...๐ป๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐....
...๐ฒ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐....
Sudah tiga hari berlalu sejak acara penjemputan Zahra yang berakhir dengan segala kecanggungan di antara mereka waktu itu.
Dan setelah mengatur jadwal yang pas Akhir nya Nabila bisa mengajak sahabat nya itu untuk sekedar jalan jalan dan makan malam di luar setelah waktu tiga hari ini hanya mereka habiskan dengan berdiam diri di Rumah Nabila. Harus nya dia menggunakan waktu berharga itu untuk menemani Zahra di sini, tapi mau bagaimana lagi? kerjaan nya tak mengizinkan nya untuk itu.
Terlihat matahari yang menghiasi senja sudah mulai tergantikan oleh gulita, Nabila yang masih terlihat cantik meski sudah seharian penuh bekerja, berjalan terburu-buru ke arah parkiran Rumah sakit dengan masih mengenakan seragam Sneli nya. Sembari berjalan ia mengecek beberapa kali handphone yang berada di tangan nya. Hingga sebuah panggilan dari arah belakang memberhentikan langkahnya petang itu.
" Nabila, Tunggu !! " Ucap suara bariton dengan nada berteriak, seperti khawatir dengan deru angin yang lumayan kencang akan membuat suara nya tenggelam.
Sementara di atas sana awan hitam tampak bergelayut manja di langit kota, bersiap memuntahkan beban nya.
Nabila berhenti sejenak, menoleh kebelakang, dan menemukan seorang laki-laki berkemeja biru gelap berjalan ke arah nya dengan tersenyum.
"Kakak! Ada apa? " Jawab Nabila dengan memperbaiki tatanan hijab yang sedikit merosot ke arah depan wajah nya karena tersapu oleh angin sore itu.
Laki-laki itu adalah dokter Iqbal, sosok yang ia hindari selama tiga hari ini, demi menjaga perasaan Zahra sahabat nya.
"Buru-buru banget, sampai lupa lepasin Sneli nya." Goda nya dengan menatap intens ke arah jas putih yang masih melekat epik di tubuh Nabila dengan memicingkan salah satu mata nya.
Nabila menunduk, mengikuti arah laki-laki itu memandang. memperhatikan diri nya sendiri lalu menatap kembali pada orang yang ada di hadapan nya dengan sedikit senyum canggung.
"Oh iya, lupa tadi kak. Cepet_cepet soal nya takut keburu hujan." Kata Nabila di buat se_biasa mungkin seperti tak terjadi apa-apa sebelum nya. Padahal mungkin saja laki-laki di hadapan nya itu sudah tahu jika Nabila sedang menghindari nya akhir-akhir ini.
"Memang nya mau kemana sih? Bukan nya selama ini selalu betah ya berada di rumah sakit? Sampai-sampai harus di paksa dulu biar cepetan pulang."
Nabila terheran, dengan ucapan dokter Iqbal yang tepat sasaran itu. Bertanya-tanya dari mana laki-laki itu tahu jika selama ini dirinya sering banyak menghabiskan waktu nya di rumah sakit, memilih menyibukkan diri untuk sekedar menghibur dan menghapus sepi. Lebih memilih membantu para koas yang berjaga malam, agar terhindar dari sunyi. Apa lagi jika sudah datang musim penghujan seperti ini, meski ia sangat menyukai tapi di dalam hati yang terdalam dia sungguh sangat benci.
"Kakak apaan sih, sok tahu banget deh. Nabila selalu pulang tepat waktu kok." Elak nya masih tak mau mengakui padahal sudah ketangkep basah begini.
Tuk!
"Aouw... !! " Rengek Nabila, sambil mengusap dahi nya yang terasa sakit karena sebuah jitakkan yang mendarat tepat di kepala nya.
Dokter iqbal hanya terkekeh, menggeleng sebentar lalu kembali bersuara. " Biarin. Itu balasan buat orang yang suka berbohong. Kamu pikir selama ini kakak gak tahu apa yang kamu lakuin? Lupa Rumah sakit ini milik siapa?. " Sarkas nya gemas sendiri melihat mulut Nabila yang maju satu senti dari tempat nya? "
"Dih, narsis banget sih jadi orang! Mentang-mentang Pemilik Rumah sakit?Eh, tapi bentar deh, kakak mata-mata in aku ya selama ini? " Tuduh Nabila dengan menatap laki-laki tampan itu penuh selidik.
"Kalau iya kenapa? " Jawab nya enteng.
" Ck! " Nabila hanya bisa berdecak lirih menanggapi ucapan dokter nyebelin itu, kok ada gitu orang yang se_terus terang itu.
Nabila mengibaskan salah satu tangan nya ke wajah, tersenyum mengejek pada lawan bicara nya dengan tatapan kesal dan menantang namun hanya bercanda.
Sedangkan yang di tantang malah balas tersenyum sungging, seperti mengejek. "Jadi....,Bu D-O-K-T-E-R ini mau kemana? " Balas nya tak kalah sengit dengan menekan kata dokter dengan ejaan.
