Airin sejenak memejamkan matanya, meresapi rasa ngantuk yang masih tertinggal sedikit di matanya.
Hingga suara langkah kaki yang semakin ramai berbenturan dengan lantai membuat Airin terbangun.
Airin dan Lusi bekerja di bagian yang sama, bagian assembling tapi di khusus inner (bagian melipat karton untuk tempat sepatu)
Sebenarnya ada juga pekerja yang lainya satu ruangan dengan Airin, tapi mereka sudah sedikit berumur. Hingga Airin hanya nyambung jika bercerita dengan Lusi, karena mereka yang termuda di ruangan itu.
"Hei, lo tumben datangnya pagian?" Tanya Lusi yang baru datang.
"Iya, tadi di anterin ayah."
"Kena angin apa?"
"Mungkin lagi pengen."
"Halah ... lo gak inget hari ini kita gajian, pastilah ada udang di balik bakwan," cibir Lusi.
Airin hanya memutar bola matanya malas, yang masih pagi sudah mendengarkan celotehan Lusi yang seperti burung beo.
Hingga beberapa saat bel di pabrik itu sudah berbunyi, menandakan jam sudah pukul enam pagi. Waktunya untuk memulai kerja.
Bel akan berbunyi jika jam 06.00, 07.00, 12.00, 13.00 dan 15.00. Setelah di atas jam tiga sore bel akan berbunyi setiap satu jam sekali.
Airin dan Lusi memakai Appron mereka dan bersiap untuk memulai pekerjannya. Di assembling terdapat tiga line, dan ruang kerja Airin terdapat di lantai atas yang masih terhubung dengan assembling.
Airin dan Lusi harus bisa memenuhi target satu line, begitupun dengan teman Airin yang lainya. Satu line di jatah dua orang pegawai. Sedangkan satu line harus memenuhi target 230 inner per jam.
"Rin kalo aja kita gak pulang malam terus, pengen deh jalan-jalan kemana gitu," ucap Lusi, dengan tangan yang cekatan melipat inner.
"Ck, jangankan jalan-jalan Lus, pulang agak sorean dikit aja syukur," sahut Airin, dengan tangan yang juga cekatan melipat inner.
"Hei, kalo ngobrol jangan keras-keras nanti ketahuan sama kabag (kepala bagian)" tegur mbak Endang pengawas Airin.
Airin dan Lusi hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih. Beruntung Airin memiliki pengawas yang tak segarang pengawas lainya.
"Lus gue ke gudang dulu, dah habis tuh ...." ucap Airin seraya mengedikkan dagunya ke arah inner yang mulai menipis persediannya.
"Ok," sahut Lusi.
Airin berjalan ke arah gudang dengan hand pallet yang berada di tangannya, memang saat persediaan inner-nya habis mereka tidak bisa berdua untuk mengambilnya. Karena ada yang harus tinggal untuk memasok inner ke line.
Untung saja gudang tempat Airin mengambil inner hanya di ruang sebelah. "Mbak, aku mau ambil inner," teriak Airin kepada mbak Yuyun, pegawai yang bertugas mencatat keluar masuk barang, usianya yang jauh di atas Airin.
"Iya," sahut mbak Yuyun yang keluar dari ujung ruangan, sepertinya habis mengecek persediaan barang.
"Mbak aku ambil tujuh ratus ya," ucap Airin seraya memberikan buku nota.
"Ok, barangnya ada di sebelah sana," tunjuk mbak Yuyun pada ujung gedung.
"Jauh sekali mbak," keluh Airin, seraya melangkahkan kakinya ke tempat yang di tunjuk mbak Yuyun.
Mbak Yuyun hanya tersenyum melihat keluhan Airin.
Airin dengan perlahan memindahkan gebokan inner pada hand pallet, satu gebok berisi 50 lembar inner.
Mbak Yuyun berdiri di samping Airin, menghitung inner yang di ambil oleh Airin agar tidak salah. Airin melarang mbak Yuyun membantunya karena sedang hamil.
"Ok, selesai," ucap Airin seraya mengusap keningnya yang sudah di banjiri keringat.
"Ok, pas ya," sahut mbak Yuyun seraya mengembalikan nota nya yang sudah di tandatangani.
Dengan perlahan Airin memompa hand pallet agar sedikit meninggi, supaya tidak terlalu berat saat di tarik.
"Mbak, aku balik dulu!" Teriak Airin kepada mbak Yuyun yang sudah beranjak dari sana.
Dengan perlahan Airin menarik hand pallet yang sudah terisi inner berjalan ke ruangannya.
