Raja sedang terkulai lemas di atas atas ranjang permadani dengan raut kesakitan dan terkulai tidak berdaya. Wajah sangat pucat mencari keberadaan sosok sang Ratu, tangan Raja kearah sang Ratu berusaha menggapai. Gerakan Ratu mempercepat langkahnya menuju Raja dengan menggenggam erat tangan lalu mengecup keningnya.
“Apapun untuk kesembuhan mu akan aku berikan, aku akan memberikan salah satu bola murni kehidupanku untuk mu wahai sang Raja yang Agung.” Ucap Ratu memeluk sang Raja yang tampak semakin sekarat.
Raja menggeleng kepala tanda tidak setuju dengan yang di katakan oleh sang Ratu. Panah yang di hunus oleh prajurit musuh adalah panah mata tajam beracun yang mematikan. Beberapa tabib istana sudah berjuang sekuat tenaga untuk mencari ramuan melawan racun yang dengan cepat menyerang organ dalam tubuh dan melumpuhkan separuh anggota badan. Sudut genangan membanjiri tangisan sang Ratu sedang Raja benar-benar sudah tidak berdaya. Siapa yang akan mendampingi panglima perang? Besok tanah kerajaan akan mengalami kekalahan jika kekuatan sang Raja begitu lemah.
“Arska..” lirih ucapan suara Raja mencari putri kerajaan yang sangat dia sayangi.
Arska yang sudah lihai memainkan pedang, memanah dan berkuda tidak walau bagaimanapun tenaga sosok jin wanita tidak sebanding dengan kekuatan kaum lelaki. Arska tidak ada di istana, dia sedang berada di hutan dekat lembah sungai jin mencari sisik ular penunggu gua untuk menjadi obat penawar sang Raja.
“Maaf baginda Raja, tuan putri Arska sedang tidak berada di kamar permadani.” Ucap dayang Nanjam menunduk ketakutan dan bersimpuh.
“Pengawal, cepat cari putri Arska!” seru sang Ratu berdiri menghentakkan tubuh.
...----------------...
Misi Arska kabur dengan melakukan tipuan baju pengawal istana dapat menembus gerbang kerajaan. Angin telah menampakkan bercak jingga berhias bagai anai-anai kelopak bunga sakura yang tertiup oleh angin kencang dari arah utara. Musim dingin menghunus kulit halus dengan membawa kabut putih menambah kesan mencekam.
Dia adalah seorang putri dari kerajaan jin yang tidak kenal rasa takut ketika sendirian. Sekalipun sedang berada di keadaan terdesak, peluit yang berada di kalung akan siap sedia dia tiup jika untuk mencari bantuan kepada Gangga. Dia mencari titik tujuan ke sebuah gua siluman dataran tinggi yang di apit oleh lembah sungai Seekor ular piton berwarna hitam penunggu ganas yang selalu memangsa bangsa jin sewaktu-waktu.
Suara desis ular yang terdengar oleh Arska begitu keras di tengah pergantian malam. Arska menemukan sarang ular piton hitam tersebut lalu memasuki gua kedap udara. Dari balik kegelapan tampak sepasang mata merah melata bentuk ular piton hitam berbau anyir mendekati Arska.
SSszztt. (Suara desis ular yang semakin mendekat menempelkan ekor yang begitu licin dan berlendir ke kaki Arska).
Arska tidak bergerak sedikitpun, dia sedang membaca pikiran siluman penunggu gua. Jika dia bergerak mundur maka akan terlihat kalau Arska begtu ketakutan berdiri di hadapannya. Hal itu akan memacu siluman ular untuk langsung memangsa Arska di tempat.
“Katakan padaku, apa yang kau inginkan?” tanya ular siluman sesekali menjulurkan lidah panjang yang berukuran satu meter dengan tetesan air liur yang mengental.
“Apakah kau siluman ular yang terkenal hebat itu? Kau bahkan begitu kelaparan melihat sepotong daging di hadapan mu” ucap Arska menarik sudut bibirnya.
“Akulah siluman ular hitam yang tidak terkalahkan!” gema suara ular piton mengibaskan ekor ke arah dinding gua.
Reruntuhan demi reruntuhan batu berjatuhan, salah satunya hancur saat akan menimpa kepala Arska.
