Ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, sudah waktunya untuk Airin pulang.
Tapi tidak jarang juga Airin pulang melebihi jam kerja jika tidak mendapatkan target, dan itu tanpa di bayar. Tapi bisa apa buruh seperti Airin, hanya bisa mengerjakan pekerjaan atas perintah atasan. Bahkan pengawas Airin juga melakukanya, hanya posisi yang cukup tinggi yang bisa pulang tepat waktu.
sebenarnya di pabrik tempat Airin bekerja, juga ada bagian kantor. Tapi apa daya yang bisa menentukan masuk hanya selembar kertas yang bertitle strata.
Hari ini hari yang di tunggu para pekerja pabrik, karena hari ini gaji mereka akan keluar. Gaji mereka akan di berikan dua minggu sekali.
"Airin, lo nggak pengen jalan-jalan?" Tanya Lusi saat mereka baru keluar dari gedung pabrik.
"Nggak, cuma pengen tidur gue."
"Ck, hidup lo itu monoton banget, cuma kerja sama tidur di rumah doang."
Airin hanya mencebik kan bibirnya.
Hingga mereka harus berpisah karena Lusi yang harus menuju ke parkiran.
Saat di luar gerbang pabrik, Airin mengedarkan matanya mencari sosok sang ayah siapa tahu akan menjemputnya.
Dan mata Airin menangkap sosok ayah-nya di deretan orang-orang yang akan menjemput keluarganya.
"Ayah ...." panggil Airin seraya menghampirinya.
Dengan segera Ayah men stater sepeda matic-nya saat Airin sudah naik ke atas sepeda motor.
"Airin, lauk di rumah habis," ucap ayah saat mengemudikan sepeda motor yang melaju ke arah rumah.
Airin sendiri juga mengerti maksud perkataan ayah-nya. "Ya sudah, Yah ... kita cari sate ayam saja buat di bawah pulang," ucap Airin.
Ayah segera melajukan motor-nya dan sesekali matanya mencari keberadaan tukang sate ayam yang masih buka.
Hingga motor matic itu berhenti di pinggir jalan, saat ayah melihat tukang sate yang masih buka. "Airin, mau beli berapa?" Tanya ayah.
"Tiga puluh ribu yah," jawab Airin.
Ayah Bambang segera memesan pada penjual sate, sedangkan Airin mengambil dompet yang berada di tas-nya, dan mengambil beberapa lembar uang untuk Airin kasihkan pada Ayah, untuk membayar sate pesanan mereka.
Tak sampai, sepuluh menit sate pesanan ayah sudah siap untuk di bawah pulang.
Saat Airin sampai di rumah, ternyata semuanya belum tidur. Airin segera berjalan menuju ke kamarnya, baru saja Airin mendudukkan bok*ngnya pada kasur, pintu kamar Airin sudah di buka dari luar. Seketika Airin menoleh pada ibu yang berdiri di ambang pintu kamar-nya. "Airin ibu minta jatah uang," dengan menengadahkan tangannya.
Airin hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. "Ternyata omongan Lusi tepat sasaran," batin Airin.
Airin mengambil berapa lembar uang merah pada dompetnya, dan menyerahkan pada ibu. "Ini."
Dengan tersenyum ibu menerima uang dari Airin, setelah itu keluar dari kamar Airin dan tak lupa menutup pintunya.
"Gue heran sama keluarga gue, kalau hari biasa semuanya sudah pada tidur. Giliran hari gue gajian --" bahkan Airin tidak tau apa lagi yang akan di ucapkan.
Padahal tadi Airin belum sempat mengambil gajinya di ATM, untung saja Airin masih mempunyai beberapa lembar uang di dompetnya.
Airin akhirnya memilih merebahkan dirinya di kasur, dia terlalu malas untuk menggerakkan tubuh-nya.
Bahkan seragam kerja masih menempel di tubuh Airin, tapi Airin sudah memejamkan matanya. Menuju alam mimpi, yang mungkin akan membuatnya lebih bahagia di banding kehidupan nyata-nya.
Di luar kamar, keluarga Airin sedang menikmati sate yang tadi di beli. Tapi keluarga Airin tidak berniat untuk menunggu atau menawari Airin untuk makan, seakan semuanya telah lupa.
