"Tolong Felicia ... saya mohon. Izinkan saya pergi keluar," ucap Agatha, dia juga menangkupkan kedua tangannya. Felicia yang sekarang sedang kebingungan berusaha memasang wajah tenang seperti biasanya.
"Tu-Tunggu sebentar ... Nona, akan saya tanyakan dulu kepada Tuan Duke," katanya. Pelayan itu pun undur diri dari hadapan Nonanya dan pergi ke ruang kerja Duke Coldine. Setelah sampai di depan pintu ruang kerja Duke Coldine, Felicia mengetuk pintu kemudian berkata, "Tuan, apa boleh saya masuk?"
"Ya, masuklah,"
Pelan-pelan Felicia membuka pintu, dia berusaha untuk tidak memecahkan konsentrasi Tuannya. Namun ketika dia berbalik menghadap Duke Coldine, Felicia terkejut, tapi juga ingin tertawa. Penampilan Duke Coldine dan saudaranya, Felix, sangat acak-acakan. Felicia tahu bahwa setelah dia melapor pagi hari tadi, kedua pria itu langsung membaur dengan tumpukan kertas.
Felix yang menyadari saudarinya berusaha menahan tawa langsung menatap tajam. "Felicia, tolong cepat katakan keperluanmu. Tuan sedang sibuk sekarang," katanya tajam.
"Nona Agatha ingin pergi keluar, Tuan. Apa Anda mengizinkan?" Duke Coldine meletakkan pena dan kertasnya, dia langsung berdiri dan keluar dari ruangannya. Felix dan Felicia saling memandang sesaat dan cepat-cepat menyusul Tuan mereka.
Lagi-lagi Felicia ingin sekali tertawa, melihat ekspresi ngeri yang ditampilkan para pekerja yang merupakan temannya saat berpapasan dengan Duke Coldine dan Felix. Felicia mungkin hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat ekspresi orang-orang tersebut. Namun anehnya mengapa Tuannya lebih memilih untuk bekerja lembur?
Sesampainya di depan kamar Agatha, Felicia membukakan pintu untuk Duke Coldine. Di dalam, Agatha sedang bersantai menikmati teh yang dia buat sendiri. Gadis itu mengalihkan pandangan ketika suara langkah kaki Duke Coldine, Felix, dan Felicia terdengar. Awalnya Agatha terkejut dengan penampilan Duke Coldine dan Felix, ekspresinya hampir sama dengan para pekerja tadi. Namun cepat-cepat dia mengubah ekspresi tersebut.
"Tuan Duke, selamat pagi," sapa Agatha. Duke Coldine hanya menanggapi dengan anggukan kepala yang kecil. Agatha tetap tersenyum mendapatkan respon yang termasuk dingin tersebut.
"Nona Agatha, saya dengar Anda ingin pergi keluar. Kemana Anda akan pergi dan untuk apa?" tanya Duke Coldine setelah dia duduk.
"Saya ingin pergi ke toko buku dan membeli buku "Sihir Penyembuh" karena di perpustakaan kediaman Anda tidak ada," dahi Duke Coldine berkerut. Apa telinganya sedikit bermasalah? Apa baru saja dia mendengar kata sihir? Konyol.
"Maaf, tapi saya tidak memperbolehkan Anda. Buku setipis itu tidak pernah berguna untuk Anda, Nona hanya akan membuang waktu berharga Nona sendiri. Lebih baik Anda kembali melukis,"
"Mengapa? Saya hanya ingin membeli buku saja. Mengapa Anda tidak mengizinkan saya? Jika Anda mengkhawatirkan saya yang membuka status kita sekarang, saya berjanji tidak akan melakukannya. Saya juga hanya mengikuti perintah Yang Mulia saja ... untuk menikah dengan Anda,"
Duke Coldine memijit pelipisnya, dia tidak tahu bahwa gadis yang ada di depannya ini sampai memikirkan hal tersebut. Namun, bukan itu alasan Duke Coldine menolak permintaan Agatha. Sihir adalah hal yang paling konyol yang pernah dia dengar, sihir tidak nyata, dan itu hanya sebuah imajinasi saja. Jadi tidak ada gunanya kalau membaca buku tentang sihir karena sihir itu memang tidak ada.
"Bukan, bukan itu. Anda tahu? Penyihir, menara sihir, dan yang lainnya? Itu hanya sebuah cerita yang dibuat oleh orang-orang yang terlalu percaya bahwa sihir itu memang ada. Namun sihir itu tidak ada, itu hanya imajinasi...."
