Saat jam istirahat tiba, semua pekerja berhamburan keluar untuk menuju kantin, mengisi perut mereka yang lapar.
"Rin, gue tadi denger gosip waktu lagi di toilet!" Ucap Lusi di sela-sela makan mereka.
"Apaan?"
"Kata orang-orang tadi, akan ada pengurangan pegawai."
"Kok, bisa! Bahkan kita kerja lembur tiap hari." Sahut Airin.
"Ck, lo kayak nggak tau pabrik ini aja. Habis manis kan sepah di buang," seloroh lusi.
"Iya juga."
Memang pabrik tempat Airin mengais rezeki selalu seperti itu, setelah lembur hingga beberapa bulan, tiba-tiba saja akan ada pegawai yang di liburkan.
Airin memakan makan siangnya dengan pikiran yang berkelana kemana-mana. Apa jadinya jika dia menjadi kandidat salah satu pekerja yang akan ikut pengurangan pegawai.
***
Jam pulang kerja Airin hari ini tidak seperti biasanya, hari ini pulang lebih awal.
Tapi anehnya, Mbak Endang selaku pengawas Airin mengumpulkan enam anak buah-nya.
"Maaf untuk semuanya," ucap Mbak Endang mengawali pembicaraannya. Sedangkan yang lainya dengan serius mendengarkan apa yang akan di sampaikan nya.
"Tadi saya di panggil oleh kepala bagian, saya terpaksa harus meliburkan kalian semua hingga waktu yang belum di tentukan. Ini sudah keputusan dari atasan, tapi tenang saja kalau sudah ada pemanggilan pegawai kembali, kalian akan saya beritahu," ujar Mbak Endang.
Apa yang di takutkan Airin akhirnya benar-benar terjadi, tapi dia bisa apa.
Setelah pengumuman itu berakhir, Airin dan yang lainya membubarkan diri untuk pulang ke rumah masing-masing.
Dalam perjalanan menuju gerbang pabrik wajah Airin tampak lesu, bagaimana hari-hari selanjutnya.
"Rin, lo kenapa sih?" Tanya Lusi yang berada di sebelahnya.
Airin kemudian menoleh pada Lusi. "Lo tau sendiri kalau gue nggak kerja, pasti tambah amburadul hidup gue," sahut Airin.
Lusi tau sekarang apa yang mengganggu sahabatnya. "Gimana kalau lo tinggal di kosan gue?" Saran Lusi.
"Lihat entar lah," jawab Airin.
Lusi sendiri adalah anak perantauan, jadi hidupnya tidak serumit seperti kehidupan Airin.
Hingga beberapa saat mereka berpisah seperti biasanya, Lusi yang menuju ke parkiran sepeda motornya.
Airin berdiri di trotoar jalan untuk menunggu salah satu pegawai yang ia kenal, seseorang yang biasa lewat depan rumahnya.
Tapi hingga 20 menit, masih saja Airin tidak mendapat tumpangan.
Tin.
Tin.
Tin.
Suara klakson sepeda motor matic mengagetkan dirinya. Airin menoleh kepada sang pemilik sepeda motor, seorang laki-laki yang cukup manis sedang tersenyum kepadanya. Ferdi.
"Belum pulang?" Tanya Ferdi.
Airin menggelengkan kepalanya. "Lagi nunggu teman," jawab Airin.
"Siapa? Di dalam tadi sudah sepi!" Ujar Ferdi.
Ferdi tadi memang melihat di halaman pabrik sudah sepi tidak ada lalu lalang pegawai, karena Ferdi sendiri tadi sempat ngopi di kantin.
Ferdi sendiri juga pegawai biasa, hanya saja Ferdi bekerja sebagai teknisi mesin di pabrik itu.
Airin mencoba mengarahkan pandanganya ke segala arah, tapi memang sudah sepi.
"Ayo aku antar pulang," tawar Ferdi.
Tiara hanya diam menimbang-nimbang tawaran Ferdi. Airin tidak begitu akrab dengan Ferdi, hanya sebatas mengenalnya.
"Gimana?" Tanya Ferdi yang melihat Airin diam saja.
"Uhm ... boleh," jawab Airin akhirnya.
Sepeda motor Ferdi melaju memecah padatnya jalanan sore itu, setelah Airin duduk pada boncengan sepeda motor Ferdi.
Dengan arahan dari Airin, Ferdi mengantarkan tepat di depan rumah Airin.
"Terima kasih," ucap Airin.
"Ok."
Setelah itu sepeda motor Ferdi melaju pergi meninggalkan Airin.
Airin masuk kedalam rumah, seperti biasa Airin hanya melewati Metta dan Setya suaminya.
Saat Airin akan masuk ke dalam kamar, suara ibunya menginterupsinya. "Kok sudah pulang?"
Airin seketika mengurungkan niatnya, dan menatap ibunya. "Iya, karena mulai besok Airin di liburkan sama teman-teman yang lainya juga," jelas Airin.
"Berarti kalau begitu, kamu harus segera cari pekerjaan lain secepatnya," ujar ibunya.
"Iya," sahut Airin, yang kemudian masuk kamar.