" Mau ketemuan sama teman kak." Jawab Nabila.
"Teman, teman siapa? " Tanya dokter Iqbal lagi penasaran.
Nabila berdecak lirih, menatap wajah tampan yang ada di hadapan nya kesal. Kemudian mengotak atik sebentar handphone milik nya, lalu maju satu langkah ke depan dengan mengarahkan layar HP nya yang menampilkan sebuah chat antara dirinya bersama Zahra agar bisa di lihat langsung oleh dokter Iqbal.
"Aku antar ya."
"Ngak!!! "
Nabila menggeleng, merasa jengah dengan kelakuan satu dokter yang super menjengkelkan itu. Sedari dulu gak pernah berubah sedikitpun, selalu saja bersikap posesif pada nya.
Lagian ya, jika dokter Iqbal yang mengantarkan bisa-bisa nanti Zahra membatalkan makan malam yang sudah mereka atur dari jauh-jauh hari. Kan gak Asyik!
"Kak, please deh... kalau begini terus lama-lama aku udah kayak pacar kakak tau gak?" Marah nya kesal, dengan menghentakkan satu kaki nya ke tanah. Yang malah terlihat lucu dan sangat menggemaskan di mata Dokter Iqbal.
Dokter Iqbal tersenyum, menggeleng sebentar lalu menaruh tangan nya ke depan dada. Menatap intens Nabila yang semakin hari bertambah cantik dan manis. Dia sangat mencintai gadis ini banyak-banyak, tapi bagaimana cara menaklukkan hati nya. Dokter Iqbal bingung sungguh sangat bingung
Selain kecantikan yang dia miliki. Nabila adalah sosok wanita dewasa dengan sifat yang terkadang mirip seperti anak-anak, yang manja namun tetap terlihat berwibawa dan elegan di waktu yang bersamaan. Kadang-kadang sangat angkuh, tapi aneh nya di lain sisi dia juga seperti wanita rapuh yang sedikit saja di sentuh pasti akan rubuh tak berbentuk. Semakin membuat nya penasaran dengan pesona yang di pancarkan gadis cantik itu.
"Udah marah nya? kalau sudah, buruan masuk mobil gih. Bentar lagi kayak hujan mau turun." Ucap dokter Iqbal sambil membukakan pintu mobil wanita itu.
Nabila menghembuskan nafas nya lelah, percuma saja ia marah karena pada akhirnya itu semua akan berakhir sia-sia. Karena mau sampai kapanpun, tetap saja laki-laki di hadapan nya saat ini akan terus keras kepala. Tak mau mendengarkan protes atau penolakan nya.
Dan oke, mungkin Nabila harus masuk sekarang. Duduk di balik kemudi dengan tenang lalu segera menyalakan mesin mobil nya.
Tok... tok... tok...
Nabila menurunkan kaca mobil nya, menoleh kesamping pada pria yang sedang menampilkan gigi rapi dengan senyum teduh menenangkan.
"Kak, aku udah di tunggu! " Ucap Nabila yang sudah merasa jengah dengan kelakuan nya.
Laki-laki masih tersenyum."Hati-hati jangan ngebut, kalau hujan nya lebat berhenti dulu dan jangan lupa kalau udah sampai langsung kabarin aku oke. " Ucapnya dengan penuh perhatian.
Nabila hanya mengangguk mengerti, segera menyetujui agar segera terbebas dari perhatian dokter Iqbal yang membuat hati nya sedikit tak enak hati.
"Ya udah, aku jalan." Kata Nabila sembari menaikan lagi kaca mobilnya. " Asalamualai._" Ucap nya terhenti, saat sebuah tangan kini terlihat sedang menahan kaca itu.
Nabila melihat ke arah mata dokter Iqbal dengan tajam seolah ingin menguliti karena sedari tadi ada saja drama yang di lakukan oleh pria itu untuk menahan nya pergi.
" Ada apa lagi sih kak? " Tanya Nabila dengan jengkel luar biasa.
Dokter Iqbal menggeleng samar lalu tersenyum lebar." Lain kali jangan hindari kakak lagi, tolong. " Mohon nya penuh harap.
Nabila menghembuskan nafas nya lelah, mengangguk lemah merasa tak tega dengan wajah sayu nya. Dan mau tak mau ia harus meng_iyakan permintaan laki-laki tersebut agar segera lepas dari tempat parkir itu dengan tenang.
Kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik lagi, dan itu bukan aku melainkan Zahra yang begitu sangat mencintaimu.
Gumamnya dalam hati seraya meninggalkan tempat parkir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Nur
semangat trs up nya Thor ๐๐ช๐ช๐
2021-03-28
1
Reena Azza
jd pnsrn sp jdohx nabila...
iqbal ap binthara...
2021-03-27
1
hany
๐๐๐๐๐
next
2021-03-25
1