Persis seperti yang ada di dalam ingatan Ye Qing, jamuan pesta kekaisaran kali ini juga diadakan di aula utama istana. Mengingat pesta tersebut adalah bentuk rasa syukur kaisar atas kalahnya musuh bebuyutan mereka—bangsa Xiongnu, aula istana Zhao Yang sengaja dihias dengan sangat cantik dan mewah. Pilar-pilar kokoh bercat merah yang menyangga bangunan tersebut dililit dengan kain berwarna emas. Tempat lilin berukirkan naga dan burung vermilion berdiri di setiap ujung ruangan dan di sisi meja tamu, pendarnya membuat istana Zhao Yang terang benderang.
Ketika rombongan Jenderal Ye Long datang, hampir seluruh tamu undangan telah menempati bangku mereka masing-masing. Karena jabatan dan pangkatnya yang tinggi, meja jamuan yang disediakan bagi rombongan keluarga Ye berada di barisan terdepan, hanya satu level di bawah bangku pangeran dan putri kerajaan.
Setelah memberikan salam pada penghuni bangku sebelah, keluarga perdana menteri Zhao, Ye Qing mengambil tempat duduk di samping kakak ketiganya. Gadis itu lantas menuangkan arak ke dalam gelas porselen yang telah disediakan di hadapannya dan meminumnya dalam sekali teguk.
Tidak lama setelah itu, dua kasim senior yang berjaga di depan gerbang aula dengan lantang menginformasikan bahwa rombongan kaisar dan permaisuri telah tiba. Dibelakang mereka, berbaris para selir serta pangeran dan putri kerajaan. Para tamu undangan secara bersamaan bangkit berdiri dan membungkukkan badan dalam-dalam, memberikan hormat pada anggota keluarga kerajaan.
“Silahkan duduk, Rakyatku!” Sang kaisar mempersilahkan para tamu undangan untuk duduk setelah semua anggota kerajaan menempatkan diri. Tak lama kemudian, pesta pun dimulai.
Sejujurnya, Ye Qing tidak begitu menyukai jamuan pesta. Baginya, acara seperti ini hanya membuang-buang waktunya yang berharga. Daripada menghadiri jamuan pesta, ia lebih memilih untuk tidur, membaca buku, atau berlatih seni pedang. Itu sebabnya, di kehidupan yang lalu, ia tidak pernah menjawab undangan pesta dari para bangsawan.
Sebagai istri dari Pangeran Xuan, ia tentu kerap mendapatkan undangan pesta. Namun, karena merasa hal itu terlalu merepotkan, Ye Qing lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah dan melayani suaminya. Mungkin karena alasan itu jugalah, Ye Qing kehilangan banyak informasi mengenai hubungan sang pangeran dan Su Wan’er. Harus ia akui, terkadang, jamuan pesta semacam ini juga menjadi ajang pertukaran informasi antar para wanita bangsawan.
Sepertinya, mulai saat ini, ia harus membiasakan diri untuk mengikuti jamuan pesta. Ia perlu membuat jaringan pertemanannya sendiri dan mengumpulkan informasi untuk membalaskan dendamnya.
“Bukankah itu biaomei [1]? Apakah ia akan menyumbangkan sebuah tarian?” Tiba-tiba, suara baritone milik Ye Rong bergema di telinga kiri Ye Qing, membuatnya mau tak mau memutar kepalanya ke arah pandang kakak lelakinya itu.
Beberapa saat kemudian, kedua manik mata Ye Qing mendarat pada sesosok wanita berparas surgawi yang selama beberapa hari belakangan ini menjadi mimpi buruknya—Su Wan’er. Persis seperti apa yang ia lakukan dulu, kali ini, adik sepupunya itu kembali menyumbangkan sebuah tarian untuk memeriahkan suasana.
