Sudah hampir dua puluh menit dan Nick hanya berdiri mematung di ambang pintu seraya mengamati wanita berbaju putih tersebut.
Wanita itu mulai menggeliat, lalu meringis kesakitan. Sepertinya luka di kaki wanita itu cukup serius.
Sesaat Nick merutuki dirinya yang tak bisa berbuat apa-apa sekarang. Nick ingin memeriksa luka di kaki wanita itu, namun lagi-lagi rasa takut membuncah di dalam diri Nick Kyler.
Dasar bodoh!
Tidak berguna!
"Aku dimana?" Erangan dari wanita itu membuyarkan lamunan Nick.
Nick baru sadar kalau wanita itu tengah menatap ke arahnya.
"Apa aku masih hidup?" Tanya wanita itu lagi.
Tentu saja kau masih hidup, Nona!
Kau pikir aku malaikat pencabut nyawa?
Nick menggerutu dalam hati.
"Ya, kau masih hidup," jawab Nick sedikit ketus.
Wanita itu merengut, lalu berusaha untuk bangun dan duduk sebelum akhirnya memekik karena kesakitan. Wajahnya langsung terlihat pucat.
"Aku rasa kakimu patah, Nona," pendapat Nick yang masih bergeming di tempatnya.
"Bisakah kau kemari dan membantuku bangun?" Wanita itu menatap tajam ke arah Nick.
"Maaf aku tidak bisa!" Tolak Nick cepat.
Ck!
Wanita itu berdecak kesal.
"Apa aku harus menyeret diriku sendiri sekarang?" Keluh wanita itu frustasi.
"Kau mau kemana memangnya? Kenapa tidak duduk diam saja disitu," saran Nick yang hanya mengendikkan bahu tanpa bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri.
"Aku mau ke kamar kecil. Apa aku juga harus buang air disini?" Sergah wanita itu galak.
"Jangan!"
"Bantu aku kalau begitu," pinta wanita itu sekali lagi. Kali ini dengan raut memohon dan memelas.
Nick menghela nafas dalam-dalam sebelum akhirnya berjalan ke arah tempat tidur dan dengan sangat terpaksa membopong tubuh yang tidak bisa dikatakan mungil tersebut.
Meskipun Nick punya tubuh kekar tinggi besar, namun Nick lumayan kewalahan saat harus menggendong wanita asing ini masuk ke kamar mandi miliknya.
"Kau bisa sendiri, kan?" Tanya Nick memastikan.
"Ya. Silahkan tutup pintunya karena aku juga butuh privasi," jawab wanita asing itu sedikit ketus.
"Aku juga tidak tertarik untuk mengintipmu," gumam Nick yang ikut-ikutan kesal. Nick menutup pintu kamar mandi dengan sedikit kasar.
Pria itu segera keluar dari kamar dan memeriksa pesawat malang yang mungkin sudah habis terbakar karena ledakan tadi.
Nick baru membuka pintu depan, saat ada serpihan puing pesawat yang sepertinya terlontar hingga berada tepat di depan pintu masuk gubug Nick.
Bagus sekali!
Benar-benar pesawat pembawa masalah!
Inilah alasan Nick tidak membangun landasan pesawat di pulau ini dan lebih suka ke sini naik kapal. Meskipun itu artinya Nick harus menghabiskan waktu berhari-hari di tengah laut, namun jika yang ditumpanginya adalah sebuah kapal mewah, tentu itu bukan satu masalah.
"Tuan!" Suara wanita asing tadi kembali terdengar dari dalam kamar mandi.
Baiklah!
Apalagi sekarang?
"Apa?" Sahut Nick ketus yang kini sudah berada tak jauh dari pintu kamar mandi.
Wanita tadi hanya melongokkan kepalanya keluar tanpa menunjukkan badannya. Jadi terlihat seperti hantu kepala yang terjepit pintu kamar mandi.
"Aku boleh minta tolong?" Wanita yang Nick tak tahu namanya tersebut sedikit meringis, menunjukkan gigi putihnya yang tersusun rapi.
Nick mengerutkan kedua alisnya mencoba menebak-nebak kalimat minta tolong selanjutnya yang akan dilontarkan wanita asing itu.
"Pinjam satu bajumu, karena bajuku basah," lanjut wanita itu.
"Aku hanya punya kaus dan tidak punya baju wanita," ucap Nick yang kini bersedekap dan menatap pada wanita asing yang hanya kelihatan kepalanya tersebut.
"Pinjamkan satu kausmu kalau begitu. Akan langsung kukembalikan setelah aku mengambil koperku yang ada di pesawat," sergah wanita itu panjang lebar.
Nick mengambil satu kaus dari dalam lemari dan segera mengangsurkannya pada wanita tersebut.
"Terima kasih, Tuan," ucap wanita itu tulus.
