Seorang gadis muda bergaun malam selutut, berlari ke arah taman kota. Terlihat cemas dan ketakutan. Tubuh sempoyongan, segelas minuman beralkohol beraroma lemon telah menghilangkan separuh kesadarannya.
Sungguh tak menyangka teman karibnya tega menjual dirinya pada seorang boss besar dari Taiwan. Sebuah pesta perpisahan hanyalah sebuah kedok semata.
Tyas, adalah teman akrabnya dari kecil, mengajaknya pergi ke sebuah pesta perpisahan seorang teman. Dirinya tak menyadari ada seseorang berhati iblis mengamati setiap gerak-geriknya.
Saat ia terhuyung karena mabuk, sepasang tangan dengan sigap menggapai tubuh, serta membopongnya ke dalam sebuah kamar dalam rumah mewah tersebut. Saat sang pria pembopong akan mengunci kamar, dirinya berusaha sekuat tenaga menyerobot keluar.
Terdengar suara Tyas dan suara berat milik si pria pembopong, berteriak memanggil namanya. Gadis muda terus berlari sekuat tenaga, berakhir di pangkuan seorang pria muda di taman kota.
****
Hampir kehabisan napas, seorang pria muda bertubuh jangkung menurunkan tubuh lunglai si gadis muda. Dari mulutnya yang merancu tidak karuan, tercium bau alkohol yang sangat menyengat.
“Lu bajingan, Tyas … tega lu, gue temen lu … hiks … hiks.” Si gadis menangis sesengukan, badannya terbaring tak berdaya di atas ranjang.
Si pria muda hanya memandangi si gadis dengan tersenyum, entah apa yang ada di benaknya saat itu. Si gadis berusaha berdiri, membuka ritsleting belakang baju, namun terjatuh lagi di atas pembaringan.
“Mau, ngapain? Tidur aja, biar nggak puyeng,” ucap pria muda berusaha memegang tubuh si gadis, saat akan bangkit lagi. Tubuh si gadis jatuh dalam pelukan pria muda.
Sangat hati-hati si pria membaringkan tubuh si gadis di atas pembaringan, melepaskan sepatu high heels, lalu meletakkan di bawah ranjang.
Kasihan gadis ini, apa yang terjadi dengan dirinya? Kacau banget sepertinya, pikir si pria muda.
‘Bodo amat, bukan urusan gua. Ngapain tadi gua bawa pulang, kenal kagak.’
Si pria muda sibuk mengumpat, mengutuk kebodohannya sendiri, di sisi lain ada rasa iba pada si gadis muda. Ia bingung karena selama ini tak ada satu pun wanita yang pernah masuk rumahnya, selain mamanya dan Bik Inah, seorang asisten rumah tangga.
Tangannya sibuk merapikan anak rambut yang menutupi raut muka si gadis. Ada genangan buliran air bening di kedua sudut matanya, diusapnya lembut. Dipandangi wajah si gadis dengan seksama, ada getaran aneh yang dirasakan.
“Lu tega ma gua, Tyas … lu jahat, lu… lu serigala,” Tangan si gadis menggapai, seakan ingin menarik sesuatu, akhirnya jatuh terkulai di atas pembaringan.
Si pria muda ingat sesuatu, diambilnya sebuah tas kecil milik si gadis. Ada sebuah kartu identitas di dalamnya, tercantum sebuah nama di sana.
“Tania Kumala,” gumam si pria lirih. Nama yang cantik, secantik orangnya, batin si pria.
Ia mengambil sebuah buku agenda dari laci nakas, sebuah catatan kecil telah dibuat di dalamnya.
Sebuah selimut diambil untuk menutupi tubuh Tania. Begitu damai tidurnya kali ini, sudah usai rasa kesalnya. Ada rasa jengkel campur iba melihat tubuh ramping tergeletak di hadapannya. Ia tak kenal siapa gadis ini, terpaksa membawanya pulang, karena iba itu saja.
Tak mungkin ia tinggalkan Tania di taman kota dalam keadaan tak sadarkan diri karena mabuk berat. Si pria kelimpungan, bingung harus berbuat apa.