“Aku anak dari satu raja jin yang terkuat, bahkan dagingku tidak akan masuk di sekujur badan mu”
Mendengar ucapan Arska membuat ular siluman menjadi sangat marah, dia memasukkan lidah panjang dan berdiri tegak mendekati Arska. Semakin tegak dan sangat tinggi.
“Aku akan memangsa mu..”
Rencana Arska untuk membuat ular tersebut marah sepertinya berhasil, semakin siluman penunggu marah maka dia akan bergerak menjauh dari gua sumber kekuatan untuk mengejar Arska. Dia sangat beringas dan penuh hawa nafsu yang membara agar segera melahap Arska. Angin dan hujan petir menjadi saksi pertempuran mereka di lembah sungai. Putri jin terkena tebasan ekor siluman piton karena menghindari bisa racun yang berkali-kali dia semburkan.
Dia terjatuh dari atas tebing di tangkap oleh kembaran gangga menjauh dari lembah. Arska melompat berbalik menuju lembah sungai, misinya dengan siluman ular belum selesai.
Pangeran permadi yang menyamar sebagai kembaran gangga berubah wujud menjadi ular putih raksasa dan membantu Arska melawan siluman ular dengan kekuatan ghaib. Dia terbang menuju Arska dan di sambut oleh tebasan pedang Arska.Nyaris saja leher sang pangeran putus dengan tamparan mata yang tajam dari sang putri jin.
“Ijinkanlah aku membantu mu wahai putri jati jajar!” seru ular putih bergerak melawan ular piton.
Siapa dia? Gumam Arska menekan pundaknya yang cedera ikut memasuki pertempuran sengit.
Suara kesakitan dari siluman ular menandakan kemenangan untuk putri Arska, siluman ular piton hitam sekarat mengalirkan darah di tepi sungai ghaib yang airnya berubah menjadi aliran air darah dari tubuhnya.
Ular putih merubah wujud asli, sosok pangeran Permadi yang berdiri tepat di hadapan putri Arska. Tubuh putri bergetar melihat musuh medan perang dua kerajaan yang tidak pernah damai, salah satunya sedang tegak berdiri membantu lawan. Arska berjalan mundur melihat berpikir apakah itu hanyalah tipuan dari sekutu. Pangeran mengarahkan pedang raksasa arah sang putri, lemparan manik netra seakan menghunus sekujur bayangan Arska.
“Hentikan! Jangan bergerak.” Ucap Arska bersiap memanah sang pangeran.
“Putri, cepat raih pedangku dan bunuh lah siluman ini” kata pangeran meraih tangan sang putri.
Mata kerlingan jin yang tidak biasanya berubah menjadi menyipit seakan melempar tebaran aneh kepada putri Arska.
“Jaga pandangan Mu, kau tetaplah musuh yang menghunus anak panah ke Raja!” tegas sang putri mengalihkan raut ke siluman.
“Cukup kita harus cepat bergerak sebelum kekuatan siluman utuh kembali” sang pangeran mengangkat pedang yang siap memenggal kepala ular piton hitam.
Gerakan tangannya terhenti tepat di ujung leher ular tersebut, Putri Arska telah menghalangi dengan menekan rasa iba berbelas kasih kepada makhluk hidup.
“Tidak dengan pembunuhan, aku hanya membutuhkan sisik nya saja” ucap putri Arska mengukir sisik ular dengan pedang milik pangeran.
Dia meletakkan di dalam kain putih dan membebaskan siluman ular dari kematian. Sang pangeran mengacuhkan dan mengamati setiap arti kata yang di sampaikan melalui isyarat putri Arska. Dia tidak sedatang air muka yang selalu putri putar ketika manik netra ingin beradu. Putri Arska meniup peluit memanggil gangga.
“Tunggu..” panggilan pangeran yang sudah tidak lagi terdengar terbawa keras kepakan sayap Gangga mengudara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Hanum Anindya
Masya Allah subhanallah walhamdulillah, kakak. salut deh sama kak, yang bisa bagi tugasnya bikin novel dan aktivitas lainnya. tetap semangat ya kak, pokoknya dimana pun kakak berada. salut bisa bikin sampai episode 294 😊
2022-08-09
2
𝑵𝒐𝒆𝒓ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ🧚🌹
Arska putri yg tangguh
2022-03-21
0
🎤K_Fris🎧
lanjut
2022-02-15
0