Seperti inilah yang tidak di sukai Airin, saat belum genap sehari Airin libur di rumah ibunya sudah menyuruhnya agar cepat-cepat mencari pekerjaan.
Padahal tanpa di suruh pun Airin juga akan melakukanya.
Airin melepas sepatu dan tas kerjanya, melempar ke pojok kasur. Menghempaskan tubuhnya pada kasur, dengan pandangan matanya pada plafon kamar.
Pikirannya melayang jauh ke beberapa tahun lalu. Saat dirinya baru lulus SMA, ibunya sudah menyuruhnya untuk segera mencari pekerjaan. Dengan alasan 'nanti kalau kelamaan di rumah akan jadi males kerja.' Airin menuruti keinginan ibunya, dan mendapatkan pekerjaan di pabrik.
Tapi perlakuan ibu dan ayah-nya berbeda dengan Faris adiknya. Yang sampai sekarang masih betah menganggur di rumah, yang di lakukan setiap hari hanya tidur, makan, pergi ke warung kopi dan bermain game online. Padahal umurnya sudah 19 Tahun.
Tapi ibu dan ayah-nya tidak pernah menuntut agar dia cepat mencari pekerjaan. Kalau Faris tidak punya uang, tinggal menadahkan tangannya pada ibu dan ayah, maka dengan mudah dia akan mendapatkannya.
Sebenarnya dulu pernah Faris bekerja di toko, tapi hanya beberapa bulan. Karena katanya di toko kerjaannya berat, hingga dia memutuskan untuk keluar.
Airin menghembuskan nafasnya kasar, sungguh menyesakkan dada rasanya.
"Apa benar, yang di ucapkan Mbak Metta dulu! Kalau sebenarnya kehadiranku tak pernah di harapkan ...." Ucapnya lirih, dengan di iringi air bening yang keluar dari matanya.
*
*
Beberapa hari berlalu.
Airin dan Lusi sudah berusaha mencari pekerjaan, tapi sayangnya mereka belum juga mendapatkan.
Hari ini Airin di rumah, rasanya dia sedikit putus asa. Mencari pekerjaan ke sana-sini tapi belum juga membuahkan hasil, hingga lamaran yang ia taruh di beberapa pabrik dan toko juga belum ada panggilan interview.
"Ya ampun di mana lagi coba harus cari pekerjaan," keluh Airin pada dirinya sendiri.
Airin memutuskan untuk membersihkan kamar saja hari ini, baru besok dia akan mencari pekerjaan kembali.
Pagi hari, ibunya sudah berkutat di dapur seperti biasanya, karena harus juga menyiapkan bekal untuk ayah-nya yang bekerja sebagai tukang bangunan.
Airin membantu mencuci piring bekas mereka kemarin makan malam, menyapu rumah, hingga mencuci baju.
Semua penghuni rumahnya masih tertidur, karena Metta dan suaminya yang bekerja sampai jam dua pagi. Sedangkan Faris, masih tidur karena pulang dari warung kopi jam empat subuh tadi.
Di rasa semua pekerjaannya sudah beres, Airin memutuskan untuk sarapan. Di dapur hanya Airin dan ibunya, sedangkan ayah sudah berangkat kerja.
"Airin kamu belum dapat kerjaan?" Tanya ibu, di sela-sela sarapan.
"Belum, Bu."
"Seharusnya kamu itu lebih semangat kalau cari pekerjaan,"
"Airin sudah cari kemana-mana Bu, tapi belum dapat." Airin mulai merasa tidak suka dengan obrolan mereka saat ini.
"Tapi kamu masih belum mendapatkannya," ucap ibu yang nada suaranya mulai sedikit meninggi.
"Bu, kenapa ibu harus selalu menuntut Airin yang selalu bekerja. Meskipun ibu tidak menyuruhnya Airin juga akan bekerja," Airin meletakkan sendok makan-nya. Dan sekarang matanya sudah memerah tergenang air mata. "Ibu selalu menuntut Airin ini dan itu, tapi kenapa ibu diam saja saat Faris menganggur di rumah, bahkan kerjaannya hanya makan tidur, dan menghabiskan uang," ucapnya dengan dadanya yang naik turun menahan sesak.
"Kamu itu jangan iri sama adik kamu, adik kamu itu memang masih belum saja mendapatkan pekerjaan." Ucap ibunya dengan nada suara yang meninggi.
"Bagaimana mau mendapatkan pekerjaan Bu, kalau Faris saja tidak mencarinya," ujar Airin setelah itu dia memutuskan masuk kamar. Jika perdebatan ini di teruskan mungkin Airin akan lepas kendali dalam ucapannya.
Di dalam kamar, Airin menangis tersedu. Sungguh hatinya sangat sakit saat ini.
"Bu kalau aku merasa iri, sudah dari dulu aku akan mengatakan, betapa hatiku sangat sakit dengan sikap kalian," ucapnya di sela-sela tangisannya.
...----------------...
Jangan lupa vote, like dan komen. Terima kasih, semoga sehat selalu. Amin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
keknya Airin ank pungut dech mangkanya pelakuan mreka kek gitu
2022-08-06
1
Latipa Ipa
ibu yg pilih kasih.....apa jgn2 airin bukan anak kandung y...he...
2022-05-22
1