Rebirth: Rise Of The Phoenix

Rebirth: Rise Of The Phoenix

Prologue

Malam itu, rembulan menyembunyikan dirinya di balik gulungan awan kelabu. Langit yang biasanya dipenuhi dengan bintang, kini tampak suram—seolah memberikan pertanda bahwa hari tersebut akan berakhir dengan duka dan nestapa. Kilat menyambar dari balik cakrawala, mengawali turunnya hujan yang semakin menambah kelamnya malam.

Di dalam istana pengasingan, Ye Qing memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajah di kedua sikunya. Rambut panjangnya yang hitam legam diikat secara sembarangan di atas kepala, sementara jubah sutera yang ia kenakan telah koyak dan memudar bersama dengan kecantikannya. Wajahnya yang dulu mampu membuat bunga di taman kerajaan merasa iri, kini pucat pasi. Semangat hidup telah lama hilang dari kedua manik matanya.

Ye Qing mengangkat kepala dengan lemah dan membuang pandangannya ke luar jendela, menatap ke dalam gelapnya malam seraya memutar kembali memori manis dalam hidupnya. Sebuah senyuman masam terukir di wajahnya.

Andai saja ia bisa memutar waktu, ia bersumpah tidak akan jatuh hati pada laki-laki sialan tersebut. Andai saja ia bisa memutar kembali waktu, ia tidak akan membiarkan keluarganya hancur di tangan pria itu. Kalau saja ia memiliki kemampuan untuk memutarbalikkan waktu, ia akan memilih untuk tidak jatuh ke tangan pria itu dan hidup bahagia bersama keluarganya.

Karena kebodohannya, ia harus menanggung semua duka dan lara yang sekarang ia alami. Seluruh keluarganya mati dan ia harus mendekam di dalam istana pengasingan selama empat tahun lamanya.

Ye Qing adalah puteri kesayangan Jenderal Ye Long. Terlahir sebagai satu-satunya wanita di antara empat saudara, Ye Qing diperlakukan seperti sebuah mutiara yang sangat berharga. Ia tinggal di dalam kediaman yang tak kalah mewah dari istana kekaisaran. Semua yang ia miliki bahkan lebih baik dari milik para putri kerajaan. Ketika kaum wanita di era tersebut dilarang untuk mendapatkan pendidikan, Ye Qing justru dididik oleh sarjana nomor satu di Kerajaan Wuyue. Sejak kecil, ia bahkan berlatih ilmu bela diri dibawah naungan ayahnya dan kakak tertuanya, dua jenderal besar di dinasti tersebut.

Meskipun hidup bergelimang harta, Ye Qing tidak menjadi wanita yang arogan ataupun gadis yang memiliki rasa superioritas tinggi. Meskipun ia sedikit ambisius dan memiliki kebanggan yang tinggi akan dirinya, semua masih dalam batasan wajar. Ia bukanlah wanita berhati picik.

Gadis tersebut tumbuh dan besar di barak militer. Ketika semua gadis bangsawan seusianya mempelajari seni menyulam, melukis, bermain weiqi [1], atau bermain guqin [2], Ye Qing justru mengangkat senjata dan mengasah ilmu bela dirinya bersama tiga kakak lelakinya.

Semua kejadian nahas yang Ye Qing alami bermula ketika ia berusia sembilan belas tahun.

Setelah kurang lebih empat tahun mempertahankan perbatasan utara dan memukul mundur bangsa Xiongnu, ia beserta ayah dan ketiga kakaknya akhirnya kembali ke ibu kota.

Mendengar kepulangan jenderal besarnya, Kaisar Wenzhou yang diselimuti perasaan bahagia memutuskan untuk menggelar pesta megah di Istana Yonghe. Pesta tersebut menjadi penanda kejatuhan Ye Qing dan kehancuran klan Ye.

