4 - Loh?

I wish time had better timing for you and me.

-Perry Poetry

_______

Setelah menyelesaikan makan siangnya bersama Bang Ren, Nada kembali terlebih dahulu menuju kubikelnya untuk segera menyelesaikan pekerjaannya karena tubuhnya merasa sangat lelah. Untuk hari ini, pekerjaannya tidak terlalu banyak sehingga Nada bisa pulang teng go. Nada pun bergegas memasukkan semua barangnya ke dalam ranselnya yang selalu dibawanya kemana-mana. Meski Nada seorang perempuan, tapi dia tidak suka memakai tote bag atau tas sejenisnya yang identik dengan kaum hawa, karena menurutnya hanya akan membuat lengannya pegal sebelah.

Selagi dalam perjalanan pulang menuju kosannya dengan menggunakan ojol, Nada teringat jika cemilannya yang wajib ada sudah habis. Mumpung belum sampai ditujuannya, Nada mengarahkan driver ojol agar berhenti di minimarket yang terletak di ujung jalan menuju kosannya.

"Mas, berhenti di minimarket depan ya," ujarnya sedikit teriak.

"Siap mbak." balas driver ojol.

Ojol yang membawa Nada berhenti sempurna di depan minimarket.

"Pakai Oh-Pay ya mas," ucap Nada diikuti menyerahkan helm yang dipakainya.

"Oke mbak. Ini saya tunggu apa gimana mbak? Kan belum sampai di lokasi," tanya driver ojol.

"Oh, nggak usah mas. Ini udah dekat kok, tuh di ujung sana kosan saya." balas Nada dengan menunjuk kosannya.

"Okelah mbak. Saya permisi dulu." pamit driver ojol tersebut.

Seperginya ojol yang Nada tumpangi, ia melepaskan ikat rambut yang selalu digelangkan di pergelangan tangan kirinya, menyisir rambut hitamnya alami dan panjangnya sepunggung, kemudian memulai mencepol rambutnya, mengingat panasnya udara ibukota.

Nada memasuki minimarket tersebut dan mengambil keranjang yang berada di dekat kasir. Ia mulai menyusuri rak di bagian perlengkapan mandi, perawatan wanita, skincare dan berakhir di rak snack. Nada memasukkan satu per satu barang yang diinginkannya dan terkadang juga out of the list. Untuk urusan cemilan, ia pecinta coklat, rasa pedas, gurih dan produk baru yang meningkatkan rasa keingintahuannya.

Ya, Nada dan segala keingintahuannya yang tinggi alias kemal (kepo maksimal). Hehe

Nada juga tak lupa mengambil beberapa buah, susu dan jus buah dalam kemasan 1 liter yang selalu ia stock dalam lemari esnya.

Ketika Nada ingin mengambil susu kotak kemasan yang berada di rak paling atas, ia mengalami kesulitan. Nada tak pernah mengambil jenis minuman dingin karena setelah sampai di tempat tinggalnya pun akan dimasukkan ke pendingin. Mengingat rak yang lebih tinggi dari badannya, membuat Nada mau tak mau berjinjit, sampai ada sebuah tangan berotot dari arah belakang dan mengambilkan susu kotak yang diinginkannya. Dengan gerakan cepat, pemilik tangan tersebut mengambil susu kotak kemasan dan dimasukkannya ke dalam keranjang belanja Nada yang hampir penuh. Setelahnya, seseorang yang membantunya langsung berjalan meninggalkan Nada yang masih terdiam dengan watadosnya.

Seketika, Nada yang sedari tadi membelakangi seseorang tersebut, berbalik dan mengucapkan terima kasihnya.

"Mas, terima kasih ya udah diambilin," ucap Nada dengan senyum tulus.

Sedangkan seseorang yang dimaksud tidak mengetahui senyum tulus seorang Nada, namun menghentikan langkahnya yang sudah berjarak dengan Nada dan memutar badannya.

"Sama-sama, Jani." ucap seseorang tersebut, yang tak lain adalah Andra.

"Loh? Kamu?" ucap Nada kaget.

