Kami makan disebuah makanan cepat saji. Aku duduk dan dia pergi memesan makanan. Membuka media sosial adalah pilihan saat menunggunya yang begitu lama.
Secara tidak sengaja, aku melihat postingan seseorang. Masih sama seperti dulu. Dia cantik dan suka sekali foto-foto di tempat yang cantik. Sama seperti dirinya. Tidak dipungkiri, hati ini merindukan kebersamaan dengannya.
"Aduh! sorry lama."
Perhatianku teralihkan pada suara Raya yang datang dengan banyak sekali makanan di nampan yang dia bawa.
"Ini bakalan abis memang?" tanyaku.
"Kurang malah!" jawabnya ketus. Lalu duduk di kursi tepat di hadapanku.
Aku hanya mengangguk perlahan dengan mulut sedikit terbuka. Heran, sumpah!
Paket ayam yang isinya enam potong beserta nasinya. Burger tiga dan juga kentang goreng. Belum lagi es krim dan juga puding.
"Ambilah." ucapnya sambil menggerakkan dagunya ke depan.
Aku mengambil satu ayam dan juga nasi.
Benar-benar menakjubkan. Raya berhasil menghabiskan makanannya. Yang aneh adalah bentuk tubuhnya yang tergolong kurus untuk seseorang yang bisa menghabiskan makanan dengan porsi besar.
"Aneh? jangan! aku sengaja makan banyak biar gendut. Sayangnya aku masih gini-gini aja. Ceking."
"Saat yang lain berusaha diet ketat, kamu malah ingin gendut. Dasar aneh!"
"Supaya calon suamiku mundur saat melihat aku yang tidak seperti seorang putri, persis seperti apa yang dia bayangkan."
Aku hanya diam dan tidak ingin bertanya lebih lanjut. Untuk apa juga.
"Gimana rasanya jadi orang miskin?"
Pertanyaan yang membuat aku hampir tersedak meski tidak sedang memakan apapun. Aku memperbaiki posisi duduk menjadi lebih tegap.
"Biasa aja. Kenapa?"
"Gak apa-apa. Cuma nanya. Gak menderita atau yang lainnya gituh?" tanyanya, kemudian melahap paha ayam terakhirnya.
"Semua nikmat itu ada pada rasa syukur kita. Bukan pada status sosial kita. Aku memang kekurangan, tapi aku bahagia."
"Aku banyak uang tapi tidak bahagia. Makanya uanganya aku buang-buang percuma."
"Percuma?"
"Ya! kenapa?"
"Kenapa gak dikasih ke yang membutuhkan saja? jauh lebih manfaat."
"Biar kita sama-sama menderita aja."
Aku mengernyitkan dahi. Sungguh pemikiran yang aneh, tapi mungkin itu adalah luapan rasa sakit yang dia alami. Penyakit abege sekarang, terutama anak-anak orang kaya seperti dia apa lagi kalau bukan kurang kasih sayang.
Ya. Kekayaan yang mereka nikmati, harus dibayar dengan kesibukan orang tuanya. Lebih lagi jika mereka tidak memiliki banyak saudara kandung untuk berbagi cerita.
"Udah malem. Pulang, yuk."
Dia berdiri dan pergi begitu saja.
Azan magrib mulai terdengar dimana-mana saat kami berada di atas motor. Hanya diam. Tidak seperti pertama kami berboncengan tadi.
Mungkin dia enggan harus menghadapi malam di rumahnya. Itu bisa aku tebak saat dia beberapa kali menghela nafas dan mengembuskannya dari mulut dengan penuh tekanan. Seakan ingin melepaskan beban berat dalam dadanya.
Sampai di depan gerbang sekolahnya setelah hampir setengah jam perjalanan. Sebuah mobil mewah putih sudah menunggunya. Terlihat begitu dia turun dari motor, supir ikut turun dan membukakan pintu. Tersenyum lalu menundukkan kepala padanya.
Raya masuk ke dalam mobil, tapi selang berapa detik dia turun lagi dan berteriak.
"Abang, makasih untuk hari ini." Dia melambaikan tangan dengan wajah sumringah.
Aku tersenyum tipis dan ikut melambaikan tangan setengah ragu.
Mobil itu melaju kemudian menghilang dari pandangan mataku.
Ponselku berbunyi. Ada orderan baru. Hari ini memang sangat hoki. Rezeki mengalir deras. Alhamdulillah ....
"Oteweee!"
🌺🌺🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Meili Mekel
otw lanjut
2022-06-11
0
LadyYurieke Nelwan Kaligis
seru juga ni anak orang kaya sama mas ojol🤩mantap thor
2022-01-08
1
fanthaliyya
😂😂😂
2021-11-18
0