Ulah Andin

Sudah seminggu ini Cyra tampak sangat rajin. Semenjak kejadian pemberian SP dari sekolah minggu lalu, terlebih setelah mendengar ucapan ayahnya kala itu, Cyra berjanji pada dirinya sendiri akan menjadi pribadi yang baik.

Terbukti, sudah seminggu ini gadis itu menjadi siswi yang penurut. Tidak adalagi acara nongkrong dikantin saat jam pelajaran, tidak berantem dengan murid laki-laki seperti biasanya, juga tidak pernah kabur dari sekolah dengan memanjat pagar keliling.

"Wah, ada angin apa, nih, seorang Cyra Purnama ngejogrok diperpus?!" ledek salah satu siswi yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping kursi Cyra duduk.

"Wah, wah, ternyata bacaan

Si Trouble Maker berat juga, ya," suara itu lagi.

"Ensiklopedia," bacanya.

Siswi yang dulu pernah terlibat masalah dengan Cyra itu merebut buku ditangan Cyra dan pura-pura membolak-balikkan buku dengan serius.

Cyra bermaksud merebut kembali bukunya dari siswi itu, namun gagal.

"Ck! Maksud kamu apa, sih, Din? Kembaliin, nggak, bukunya?!" tanya Cyra berusaha sabar.

Cyra memang sedikit temperamental sejak kematian mamanya dua tahun lalu.

"Kalau aku nggak mau, kamu mau apa??" tolak siswi yang ternyata bernama Andin.

"Eh, aku nggak ada urusan, ya, sama kamu. Terserah, deh kalau nggak mau ngembaliin, juga," ujar Cyra ketus.

Cyra lebih memilih keluar dari perpustakaan meninggalkan Andin yang kesal karena pancingannya tidak termakan.

Andin memang sengaja memancing kemarahan Cyra karena dia ingin Cyra dikeluarkan dari sekolah.

Jika sekali saja lagi membuat masalah, otomatis pihak sekolah akan mengeluarkan dirinya. Sebab, poin pelanggaran Cyra sudah mencapai sembilan ratus poin, akumulasi sejak kelas sepuluh lalu.

Terlepas papanya donatur terbesar atau bukan, sebab memang begitulah peraturannya.

Besar kecilnya poin tergantung pada pelanggaran itu sendiri.

Jika pelanggaran siswa sudah mencapai seribu poin, maka secara otomatis pihak sekolah akan mengeluarkan siswa bermasalah tersebut.

Dan inilah yang Andin harapkan, sebab seminggu lalu dengan tanpa sengaja gadis itu mendengar pembicaraan papa Cyra dan Kepala Sekolah.

"Maaf, Pak! Pelanggaran Cyra sudah terlalu banyak. Sekali saja lagi dia membuat masalah, dengan terpaksa pihak sekolah harus mengeluarkan Cyra. Kami semua dari pihak sekolah sangat menghormati Pak Bayu selaku donatur terbesar sekolah ini, tapi peraturan tetaplah peraturan," terang Kepala Sekolah.

"Saya atas nama putri saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya sudah berusaha menasehatinya semampu saya. Terima kasih sudah memberikan kesempatan terakhir untuk Cyra."

Andin membanting buku yang dirampasnya dari Cyra tadi dengan cukup keras hingga membuat siswa yang sedang berada diperpustakaan sekolah itu menoleh.

"Apa lihat-lihat?!"

Andin melotot pada siswa yang kebetulan berada didekatnya.

"Idiiihh," gumam siswa itu.

"Kalau mau buat keributan bukan disini tempatnya," lanjutnya tanpa rasa takut sedikitpun pada pelototan Andin.

Andin yang makin merasa kesal itu pun akhirnya memilih pergi mengikuti Cyra.

"Heh, Trouble Maker!" panggil Andin menarik bahu Cyra dari belakang begitu dapat mengejar gadis itu yang sudah hampir sampai dikantin.

"Apaan, sih?!" kilah Cyra berusaha melepas cengkeraman Andin dibahunya.

"Kamu itu nggak pantes sekolah disini, tahu, nggak?!" bentak Andin.

"Terus, menurutmu yang pantas sekolah disini siapa, kamu??" jawab Cyra santai.

"Kamu, tuh pembuat masalah disini. Jangan kamu kira orangtuamu jadi donatur terbesar disini terus kamu bisa seenaknya, ya."

"Kalau aku pembuat masalah, terus kamu mau apa?" tantang Cyra akhirnya mulai terpancing.

Andin tersenyum devil disudut bibirnya.

Aha! Akhirnya sang umpan mulai termakan, pikirnya.

"Aku? Mau apa?!" tunjuk Andin pada dirinya sendiri.

Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati Cyra seolah hendak memeluk, lalu berbisik ditelinganya.

"Aku mau kamu dikeluarkan dari sekolah ini. Kamu tahu kenapa?! Karena aku muak sama cewek munafik kayak kamu. Gara-gara kamu ngaduin aku sama Erick, aku jadi putus sama dia."

Brukk!!

Andin tiba-tiba saja menjatuhkan dirinya dengan keras ke halaman sekolah yang beraspal. Akibatnya, kedua lututnya terlihat lecet dan mengeluarkan darah.

"Aauukhh ... aduuuhh ...," teriak Andin mencoba mencari perhatian dari lalu lalang murid-murid yang sedang beristirahat.

