak kekayaan seorang Tuan Arga sampai rumahnya semewah dan sebesar ini, karena bagi Zahra melihat rumah mewah hanya pernah melihat di dalam TV saja. Namun, sekarang ia tengah berdiri tepat dihalaman rumah yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
"Apa kau akan terus berdiri di situ dan memandangi rumah ku?" tannya Tuan Arga.
"Iya." Tanpa sadar Zahra menjawab dan menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangan pada sumber suara.
"Baiklah, teruslah berdiri disana." Perintah Tuan Arga dan berlalu masuk kedalam rumah dan mengabaikan para pelayan yang berjajar menyambut kedatangannya.
"Eh, bukan itu maksud ku..." Zahra tersadar dari keterpesonaannya dan melangkah mengikuti Tuan Arga masuk kedalam rumah.
Masyaallah orang kaya begitu ya, pulang kerumah saja disambut dengan pelayang yang berjajar rapih, ini mah sultan. Pikir Zahra saat melihat para pelayan menyambutnya dengan hormat.
Saat tengah kebingungan karena tidak tau harus kemana setelah masuk kedalam rumah mewah tersebut Zahra memutuskan untuk mencari keberadaan Tuan Arga suaminya.
"Permisi, tolong beritahu saya dimana Tuan Arga Berada?" tannya Zahra pada salah satu pelayan wanita.
"Tuan Arga ada..." Belum selesai pelayan wanita itu menjawab, dari belakang Zahra terdengar suara seorang pria.
"Tuan Arga tengah berada di ruang kerjanya Nyonya. Perkenalkan saya Sofyan kepala pelayan dirumah ini panggil saja saya pak Yan dan beliau menyuruh saya untuk mengantar anda menuju kamar untuk beristirahat." Seorang pria paruh baya menjelaskan dengan menuntun Zahra masuk ke dalam lif.
Pemberitahuan ya rumah Tuan Arga itu seperti mantion besar dan mewah berlantai Empat.
lantai bawah khusus untuk para tamu, lantai dua terdapat kamar dan juga tempat fitness, lantai tiga untuknya berkerja dan lantai paling atas kamar tidur Tuan Arga seorang dan juga tempat untuknya bersantai.
"Rumahnya benar-benar... sampai ada lifnya juga." gumam Zahra.
"Em Kita menuju lantai Empat?" ucap Zahra sembari melirik pada pak Sofyan.
"Benar, Nyonya. Lantai empat kamar Tuan Arga."
"Tinggi sekali, kenapa dia suka ditempat yang tinggi sih, kalau jatuh kan sakit." gumam Zahra lirih. Namun, masih terdengar oleh pak yan.
Nyonya muda ini sangat polos dari mana Tuan mendapatkannya, tetapi baguslah akhirnya Tuan mendapatkan pendamping hidup. terimakasih ya Tuhan.
Setelah kepergian pak Yan Zahra termenung dan asik berbicara sendiri.
"Allah indah sekali pantesan dia memilih lantai paling atas untuk dijadikan kamarnya, wah benar-benar menakjubkan." Zahra tak henti-hentinya bergumam melihat pemandangan yang indah dari kamar yang hannya berdindingkan kaca di sebelah sisi selatan.
"Lebih baik aku membersihkan diri dulu, setelah itu akan ku puaskan mataku melihat pemandangan ini," ucap Zahra pada dirinya sendiri.
"Eh tunggu, aku kan kesini gak bawa apa-apa, semua baju dan barangku masih ada di kontrakan, lalu aku harus pakai apa? Oh bukannya tadi Pak Yan bilang kalau semua keperluanku telah disiapkan, aku cari dulu deh."
Sementara itu di lantai tiga.
"Bagaimana kau telah mengantarkannya." Tuan Arga menutup dokumen yang tengah ia baca dan melepas kacamatanya setelah Pak Yan masuk.
"Sesuai perintah anda Tuan, saya telah mengantarkan Nyonya ke lantai atas." Pak yan menjawab dengan hormat.
"Bagus, kau sudah persiapkan yang kuperintahkan tadi."
"Sudah,Tuan." Pak yan menyodorkan map hijau kepada Tuan Arga.
"Baiklah, kau boleh pergi,"
Aku ingin tau kelinci kecil ku sedang berbuat apa didalam kamarku. Batin Tuan Arga serayan berjalan menuju lantai empat dengan memperlihatkan kedua ujung bibirnya tertarik ke atas.
Di kamar lantai empat.
Zahra terus beristigfar karena apa yang diucapkan pak yan bukanlah bualan saja, semua keperluannya telah tertata rapi di dalam kamar itu. Zahra merasa bagaikan dalam mimpi karena dalam sekejab ia menikahi seorang pria kaya raya dan kini tengah bearada di kamarnya. Setelah mengakhiri kekaguman dan ke ajaiban yang tengah terjadi pada dirinya zahra masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Arga tengah mengamati setiap sudut kamarnya tidak ada yang berubah hannya tercium bau parfum wanita dan gemricik air dari dalam kamar mandi.
Setelah selesai Zahra keluar dari kamar mandi dan menuju meha rias untuk mengeringkan rambut yang kini tengah dibalut handuk kecil dan di situ ia meletakkan hijab dan cadarnya.
Tanpa disadari oleh Zahra sepasang mata elang tengah memperhatikannya di balik sofa. Arga tengah melihat semua yang dilakukan oleh Zahra, bahkan kini terlihat jelas wajah cantik Zahra karena ia tidak mengenakan hijab maupun cadarnya.
Seperti ada orang yang mengawasi Zahra pun mengedarkan pangannya keseluruh kamar dan betapa kagetnya ia mendapati Arga tengah duduk disofa dan tengah memandangnya dengan lekat.
Zahra tidak tahu harus berbuat apa, pipinya memerah seperi tomat karena malu bahkan ia merutuki kebodohannya yang tidak membawa hijab dan cadarnya ke dalam kamar mandi. Tanpa Zahra tahu Arga telah berada di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
arga pasti nyesel ya nilah sm zahra..lanjuut
2022-06-09
1
Noer Anisa Noerma
🤭🤭🤭
2022-03-31
0
Astria
w.O.w....
2022-01-25
0