"Lalu buku-buku yang ada di perpustakaan Anda itu apa? "Sihir Api", "Sihir Air", dan yang lainnya...." ucap Agatha memotong kalimat Duke Coldine. Wajahnya bertanya-tanya, pria yang tidak percaya kepada sihir tapi memiliki buku sihir di perpustakaan rumahnya. Felicia dan Felix saling melirik satu sama lain.
"Kalau begitu, bisa ambilkan beberapa buku yang Anda baca, Nona Agatha?" tanya Duke Coldine dengan nada datar dan dingin. Agatha tidak menjawab dan segera beranjak dari tempat duduknya, kemudian pergi. Agatha melangkah terburu-buru, baru kali ini gadis itu merasa kesal, lebih kesal daripada melihat kemesraan Duke Coldine dan Shanon di masa lampau.
Gadis itu membuka pintu perpustakaan dengan sedikit kasar, segera dia membawa tiga buku yang tidak berlalu tebal. Agatha kembali ke kamarnya dengan langkah yang sama.
"Tuan Duke, saya kembali," ucap Agatha, kemudian meletakkan ketiga buku yang dia bawa di depan hadapan Duke Coldine. "Ini buku yang saya temukan di perpustakaan kediaman Anda. Silahkan lihat sendiri bahwa hal konyol yang Anda maksudkan ada di sini," tambah Agatha dengan nada sedikit kesal.
Ketiga buku tersebut terus ditatap oleh Duke Coldine, pria itu menatap cukup lama dengan tatapan datar. Sebenarnya Duke Coldine tidak melihat apapun di sampul buku itu, tidak ada tinta yang tergores di sana. Seingatnya buku-buku sejenis ini tidak berisi apapun, ini hanya buku-buku tua.
"Nona Agatha, ini hanya buku-buku tua dan seingat saya tidak ada satu huruf pun di dalamnya," kata Duke Coldine. Namun beliau mendapat tatapan tajam dari Agatha, ada rasa ketidakpuasan di dalam matanya. Maka Duke Coldine memutuskan untuk mengikutsertakan Felicia. "Felicia, apa kamu melihat tulisan di buku ini?" tanyanya.
"Saya sama sekali tidak melihat tulisan apapun, Tuan," jawab Felicia.
Sakit, itu yang dirasakan oleh Agatha saat ini. Pertentangan yang Duke Coldine dan Felicia katakan membuatnya sakit dan marah. "Baiklah ... saya mengerti, kalau begitu silahkan kalian semua keluar dari kamar saya. Maaf atas perkataan saya yang tidak sopan ini. Saya sedikit lelah, saya ingin beristirahat. Tuan juga jangan lupa untuk beristirahat,"
Duke Coldine, Felix, dan Felicia menuruti ucapan Agatha. Setelah ketiga orang itu keluar dari kamar, Agatha berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Ini pertama kalinya dia merasakan sakit, kecewa, sedih, dan marah secara bersamaan.
Sementara itu di ruang kerja Duke Coldine, Felicia membantu membereskan beberapa dokumen yang jatuh di lantai. Pikirannya masih tertuju kepada Agatha, sesekali Felicia juga melirik ke arah Tuannya. "Tuan, apa saya berbuat kesalahan? Entah mengapa saat melihat wajah Nona tadi ... saya merasa tidak terlalu baik," tanyanya memberanikan diri.
Duke Coldine yang sedang memejamkan matanya menghela napas pelan, pria itu juga merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Felicia, ada sedikit rasa bersalah. Tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi? Apa penyebabnya?
"Sudahlah, lebih baik kita beristirahat seperti apa yang dikatakan oleh Nyonya," ucap Felix memecah keheningan. "Tuan dan Felicia tidak perlu mengkhawatirkan Nyonya. Benar bukan, Tuan?"
"Hm, gadis itu akan baik-baik saja,"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Yups! Terima kasih sudah kembali membaca novel ini. Terima kasih sudah membaca bab 5. Nantikan kelanjutannya di bab selanjutnya ya. Jangan lupa untuk support aku😚
Beri :
▪Like
▪Komentar
▪Vote
▪Rating
▪Follow (jika berminat ya hehe🤣🤣)
▪Dan share juga jika menurut kalian cerita ini bagus.
Okay, sampai jumpa di bab selanjutnya. Danke.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ida Blado
gamparin aja sih biar si muka datar ada bentuknya
2022-05-11
1
senja
wah dia penyihir nih
2021-09-12
1