"Kamu kenapa, sih, Ra? Aku, kan cuma mau minta maaf sama kamu. Kalau kamu nggak mau maafin aku, ya udah, nggak usah dorong-dorong aku."

"Hah?!"

Cyra mengernyit dengan maksud perkataan Andin barusan. Gadis itu baru tersadar saat sudah banyak murid yang berkumpul mengelilingi keduanya.

"Kamu keterlaluan, Cyra!" omel salah satu teman Andin yang baru saja datang dan segera membantu membangunkan Andin dari jatuhnya.

"Maksudmu apa? Aku nggak ngapa-ngapain dia, kok. Orang tadi dia ngejatuhin dirinya sendiri," kilah Cyra.

"Alaaah, ngeles aja kamu. Aku lihat, kok, tadi kamu dorong Andin sampai jatuh. Iya, kan, teman-teman?! Kamu juga pas lagi lewat tadi dikoridor. Kamu lihat, kan?!" tanya Silvie, teman Andin, pada yang lain.

Meskipun mereka ragu, tapi akhirnya mengangguk mengiyakan.

"Tuh, kan, yang lain aja liat, kok," kekeh Silvie.

"Aku benar-benar nggak nyangka sama kamu, Ra. Mentang-mentang kamu suka sama Erick, kamu bikin berita yang nggak-nggak sama aku dulu. Sekarang, saat aku udah berusaha ngelupain semuanya, berusaha minta maaf duluan sama kamu meskipun bukan aku yang salah, kamu justru ngedorong aku. Tega kamu, Ra!"

Andin semakin mengompori perkataan Silvie agar makin meyakinkan.

"Kamu jahat banget, sih, Ra!" celetuk salah satu murid yang menonton.

"Iya, jahat banget. Padahal Andin sudah beritikad baik," sahut yang lain

"Iya, betul!"

Cyra yang sudah terpancing emosinya merasa dipermainkan Andin pun hilang kontrol.

"Aku nggak nyangka, ya, Ndin. Ternyata justru kamu yang munafik. Tadi kamu bisikin aku apa? Terus kamu koar-koar didepan yang lain ngomong apa barusan??! Kamu tuh yang munafik," geram Cyra.

Tanpa sadar tangannya sudah menjambak rambut Andin sampai gadis itu meringis kesakitan.

"Dasar pembuat onar, emang. Lepasin Andin, nggak?!" teriak Silvie membuat salah satu guru yang kebetulan lewat pun langsung mendekat.

"Ada apa ini?!" tanya guru itu.

"Ini, Pak, Cyra menjambak rambut Andin sampai kesakitan," ujar Silvie.

"Kamu?!" geram Pak Amin, guru yang mendekat itu.

"Lepaskan Andin, Cyra! Kamu benar-benar keterlaluan," hardik Pak Amin.

"Ta-tapi bukan saya yang mulai duluan, Pak. Andin yang sudah ..."

"Diam!" potong Pak Amin.

"Ikut saya ke ruangan Konseling sekarang!" perintahnya.

" Saya akan telpon papa kamu dan memberitahukan masalah ini pada Kepala Sekolah," lanjutnya.

"Tapi, Pak," protes Cyra.

"Dan kalian berdua, ikut untuk jadi saksinya," perintah Pak Amin pada Andin dan Silvie tanpa menghiraukan protes dari Cyra.

"Baik, Pak!" jawab Andin dan Silvie kompak.

"Huuuu ...!!" sorak murid-murid yang menonton.

Cyra pun dengan langkah gontai mengikuti langkah Pak Amin menuju ruangannya.

Gadis itu sudah tidak menghiraukan lagi cibiran teman-temannya.

Yang ada dipikirannya sekarang, bagaimana dia menjelaskan masalah ini pada papanya?

Apakah papanya mau percaya pada ceritanya?

Dan bagaimanakah nasib sekolahnya kedepannya?!

Sementara itu dibelakang Cyra tampak Andin tengah berjalan tertatih dituntun Silvie menuju ruang konseling.

"Kamu yakin Cyra bakal dikeluarin dari sekolah?!"

Silvie berbisik ditelinga Andin.

Silvie tahu ini adalah ulah sahabatnya karena dia tahu, Andin sangat membenci Cyra sejak diputuskan Erick, si ATM berjalan.

"Yakin, dong! Kita lihat aja ntar," jawab Andin penuh keyakinan.

"Salah siapa dia buat masalah sama aku," lanjutnya.

Andin jadi teringat kejadian beberapa bulan lalu.

Gara-gara Cyra melihatnya jalan dengan cowok lain dan mengadukannya pada Erick yang notabene menjadi pacar Andin waktu itu, Erick jadi memutuskannya.

Cyra merupakan sepupu jauh Erick dari pihak sang mama. Dan gadis itu tidak ingin sepupunya itu menjadi uang berjalan bagi Andin, sebab, Andin memacari Erick karena dia anak orang kaya seperti orang tua Cyra.

Sejak kejadian itu, Andin jadi menaruh dendam pada Cyra hingga harus menunggu waktu yang tepat untuk membalaskan dendamnya.

Dan, rupanya dewi keberuntungan berpihak pada Andin yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Kepala Sekolah dan papa Cyra seminggu yang lalu.

"Yuk, ah! Kita lihat gimana nasib si cewek trouble maker itu," ajak Andin tak sabar ingin mendengar keputusan dari Kepala Sekolah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!