Arska memasuki gerbang istana di sambut oleh para pengawal. Masih menjadi suatu hal yang tabu jika seorang putri mahkota keluar dari kerajaan tanpa pemberitahuan para dayang membuat seisi istana mencarinya. Arska di interogasi di Aula kerajaan, seakan dia telah melakukan kesalahan yang teramat besar.
“Aku sedang tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang kalian lontarkan, ijinkan aku pergi untuk mengantar obat untuk Raja.” Ucap putri Arska memohon sepuluh jari.
“Baiklah Tuan putri, namun urusan ini akan berlanjut dengan surat kerajaan.” kata salah satu aparat kerajaan.
Setelah mendapat persetujuan, Arska berlari mencari pintu kamar Raja. Di dalam sana sudah penuh para anggota kerajaan yang sedang melihat keadaan Raja. Setelah Arska memasuki ruangan, sang Permaisuri langsung menarik Arska untuk mendekati tepi ranjang.
“Ananda, kemarilah ayah akan mengalihkan tahta kerajaan sebagai pengganti kepemimpinan, uhukk..uhuk” ringkih suara sang Raja menatap sendu Arska yang tampak mengalirkan genangan hujan di sudut netra.
“Tidak ayahanda, Arska telah membawa obat yang paling mujarab untuk kesembuhan mu."
Arska membuka dan menyodorkan sisik ular piton hitam yang semula dia bungkus, melihat sisik yang di tunjukkan oleh Arska membuat semua orang riuh saling berbisik dan melemparkan perkataan. Bahkan mustahil bila sesosok jin sekalipun bisa mengalahkan kehebatan ular penguasa dekat lembah sungai jin. Lalu mereka menyorot mata tertuju melihat Arska. Salah satu punggawa istana mendekati putri jati jajar itu dan mengamati sisik ular yang masih tercium amis dan berlendir.
“Benar sekali, ini sisik ular yang kita maksud” sang punggawa mengambil salah satu sisik ular tersebut.
“Wahai ananda, kami ucapkan terimakasih engkau sungguh putri kami yang pemberani, tapi ayahanda dan ibunda sangat menghawatirkan mu."
“Maafkanlah daku wahai ayah dan ibunda.”
“Baiklah para tabib, cepat segera racik ramuan obat Raja” perintah Ratu sambil menggenggam erat tangan Raja.
Bahkan bila harus pergi, maka jauh di dalam hati sang Ratu ingin ikut menyusul baginda Raja. Mereka bagai sepasang merpati yang tidak bisa terpisahkan. Lalu bagaimana dengan nasib tuan putri Arska?
Kerajaan jati jajar bagaikan sebutir telur yang berada di ujung tanduk.
Tiba-tiba terdengar suara pukulan tabuh gong tanda perang, musuh telah menuju perbatasan wilayah dengan beribu pasukan yang menyerang. Panglima perang dan para pasukan berlari memakai baju besi dan membawa senjata . Sinyal darurat yang di layangkan musuh, Arska meminta ijin kepada Raja dan Ratu untuk ikut berperang.
“Wahai Ratu, ijinkanlah ananda memasuki medan tempur.” Arska membungkuk meminta dengan sangat lembut, sementara sang Raja sudah kembali tertidur begitu lemas tidak berdaya.
“Engkau adalah putri mahkota yang menjadi harapan kerajaan, ibunda tidak akan membiarkan mu terluka sebelum Raja kembali pulih.” Ujar Ratu menekan nada gusar.
Busur-busur anak panah dan pertempuran kali ini membuat salah satu sayap pelindung kerajaan kembali terluka. Komandan perang penjaga perbatasan telah mati di bunuh oleh musuh, kabar keretakan istana terdengar oleh Arska, dayang nanjam membisikkan pelan agar tidak ada yang mendengarkan. Arska memberi sinyal untuk melancarkan aksinya, dia meminta kepada Ratu agar dayang nanjam pergi bersamanya menuju kamar permadani untuk membantunya membersihkan diri.
“Wahai ibunda Ratu, sudikah bila ananda menuju aula putri” ucap Arska menatap Ratu.
“Tentu saja, engkau baru pulang melawan ular hitam. Beristirahatlah sejenak” ucap Ratu mengelus pipi Arska.
Tuan putri Arska dan dayang Nanjam berjalan keluar bersama menuju bilik putri namun langkah mereka berlawanan arah saat kedipan mata Arska menuju nanjam. Dia mengangguk dan memberikan sebuah kunci kamar rahasia tempat persiapan mengganti baju perang. Bahu nya belum di obat dari hantaman melawan ular piton, tapi perjuangan Arska mempertahankan pada hari ini tidak memandang rasa sakit.
Dia mengendap-endap keluar dari istana dan melompat melewati atap-atap istana.
Di belakang halaman kerajaan, Arska meniup panggilan gangga. Mereka menuju peperangan memasuki wilayah pertempuran yang sengit. Arska melompat dari tubuh gangga menebas kepala musuh dengan pedang tajamnya. Dari balik tentara sekutu, tampak pangeran Permadi yang melihat Arska akan di tusuk salah satu prajuritnya. Dengan terpaksa pangeran Permadi melemparkan tombak ke arah Arska. Amarah tuan putri jati jajar memanas melihat tingkah Permadi yang ingin membunuhnya, Arska mengelak ke arah bawah. Tepat di belakangnya tentara yang hampir menyerang Arska tertusuk tombak runcing menembus tulang rusuk.
Dasar kau bagaikan air di daun talas! Gumam Arska menjerit di dalam hati melihat Pangeran Permadi.
Hal ini adalah sebuah kesalahpahaman pahaman, lantas Arska langsung mengayunkan anak panah menuju sang pangeran dan mengejarnya.
“Serang..!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Milna
film kun kuch hotahe 🤣 putri aku pada mu... eeaaakkk
2022-10-28
0
Hanum Anindya
Soo sweet buat arska dan Permadi, semoga mereka samawa. wah ada nggak nya di dunia nyata? 🤔🤔🤔
semangat ya kak. pokoknya subhanallah buat kak, sukses selalu ya kak. dimana pun kakak berada.
2022-08-09
0
𝑵𝒐𝒆𝒓ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ🧚🌹
aiihh, Arska kau 😳
2022-03-21
0