*
*
Pagi telah menyapa seperti biasa, Airin bangun lebih awal dari pada penghuni rumah lainya. "Ya ampun kenapa sih ... jam-nya nggak mau berhenti sejam aja," gerutu Airin dengan mematikan alarm di ponselnya.
Rasanya memang masih benar-benar mengantuk yang di rasakan Airin. Dengan langkah berat, Airin berjalan menuju kamar mandi dengan handuk dan baju ganti yang tersampir di pundaknya.
Saat akan menuju kamar mandi, mata Airin melirik ke kamar mandi. "Kok sepi," gumam Airin. Karena biasanya jam segini Airin sudah mendapati ibunya yang memasak di dapur.
Airin melanjutkan niatnya untuk ke kamar mandi, lagi-lagi harus berperang dengan rasa dingin. Saat air mulai mengguyur tubuh-nya.
Hingga 15 menit kemudian Airin baru selesai dari ritual mandinya. Dan Airin sudah mendapati ibunya berada di dapur, dengan menata beberapa lauk pauk yang ia keluarkan dari kantong plastik.
Setelah Airin selesai bersiap, langkah kakinya segera menuju dapur. "Bu tadi dari mana?" Tanya Airin.
"Tadi ibu beli lauk matang di warung, ibu lagi males masak. Ini tadi, cuma belanja lauk segini aja sudah habis enam puluh ribu. Belum lagi nanti kalau buat bekal kamu, yang di rumah cuma kebagian tempe sama tahu," jawab ibunya panjang lebar.
Airin tadi rasanya menyesal telah bertanya, niat yang tadi untuk sarapan seketika dia urungkan.
"Bu, Airin berangkat dulu," pamitnya, seraya mencium punggung tangan ibunya.
"Kamu nggak sarapan? Nggak bawa bekal?" Tanya ibu.
"Nggak Airin sudah telat," elaknya. Padahal jam masih pukul 05.15.
Airin mengambil tas kerjanya, dan dia sampirkan ke pundak. Ternyata saat di depan dirinya tak menjumpai ayah seperti kemarin pagi.
Airin lagi-lagi harus menghembuskan nafasnya kasar, dengan cepat kaki Airin melangkah ke pinggir jalan untuk mencari tumpangan.
(Pasti ada yang tanya kenapa gak pesan ojol, karena Airin takut kalau naik ojek 😊)
***
Ternyata Airin hari ini cepat mendapatkan tumpangan, jadi bisa membeli nasi bungkus untuk dia bawah diam-diam masuk kedalam ruang kerja-nya.
"Whoi ... ngapain lo," teriak Lusi yang baru datang.
Airin hampir saja tersedak makanan yang berada di dalam mulutnya.
"Ck, rese' lo," sembur Airin yang melanjutkan sarapannya kembali.
"Pasti ramalan gue kemarin bener," ucap Lusi songong. Saat melihat Airin yang sarapan dengan nasi bungkus.
Airin hanya menatapnya jengah.
"Udah, gak usah di bahas," sergah Airin saat melihat Lusi ingin mengatakan sesuatu. Dan Airin sudah bisa menebak apa yang akan Lusi katakan, apalagi kalau bukan tentang keluarganya.
Lusi yang sudah membuka mulutnya ingin memberikan tausiyah seketika langsung mencebik kan bibirnya. "Nggak asik lo."
Hingga beberapa saat Airin sudah menyelesaikan acara sarapannya.
"Rin kalau gue lihat-lihat kehidupan lo gak kalah sama orang ngekos, kasih jatah tiap gajian, iya. Beli makan tiap malem, iya. sering beli sarapan, iya. Belanja buat sabun cuci, sampo sama temen-temennya juga, iya. Jadi ya udah loh tinggal ngekos aja, biar lo gak sumpek liat keluarga lo yang modelannya kayak begitu," celoteh Lusi.
Airin hanya diam mendengarkan saja, tapi sejujurnya di hatinya juga ingin melakukan apa yang di katakan Lusi. Tapi Airin masih berat untuk melakukanya.
...----------------...
Jangan lupa Vote, like dan komen. Terima kasih, semoga sehat selalu. Amin 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Hafiz Ghany
semangat makaryo Airin 💪💪 semoga kebahagiaan segera menghampiri 😉😉😉
2022-03-07
0
Tiyaatiya
samangat Thor,ditunggu terus up nya
2021-12-23
1
N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐
sependapat😁
2021-12-03
0