Di seantero ibu kota, Su Wan’er dikenal sebagai gadis dengan segudang talenta. Ia menguasai hampir semua kesenian, hingga mendapatkan julukan ‘gadis nomor satu di ibu kota’. Tidak hanya itu, sikap anggun dan lemah lembut yang ia miliki juga tidak pernah gagal meluluhkan hati setiap pria. Hampir semua bangsawan di kekaisaran Wuyue ingin menjadikannya sebagai istri.
Jika Ye Qing tidak melihat sendiri kekejaman adik sepupunya tersebut, mungkin ia juga tidak akan percaya bahwa dibalik topengnya tersebut, Su Wan’er adalah seorang wanita ular. Nona Su yang tersohor di seantero kekaisaran ternyata bermuka dua, dan ia sama kejamnya dengan seorang iblis. Senyum manis yang terpampang di wajah eloknya hanyalah sebuah tipu daya dan muslihat. Di balik itu semua, ia adalah manusia berhati busuk.
Su Wan’er adalah putri semata wayang Su Yi Hai, menteri pangkat tiga yang juga merupakan adik tiri dari Nyonya Ye. Keluarga Su adalah sebuah klan besar yang sangat berpengaruh di kekaisaran Wuyue. Ibunda Ye Qing adalah putri pertama dari istri yang sah, sementara Su Yi Hai hanya lahir dari seorang gundik. Dengan statusnya yang rendah, Su Yi Hai seharusnya tidak layak untuk bekerja di pemerintahan. Akan tetapi, karena dukungan dan kebaikan hati dari Jenderal Ye Long, ia akhirnya di promosikan sebagai menteri pangkat tiga.
Siapa yang akan menyangka jika suatu saat kebaikan ayahnya akan dibalas dengan air tuba...
Ye Qing tersenyum sinis sembari terus menatap ke arah Su Wan’er yang kini tengah bersiap di atas panggung. Secara tidak sadar, tangannya menggenggam erat gelas porselen kosong di atas meja. Dengan sedikit saja tambahan tenaga dalam, gelas tak berdosa itu sudah pasti akan pecah berkeping-keping.
“Hmph! Jelas-jelas nona mudaku jauh lebih cantik dari pada wanita itu!” Ming Lan tiba-tiba menghentakkan kaki dan menggembungkan kedua pipinya. Ia menatap tajam ke arah nona muda Su, sorot matanya penuh kebencian.
Ye Qing menoleh ke arah pelayannya tersebut dan terkekeh ringan. Lihat, bahkan Ming Lan pun bisa mengetahui bahwa Su Wan’er adalah wanita ular. Namun, di kehidupan yang lalu, mengapa Ye Qing begitu bodoh dan tak menyadari ini semua?
Tidak lama setelah Su Wan’er selesai bersiap, pertunjukan dimulai. Tubuh rampingnya mulai berlenggak-lenggok mengikuti alunan musik yang mendayu-dayu, menyihir semua mata yang menatapnya. Gaun panjang berwarna putih yang ia kenakan bergerak selaras dengan ayunan anggota tubuhnya, angin yang berhembus meniup rambutnya yang selembut sutera. Di bawah sinar rembulan, tarian gadis itu menciptakan ilusi seolah-olah ia adalah setangkai bunga yang mekar di musim semi.
“Aiyo, harus aku akui bahwa biaomei memang berbakat!” Pujian itu terlontar begitu saja dari lidah Ye Rong. Siapa yang tidak tahu jika putra ketiga Jenderal Ye ini adalah seseorang yang memiliki mulut besar? Komentar apa saja bisa keluar darinya tanpa perlu basa-basi.
Mendengar ucapan kakak lelakinya, Ye Qing tersenyum sinis. Ia benar-benar ingin melihat reaksi Ye Rong apabila ia telah berhasil membuka topeng wanita ular itu. Apakah kakaknya ini masih bisa memuji Su Wan’er seperti yang baru saja ia ungkapkan?