"Kita bertemu lagi," balas Andra tersenyum simpul.

"Kamu sedang apa disini?" ucap Nada yang masih kaget dan linglung.

"Berbelanja. Apa minimarket sekarang fungsinya beralih menjadi toilet?" canda Andra yang masih mempertahankan senyumnya.

"Eh? Maksudku bukan begitu," ucap Nada mengelak.

"Atau jangan-jangan kau membuntutiku? Iya?" tuduh Nada sambil menyipitkan matanya.

"Maksudmu?" tanya Andra mengernyit.

"Who knows?" balas Nada dengan pedenya.

"Ini hanya kebetulan," jawab Andra tenang.

"Bertemu dua kali dalam sehari, menurutmu kebetulan?" tanya Nada meremehkan.

Andra hanya menghendikkan kedua bahunya.

"Saya masih tidak habis pikir saja, bertemu denganmu dua kali dalam sehari. Terlebih, saya belum mengingat jelas tentangmu, jika kita alumin smp yang sama," terang Nada.

"Takdir, mungkin." celetuk Andra.

"Really? Hanya bertemu dua kali bisa disebut takdir? Karena setahu saya, jika seseorang tanpa sengaja bertemu sampai tiga kali, barulah yang dinamakan takdir." terang Nada.

"Who knows? Kamu ataupun saya tidak ada yang tahu, kecuali Allah." jawab Andra tenang.

Nada mengernyitkan dahinya. Who knows? Itu kan kata-kata gue, batin Nada.

Nada semakin menduga-duga "kebetulan" ini. Dua kali dalam kurun waktu yang sama. Dua kali. Dan herannya, masih sama-sama dalam outfit yang sama pula. Yakin ini cuma kebetulan?

"Oke, oke. Saya pastikan jika ini hanya sebuah kebetulan seperti menurutmu, bukan seperti yang saya pikirkan." jelas Nada mengalah.

"Maksudmu bagaimana? Kamu berpikir jika pertemuan kita yang kedua kalinya ini saya sengaja? Saya rencanakan? Dengan membuntutimu?" sindir Andra.

Nada hanya mengendikkan bahunya.

"Entahlah," ucap Nada.

Tanpa berlama-lama, Nada segera menuju kasir dan membayar semua belanjanya. Meninggalkan Andra di belakang dan segala percakapan tentang "kebetulan" tadi.

Andra segera membuntuti Nada menuju kasir untuk membayar belanjaannya. Sewaktu Nada sibuk mencari dompet untuk mengambil uangnya, sesaat sebuah tangan dari arah sampingnya menyodorkan kartu debit pada penjaga kasir.

"Sekalian sama belanjaan mbak ini mas," ucap Andra pada penjaga kasir minimarket tersebut.

"Silahkan tanda tangan disini mas," ucap penjaga kasir yang menunjukan struk kartu debitnya.

Setelahnya, Andra langsung bergegas peegi dengan membawa kantung belanjanya menuju tempat parkir. Meninggalkan Nada yang masih mematung.

Setelah pertemuan "kebetulan" di minimarket tadi, Nada bergegas pulang ke kosannya dengan membawa dua kantung belanjaan.

Sesampainya di kamar kosnya, Nada meletakkan barang belanjaannya begitu saja. Ia masih linglung.

Ada apa dengannya? Mengapa ia hanya diam saja? Mengapa pula jantungnya berdebar kencang? Tepatnya saat ia melihat sorot mata hitam keabu-abuan milik Andra, seakan-akan ia pernah menatap kedua bolamata tersebut.

Ya, sorot mata teman dekatnya semasa seragam putih biru. Teman dekat yang memiliki panggilan lain padanya. Teman dekat yang membuatnya nyaman sekaligus menjadi cinta pertamanya.

Mungkinkah?

Terpopuler

Comments

Astria

Astria

sama sama mnunggu ni ktaknya

2022-05-26

0

re

re

Suka juga

2022-03-04

0

Efrida

Efrida

aihhh sm2 cinta pertama ternyata

2021-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!