"Ya ampun, gimana aku mau tinggi, tiap hari kerjaannya angkat inner. Tapi ada hikmahnya juga anggap saja habis fitnes," gerutunya, seraya mengusap keningnya yang sudah di penuhi keringat lagi.
"Huft ..." Airin menghembuskan nafasnya kasar, dan segera menenggak minumannya hingga habis, saat sudah sampai di ruangannya.
"Lus, gantian," ujar Airin.
"Ok," sahut Lusi yang segera berdiri dari duduknya. Dan gantian sekarang Airin yang duduk.
Memang seperti itu pekerjaan mereka setiap hari, ada plus minusnya. Plus dapat pengawas yang baik, minusnya pekerjaan yang seperti kuli menguras tenaga.
Lusi dengan perlahan memindahkan inner yang tadi di ambil Airin ke tempat persediaan mereka. Hingga beberapa saat Lusi juga mengalami hal yang sama seperti Airin, keringat yang membasahi keningnya.
Tapi menurut Airin dan Lusi itu tidak masalah. Asal teman kerja mereka tidak suka nyinyir seperti mulut tetangga.
***
Siang hari telah tiba, sudah waktunya bagi pekerja untuk mengisi perut mereka. Termasuk Airin dan juga Lusi yang sudah berada di kantin.
"Lus pesenin gue juga, tapi minum aja," ucap Airin.
"Lo nggak makan?"
Airin mengeluarkan kotak bekalnya dari dalam tas dan menaruh di atas meja.
"Tumben lo?" cibir Lusi mengetahui Tiara membawa kotak bekalnya.
"Lo aneh tau gak, gue bawa salah, gue gak bawa salah juga."
"Ck." Lusi hanya berdecak pinggang. Kemudian otaknya mengingat sesuatu. "Ah ... hari ini kan gajian," ujarnya.
Airin hanya mencebikkan bibirnya.
Setelah itu Lusi melangkahkan kakinya ke arah ibu kantin untuk memesan makanannya dan minuman Airin.
"Udah?" Tanya Airin saat Lusi sudah kembali kemejanya.
Lusi menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dan mengeluarkan ponsel di sakunya. Mengotak atik seraya menunggu pesanannya tiba.
Sedangkan Airin sudah membuka kotak bekalnya dan bersiap untuk melahapnya. Tapi ia urungkan saat matanya melihat Lusi yang menatapnya. "Lo mau?"
Lusi dengan cepat menganggukkan kepalanya, entah kenapa Lusi juga ingin mencicipi bekal yang di bawa Airin.
Airin hanya memutar bola matanya malas, kemudian mengeluarkan satu sendok yang selalu ia bawa. Buat jaga-jaga kalau ibunya lupa membawakannya sendok, dan ia berikan kepada Lusi.
Akhirnya kotak bekal itu Airin makan berdua dengan Lusi, hampir saja isi bekal itu habis, ibu kantin datang membawa pesanan Lusi. "Ini neng pesanannya," meletakkannya di atas meja. Mata ibu kantin melihat Airin dan Lusi yang sudah makan. "Loh, kalau kalian sudah makan! ini di makan siapa?" Tanya ibu kantin heran.
"Tenang saja bu, masih muat kok," sahut Lusi seraya mengelus perutnya yang rata.
Airin hanya menggelengkan kepalanya melihat porsi makan Lusi yang besar tapi dengan tubuh kecil seperti dirinya.
Ibu kantin pergi dari sana, untuk melayani pekerja lainya yang juga ingin makan.
Dengan lahap Lusi menyantap makan siang ronde keduanya. Airin hanya memperhatikannya seraya menyesap minumannya.
"Lus, perut lo gak kenyang?" Tanya Airin di sela-sela Lusi memakan makanannya dengan lahap.
Lusi menggelengkan kepalanya, dan menelan makanan yang ada di mulutnya. "Tadi itu baru ke isi perut gue yang sebelah kanan, nah ... biar gak iri gue isi yang sebelah kiri," jawabnya sambil tersenyum.
Airin hanya tepuk jidat melihat kelakuan sahabatnya itu.
...----------------...
...Jangan lupa vote, like, dan komen. Terima kasih, semoga sehat selalu. Amin 😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
waaaaahhh.... Kus, kita sehati jwabnnya...😁😁
jwaban Lusi sama kek jwban aq pas ditanya tmen2... soalnya porsi makan + ngemil buat ukuran orang kurus itu lmyan loh saat itu 😁😁😁
2022-08-06
1
Sofyan Van Gallen
tiara..siapa tuh thor hahah salah nulis ya
2021-12-18
0
Cahaya
Semangat selalu kak, ditunggu Up selanjutnya :)
2021-03-27
2