Ye Qing tengah menuang arak, ketika tiba-tiba ia merasakan tatapan seseorang terkunci pada dirinya. Gadis itu memiliki indera yang peka. Apabila ia merasa sedang diawasi, maka sudah pasti memang ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Dengan santai, wanita muda itu menyesap minumannya sembari menyisir seantero aula guna mencari orang yang diam-diam memperhatikannya.
Sebuah senyuman terukir di bibir Ye Qing sesaat setelah ia menemukan pelaku yang ia cari-cari. Tiba-tiba saja, suasana hatinya yang semula buruk karena ulah Su Wan’er, kini langsung membaik. Manusia yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya adalah Xie Jing Yuan!
Sadar bahwa aksinya telah tertangkap basah oleh sang tunangan, Pangeran Jing langsung panik. Pria setampan dewa tersebut buru-buru mengalihkan pandangannya dan dengan kikuk menutupi wajahnya dengan kipas lipat yang ada di dalam genggamannya.
Sejak kecil, Ye Qing telah menekuni dunia seni bela diri. Kedua matanya telah terlatih untuk melihat ke kejauhan dan ia memiliki pandangan setajam elang. Tentu saja, nona muda itu bisa dengan mudah melihat sepasang telinga Xie Jing Yuan yang tiba-tiba memerah karena malu.
Ah, mengapa tunangannya itu begitu menggemaskan?
“Ckckck! Lihatlah dirimu, belum apa-apa kau sudah main mata dengan Yang Mulia Pangeran Jing!” Ye Rong berkomentar dengan nada jahil, “Berbeda denganmu yang tidak tahu aturan, Pangeran Jing terkenal sebagai pria yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan memiliki sopan santun yang tinggi. Jangan membuatnya merasa malu memiliki tunangan sepertimu!”
Di belakang Ye Qing, ketiga pelayannya kini tengah menahan tawa dengan sekuat tenaga.
Tuan muda ketiga memang benar-benar... frontal.
Ye Qing hanya mendengus, “Sebelum mengomentari orang lain, kau harus banyak berkaca terlebih dahulu. Setidaknya, aku jauh lebih baik dibandingkan dengan dirimu. Meskipun aku berpisah lama dengan tunanganku, ia masih setia menungguku. Lalu, bagaimana denganmu? Bukankah tunanganmu memilih untuk menikah dengan orang lain?”
“Kau—” Ye Rong nyaris kelepasan. Jika Ye Huan tidak buru-buru menahannya, ia mungkin akan mengeluarkan pedang dan menantang Ye Qing untuk duel saat itu juga.
Ye Rong dan Ye Qing hanya terpaut usia satu tahun. Itu sebabnya, hubungan mereka berdua bagaikan kucing dan anjing. Bagi mereka berdua, tidak ada hari tanpa perkelahian atau adu argumen. Hidup mereka seolah tidak tenang jika dunia damai.
Meskipun begitu, Ye Qing sadar bahwa kakak ketiganya itu sangat menyayanginya. Ketika ia hendak digulingkan dari tahtanya sebagai permaisuri, Ye Rong lah yang pertama kali angkat suara. Ia berdiri di garis terdepan untuk mendukungnya dan membalaskan dendam. Sayang, ia harus kehilangan nyawa di tangan Xie Feng. Nyawanya tidak tertolong setelah sang kaisar muda menebasnya dengan pedang.
Mengingat akhir hidup Ye Rong, gadis itu kembali merasa hancur. Di kehidupannya kini, ia tidak akan kehilangan keluarganya lagi!
Ye Qing tidak sadar, bahwa sepasang mata lain juga terus mengawasi dirinya.
Glossary:
[1] Biaomei adalah panggilan untuk saudara sepupu perempuan yang lebih muda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Yoni Hartati
pangeran jing bisa berpedang tdk ?
2021-03-08
0
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-07
1
Ritasilviya
lanjut lagi thorttttttt ceritanya tambah seru banget
2021-03-03
0