Bertahun-tahun hidup tanpa kekasih, setelah sang kekasih ketahuan berkhianat dengan seorang pria bule di sebuah kelab malam. Tak sesenti pun kulit tubuhnya sudi terjamah oleh lawan jenis. Sungguh hatinya telah beku bagai gunung es.
Ada hal aneh yang dia rasakan kali ini, desiran lembut merayap di aliran darah, saat kulit tubuhnya tanpa sengaja bersentuhan dengan kulit Tania. Rasa yang pernah dirasakan waktu dulu.
‘Persetan … gua kaga butuh cinta!’
Dirinya berusaha keras tak terbuai rasa, terlalu terluka hatinya untuk merasakan rasa itu lagi.
Si pria mengambil bantal serta selimut, merebahkan tubuh di atas sofa. Mendongak, menatap plafon kamar. Baru sekejab bisa memejamkan mata, Tania menjerit histeris.
“Lu … pergiiii! Jangan sentuh tubuh gua, pergiii!”
“Menjijikkan, enyah lu!”
Si pria muda segera meloncat, menghampiri tubuh Tania. Tubuh gadis cantik ini meronta-ronta dengan mata masih terpejam.
“Tania, Tania, tenang … tenang, lu aman di sini,” bisik si pria muda ke telinga Tania. Spontan si wanita muda ini memeluk erat tubuh si pria muda.
“Gua takut, sumpah … gua takut, temani gua!” Tangan Tania makin erat memegang tubuh si pria muda. Mendapat serangan pelukan mesra seperti ini, si pria muda menjadi makin tak karu-karuan hatinya.
Tak sengaja embusan napas si wanita saat wajah mereka merapat, terasa panas di pipi Ario. Tangannya perlahan meraba kening si wanita, terasa ada demam di sana. Kasian dia, bisa jadi kejadian yang dialaminya bikin dia trauma, gumamnya. Setelah menenangkan si wanita, Ario melangkah ke luar mengambil air hangat dari dispenser. Dia mengambil sebuah handuk kecil dari dalam lemari, didekatilah tubuh yang sudah terlelap itu, ditempelkan handuk kecil yang sudah direndam air hangat di atas kening si wanita bermuka manis ini
Ario mengambil kursi didekatkan pada pembaringan, dia pun duduk dengan terkantuk-kantuk. Akhirnya terlelap di samping si wanita yang terbaring tak berdaya. Tengah malam tanpa sengaja tangan Tania meraba wajah si pria yang tergeletak di samping tubuhnya. Entah dari mana berawal, akhirnya mereka terbuai dengan irama malam yang dingin, kebetulan hujan turun di luar. Si wanita yang tak mabuk parah terlena oleh belaian si pria. Si pria menikmati dengan separo kesadaran dan si wanita yang tak sadar, berdua menghabiskan malam dengan berpacu dalam perjalanan liar yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya.
Ada rasa penyesalan si pria, saat tubuh mereka sama-sama terkapar kelelahan, kehabisan napas dan kehabisan energi. Tania seketika tertidur lelap kembali, tinggal si pria yang mengutuk diri sendiri, menyesali diri. Ario segera bangkit memakai piyama kembali, lalu mengambil selimut untuk menutupi tubuh si wanita dengan gaun di atas lutut, membuat sebagian pahanya tak tertutup sempurna. Ario sejenak menatap wajah si wanita yang barusan dia ajak berkeliling sebentar ke surga dunia. Timbul rasa iba dalam dadanya pada si wanita yang barusan dia tolong dari sesuatu yang membuatnya berlari ketakutan masuk taman, kini dia yang merusaknya padahal dia tahu betul, si wanita dalam keadaan tak berdaya. Kini dia kebingungan dan meski berkata apa jika esok pagi sama-sama terbangun, mendapati ada sesuatu yang hilang dari tubuhnya. Namun, rasa kantuk dan lunglai mengalahkan pikirannya, si pria pun terlelap di samping tubuh Tania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments