Ghibran membuka matanya saat matahari sudah mulai merambat naik ke permukaan. Perlahan ia menggerakan lehernya yang terasa kaku, sebelah tangan yang bebas dari jarum infus ia angkat untuk memijat pelan pelipisnya. Kepalanya kembali terasa berdenyut.
Pemuda tampan berkulit sawo matang serta hidung mancung dan bibir merah alami, bola mata cokelat tua dengan alis tebal. Serta tinggi 175 cm dengan berat badan 65 kg itu masih berbaring merasakan sekujur tubuh yang masih terasa nyeri.
Sayup-sayup ia mendengar suara orang mengaji. Ghibran menengok ke kanan dan kiri, guna mencari asal suara tersebut. Suara itu terdengar mengalun indah di telinganya, namun entah kenapa ia merasa merinding.
"Gua beneran udah mati ya?" Ghibran mencubit sebelah pipinya, "aw sakit, berarti gua masih hidup dong."
Setelah yakin bahwa dirinya masih hidup. Ghibran berangsur duduk, supaya bisa melihat lebih jelas siapa yang tengah membacakan ayat suci itu untuknya.
Matanya menyipit saat melihat seorang perempuan duduk di sofa yang terdapat di dalam ruangan itu. Tak jauh namun juga tak dekat dari tempat tidurnya saat ini.
"Ehmm."
Hafsha yang sedang mengaji menengadahkan wajahnya mendengar suara deheman itu. Bibirnya tersenyum tipis melihat pemuda itu sudah terbangun dari tidur panjangnya.
"Shadaqallahul adzim." Hafsha menutup alqur'an kecil di tangannya dan menyimpannya kembali ke dalam tasnya.
"Kok gua dingajiin sih, emang gua udah mati ya?" tanya Ghibran saat melihat Hafsha telah selesai dengan beres-beresnya.
"Mengaji itu bukan hanya untuk orang yang sudah meninggal saja, tetapi juga untuk mendoakan orang yang sedang sakit." sahut Hafsha dengan wajah menunduk. Ghibran nyengir kuda seraya menggaruk pelipisnya mendengar jawaban Hafsha barusan.
"Aa', sudah baikan? Apa masih ada yang sakit, mau saya panggilkan dokter?" tanya Hafsha tanpa melihat pada lawan bicaranya.
"Lu ngomong sama gua?" Ghibran menunjuk dirinya sendiri. Ia membalas pertanyaan Hafsha dengan pertanyaan pula.
Hafsha mengangkat wajahnya, beberapa detik ia menatap mata pemuda itu. Ia melihat pemuda itu tersenyum padanya, membuat Hafsha kembali menundukan wajahnya menghindari tatapan Ghibran.
"Memang ada orang lain di sini selain kita?" tanya Hafsha balik, ia kembali menjawab tanpa menatap Ghibran.
Ghibran terkekeh mendengar jawaban Hafsha yang terdengar sedikit menggerutu, "lagian lu ngomong tanpa melihat pada lawan bicara lu, makanya gua kira lu ngomong sama lantai."
Hafsha menarik napas pelan menanggapi ucapan Ghibran. Sudah biasa bagi Hafsha mendengar komentar seperti itu dari laki-laki yang menjadi lawan bicaranya.
"Kalau memang Aa', sudah merasa baikan. Saya pamit dulu." Hafsha mengambil tas dan beranjak dari tempat duduknya.
"Tapi nanti lu datang lagi kan?" tanya Ghibran dengan nada suara naik satu oktaf saat melihat Hafsha sudah mulai menjauh.
Hafsha berbalik dan tersenyum di balik cadarnya, "Insya Allah. Assalamualaikum."
Ghibran hanya melihat kepergian Hafsha tanpa berniat menjawab salam gadis itu. Ia kembali merebahkan tubuhnya yang masih terasa sakit dan pegal di sekujur tubuhnya.
"Gadis itu lucu, kenapa dia nggak mau natap gua? Apa wajah tampan gua berubah menyeramkan, atau mungkin lantai itu lebih menarik dari pada wajah gua?" Ghibran nampak berfikir sejenak, "eh tadi gua lupa lagi nanya siapa namanya. Gua juga lupa ngucapin makasih sama dia," gumam Ghibran, ia refleks menepuk keningnya sendiri.
"Astaga, sakit," Ghibran mengusap kening yang ia pukul barusan.
"Lagian iseng amat sih lu, ngapain mukul dia? Udah tahu dia lagi sakit," gerutunya, sambil menatap tajam pada tangan yang barusan ia gunakan pakai untuk memukul keningnya.
Kemudian ia melihat ke setiap sudut ruangan memastikan jika memang dirinya saat ini benar-benar sendirian. Bukan apa-apa, takutnya ada yang melihat ia ngomong sendiri, kan, gawat. Dia bisa dipindah rumah sakitkan ke tempat orang-orang yang lebih waras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Fatkhur Mukminin
kayaknya sefu tu thor
2022-01-16
0
Fatkhur Mukminin
kayaknya sefu tu thor
2022-01-16
0
Fatkhur Mukminin
kayaknya sefu tu thor
2022-01-16
1