"Nick. Namaku Nick!" Sahut Nick memperkenalkan namanya sendiri.
"Terima kasih, Tuan Nick," ulang wanita itu yang berterima kasih sekali lagi.
"Panggil Nick saja! Tidak usah memakai tuan. Aku bukan tuanmu!" Sergah Nick sedikit ketus.
"Terima kasih, Nick!" Ulang wanita itu sekali lagi.
"Sama-sama," jawab Nick malas.
Nick sudah berlalu dan keluar dari kamarnya. Pria itu masuk ke dapur untuk merebus air dan membuat kopi. Langit di luar sudah menunjukkan semburat oranye, pertanda malam akan tiba sebentar lagi.
"Nick!" Panggilan dari wanita asing itu terdengar lagi dari dalam kamar mandi.
Ya ampun!
Baru saja Nick akan meneguk kopinya.
"Apa lagi?" Sahut Nick ketus.
"Aku sudah selesai ganti baju. Bisa kau membantuku keluar dari tempat sempit ini?" Pinta wanita itu memasang wajah memelas.
"Merangkak saja ke ranjang sana!" Ujar Nick masih mempertahankan nada ketusnyaa. Telunjuk pria itu mengarah ke ranjangnya yang mungkin tak akan bisa ia tempati malam ini.
Semua gara-gara wanita asing yang Nick tidak tahu namanya ini. Kenapa wanita ini tak menyebutkan namanya sedari tadi?
"Kenapa kau tega sekali?" Wanita itu memasang wajah cemberut. Dan Nick masih bergeming di tempatnya.
"Baiklah! Dasar pria aneh!" Gerutu wanita itu lagi yang sepertinya merasa kesal dengan sikap kaku Nick.
Wanita itu akhirnya menyeret kakinya yang terlihat bengkak dan berpegangan di tembok. Beberapa kali terdengar rintih kesakitan yang keluar dari mulutnya. Kaus milik Nick yang dikenakan oleh wanita tersebut terlihat kebesaran dan menutupi hingga setengah pahanya.
Baru setengah jalan wanita itu berjalan terseok-seok dan ia sudah menghentikan langkahnya. Mungkin kelelahan.
"Apa kau tidak punya kotak P3K?" Tanya wanita itu menoleh ke arah Nick.
"Ada. Kau mau mengobati lukamu sendiri?" Nick membuka almari kecil di dekatnya dan mengeluarkan box putih yang cukup besar. Nick menyodorkan box tersebut pada wanita asing itu.
"Aku tidak akan bisa berjalan jika masih harus membawa box besar itu. Tidak bisakah kau meletakkannya di atas kasur dan sedikit membantuku?" Ketus wanita itu bersungut-sungut.
Nick segera berjalan ke arah kasur dan meletakkan box putih itu di atasnya.
"Dan, Nick!" Panggil wanita itu yang kini sudah hampir sampai di kasur.
"Aku lapar. Apa kau punya makanan?" Tanya wanita asing itu sedikit ragu.
"Akan kubawakan sebentar lagi," jawab Nick dingin yang sudah akan berlalu keluar dari kamar.
"Bianca!"
"Apa?" Nick berbalik dan mengerutkan dahinya pertanda tak mengerti.
"Namaku Bianca. Aku belum memperkenalkan diri sedari tadi. Kau bisa memanggilku Bi," tutur wanita bernama Bianca tersebut.
"Bi?"
"B dan i jadi Bi," tukas Bianca lagi merasa aneh dengan perubahan raut wajah Nick.
"B dobel e juga dibaca Bee," timpal Nick dengan pendapatnya sendiri.
Kenapa nama wanita ini harus Bee juga?
"Aku manusia dan bukan lebah. Jadi panggil saja Bi, huruf b dan i," Bianca terlihat tidak senang.
"Aku lebih suka Bee huruf b dan dobel e," sanggah Nick yang tetap kekeh pada pendiriannya.
"Baiklah terserah kau saja! Mana makananku!" Sergah Bianca yang enggan berdebat.
"Aku bukan pembantumu. Tak bisakah kau minta makan dengan nada yang sopan tanpa memerintah?" Protes Nick yang merasa tak terima dengan sikap ketus Bianca.
Bianca menarik nafas dalam-dalam.
"Aku lapar, tuan Nick yang tampan. Bisakah kau mengambilkan aku makanan agar aku tidak pingsan?" Ucap Bianca dengan nada yang terkesan lebay.
Nick hanya tersenyum simpul dan akhirnya berlalu keluar dari kamar untuk selanjutnya menuju ke dapur, menyiapkan makanan untuk Bianca.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
oh_nananana
oh sungguh kasihan nick
2021-07-14
0
Bee mi amore
aku juga bee😂
2021-04-09
1
A4
b dan i bi😁😁
2021-04-04
0