Pada malam tersebut, untuk pertama kali, nona muda Keluarga Ye jatuh hati pada seorang pria. Laki-laki beruntung itu adalah pangeran keempat, Xie Feng. Pangeran tampan dengan gelar Xuan Wang [3] tersebut merupakan putra kaisar yang terbuang. Terlahir dari selir kelas rendah, Xie Feng gagal mendapatkan perhatian dan kasih sayang kaisar.

Dibutakan oleh cinta, Ye Qing yang saat itu baru menginjak usia dewasa memaksa ayahnya untuk memohonkan dekrit pernikahan antara dirinya dan Pangeran Xuan kepada kaisar. Ia menutup telinga atas protes yang dilontarkan ketiga kakaknya dan orang tuanya. Ibundanya bahkan sempat pingsan begitu mengetahui niatannya untuk

menikahi pangeran buangan.

Dengan bantuan Ye Qing dan backing dari klan Ye, jalan Xie Feng menuju tahta mulus tanpa hambatan. Ia mampu menyingkirkan semua saudaranya dan merebut gelar putera mahkota dari kakak tertuanya, Pangeran Jing—Xie Jing Yuan.

Namun siapa yang menyangka jika suatu saat suami yang begitu ia cintai, mengkhianatinya dan menghabisi seluruh keluarganya tanpa kenal ampun. Sesaat setelah ia dinobatkan sebagai kaisar, ia menuduh klan Ye sebagai pengkhianat yang ingin menggulingkan Kerajaan Wuyue. Sang kaisar memerintahkan semua anggota klan militer tersebut untuk dihukum pancung, tanpa menyisakan satu orang pun.

Termasuk Ye Qing, wanita yang dengan setia menemaninya selama bertahun-tahun.

Ye Qing tertawa masam mengingat kebodohan dirinya di masa lalu, air mata mulai menetes dari ujung matanya. Seharusnya, ia mendengar semua nasehat ketiga kakaknya dan menuruti permintaan ibunya untuk menikahi Pangeran Jing. Seharusnya, ia tidak jatuh cinta pada pria tersebut.

Seharusnya, seharusnya... ia tidak sebodoh ini.

Di sela-sela malam yang dingin, pintu utama istana pengasingan mendadak dibuka. Ruangan yang selama beberapa tahun terakhir diliputi kesunyian yang memekakkan telinga, tiba-tiba menerima kedatangan segerombolan kasim dan prajurit istana.

Sesaat kemudian, seorang wanita berparas surgawi melangkahkan kakinya ke dalam istana milik Ye Qing. Jubah sutera berwarna merah yang membalut tubuh mungilnya bersulamkan benang emas, di kepalanya bertahta sebuah mahkota berwarna senada dengan ukiran burung phoenix yang sangat indah.

“Su Wan’er memberi salam pada kakak sepupu!” Wanita tersebut dengan anggun menyapa Ye Qing. Entah sengaja atau tidak, ia berdiri di depan Ye Qing dan mengelus perutnya yang sedikit menonjol.

Melihat provokasi dari Su Wan’er, puteri kesayangan Jenderal Ye tersebut tertawa getir.

Bertahun-tahun menikah dengan Xie Feng, ia belum juga dikaruniai seorang bayi. Sebelum dirinya diasingkan di tempat ini, ia dengan polos menyangka bahwa Kaisar Langit belum memberikan restu baginya untuk memiliki momongan. Namun setelah matanya terbuka, Ye Qing baru menyadari bahwa Xie Feng memasukkan racun ke dalam teh yang ia minum setiap pagi. Obat terlarang itu tidak akan membunuhnya, benda itu hanya akan merusak rahimnya dan menghancurkan mimpinya untuk memiliki seorang anak.

“Apa yang kau inginkan?” Ye Qing dengan arogan mengangkat dagunya dan menatap adik sepupunya tersebut, “Belum cukup kah kau menghancurkan hidupku dan keluargaku? Su Wan’er, aku tidak menyangka jika dibalik wajah polosmu itu, kau adalah seorang wanita ular. Setelah semua yang keluargaku lakukan untuk membantu

ayahmu, ini adalah balasanmu?”

Senyum di wajah cantik Su Wan’er mendadak beku, digantikan dengan seringai jahat yang selama ini tidak pernah ia perlihatkan pada siapapun; wajah aslinya.

Tertawa nyaring, wanita yang kini menjadi istri kaisar tersebut membalas, “Tentu saja belum cukup. Sebelum Wan’er mengantar Kakak Sepupu ke peristirahatan terakhir, Wan’er tidak akan tenang.”

Dengan satu isyarat, seorang kasim mendekati Ye Qing. Ia membawa nampan dan mangkuk porselen yang berisikan cairan pekat berwarna hitam.

Ye Qing menatap mangkuk tersebut dan tertawa nyaring, membuat kasim dihadapannya bergidik ngeri. Sembari menghembuskan napas dalam, wanita cantik berusia dua puluh tujuh tahun tersebut menegakkan punggungnya dan mengulurkan tangan, meraih mangkuk berisi racun di depan matanya dan menelannya dalam satu kali

teguk.

Ia lantas menutup kedua matanya dengan damai, merasakan cairan pahit tersebut bergulir ke dalam kerongkokannya dan menghancurkan organ-organ di dalam tubuhnya.

Beberapa saat kemudian, mulutnya memuntahkan gumpalan darah berwarna pekat, membuat bibir tipisnya yang semula pucat menjadi merah merona. Ye Qing merasakan kesakitan yang teramat sangat, namun ia memaksa dirinya untuk terlihat kuat di depan wanita ular tersebut.

Tepat sebelum malaikat pencabut nyawa membawanya ke gerbang reinkarnasi, sesosok pria yang tidak asing bagi Ye Qing menghambur masuk ke dalam ruangan. Tubuhnya gemetar hebat, dan wajahnya yang begitu tampan dibanjiri oleh linangan air mata. Berbalutkan jubah sutera berwarna putih, laki-laki tersebut berlari kepada Ye Qing dan merengkuh tubuh lemah gadis itu ke dalam pelukannya. Ia menangis dan meratap, akan tetapi, tidak sedikitpun suara keluar dari bibirnya.

Ye Qing membuka matanya dengan lemah, hatinya dipenuhi dengan emosi yang bercampur-aduk. Ia merasakan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh laki-laki tersebut. Pria itu memeluknya dengan begitu erat, seolah-olah ia tidak ingin kehilangan. Seolah-olah Ye Qing adalah segalanya baginya. Di setiap isakan sunyi laki-laki itu, Ye Qing merasakan kesakitan yang dialami olehnya.

Pria ini, bagaimana mungkin ia terlihat begitu putus asa? Mengapa ia begitu sedih dan hancur melihat Ye Qing sekarat di depan matanya?

 

 

Glossary:

[1] Weiqi, atau baduk adalah permainan papan strategis antar

dua pemain, berasal dari Tiongkok sekitar 2000 SM sampai 200 SM.

[2] Guqin atau qin, adalah alat musik tradisional Tiongkok

yang bersenar tujuh.

[3] Gelar yang diberikan kepada putra kaisar. Secara literal berarti

Pangeran.

Terpopuler

Comments

Wega kwek kwek

Wega kwek kwek

awal yg bagus dibutakan cinta,,,ada pelajaran yg kita petik dari episode awal ini 😅,cinta dan pernikahan bukan kita berdua saja tp juga dengan orang di sekitar kita/keluarga 😁😁😁😁😁😁😁✌️

2021-03-04

3

Ritasilviya

Ritasilviya

ceritanya bagus lanjut lagi thorttttttt

2021-03-03

0

🍀Cloveraska Araya❄

🍀Cloveraska Araya❄

akhirnya ketemu ye qing
semangat

2021-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!