Di kediaman Rajendra, seorang wanita paruh baya tampak sedang sibuk menata makanan dimeja makan dibantu oleh dua orang maid sembari bercengkrama. Menjadi nyonya besar lantas tidak akan membuat wanita itu semena-mena dengan orang yang bekerja dirumah nya. Didikan orang tuanya selalu mengajarkan untuk tetap rendah hati pada siapapun, termasuk pada mereka yang berada dibawah, itu yang selalu di ingatnya tentang pesan orang tuanya.
Bukan hanya itu, bahkan wanita paruh baya itu sering kali mengajak para maid untuk sekedar mengobrol di waktu luang, mendengarkan setiap keluh kesah mereka atau sekedar berbagi cerita. Apalagi pembawaannya yang selalu ceria membuat siapa saja nyaman berada didekatnya. Sungguh, dia adalah sosok majikan impian setiap ART didunia ini.
Orang itu adalah Nana – Nyonya besar di kediaman Rajendra yang merupakan istri dari CEO RZR Grup. Sampai saat ini masih bergelud di dunia kesehatan sesuai profesinya – Dokter bedah. Usianya yang sudah tak semuda dulu lagi bahkan tidak mengurangi kadar kecantikan nya.
Etensinya teralihkan ketika mendengar suara langkah kaki memasuki rumahnya. Senyuman nya langsung mengembang ketika melihat siapa yang datang. Sosok laki-laki tampan yang sudah sangat jarang sekali menapaki kaki nya dirumah ini semenjak memasuki bangku perkuliahan.
“Abang.” Panggilnya dengan penuh kelembutan. Shakeel menoleh ketika wanita yang sangat dicintainya itu memanggil dirinya.
Iya – Laki-laki itu adalah Shakeel. Semenjak memasuki bangku perkuliahan dia memilih untuk tinggal di Apartement yang diberikan oleh kedua orang tuanya sebagai hadiah karena telah mendapatkan juara umum pada saat SMA. Meskipun awalnya Nana tidak mengizinkan namun Shakeel berhasil membujuknya dengan syarat Shakeel harus bersedia membantu mengurus perusahaan keluarganya.
Lantas apakah tidak sulit mengurus perusahaan disaat statusnya masih menjadi mahasiswa ? Jawabannya, tentu saja akan sangat sulit. Namun, Zayyan dan Nana yakin pada kemampuan yang dimiliki oleh putranya itu. Lagi pula, cepat atau lambat, bersedia ataupun tidak, Shakeel akan tetap menginjakkan kakinya didunia bisnis. Karena dia adalah pewaris satu-satunya di RZR Grup.
Perusahan besar yang didirikan sendiri oleh sang ayah – Zayyan dengan kerja kerasnya. Nama perusahaan itu sendiri di ambil dari nama ayahnya RZR (Rafael Zayyan Rajendra). Perusahaan tersebut bertambah besar ketika disatukan dengan perusahaan milik kakeknya Shakeel – Marvin Rajendra.
“Abang dari mana ? Tumben kesini ! Mommy kira abang sudah lupa kalau punya rumah dan keluarga disini,” Sarkasnya sembari mendekati sang putra.
Shakeel terkekeh mendengar ucapan sang mommy. Dia tahu betul bahwa wanita cantik dihadapannya ini sedang kesal kepada dirinya. Bagaimana tidak, Nana sudah berulang kali menyuruh putranya itu untuk pulang kerumah. Namun, Shakeel selalu punya alasan untuk menolaknya. Bukan apa-apa, hanya saja ia lebih nyaman berada di Apartementnya.
“Hhehe... Mommy kenapa ngomong gitu ? Tentu saja abang ingat hanya saja kemarin abang terlalu sibuk dan lelah karena harus mengurus perusahaan sekaligus tugas akhir abang,” jawabnya. “Lain kali abang akan lebih sering kerumah untuk bertemu mommy. Abang janji, tapi mommy jangan marah. Mommy kelihatan tua kalau sedang marah seperti ini,” ucapnya yang membuat Nana semakin murka.
Nana langsung saja menarik daun telinga Shakeel karena merasa kesal dikatai oleh putranya sendiri. “Eh.. Eh.. Ampun mom, abang cuma bercanda. Mommy selalu terlihat cantik meskipun sudah tidak muda lagi.”
Shakeel bernafas lega ketika sang mommy melepaskan tangan dari telinganya. Shakeel mengelus telinganya yang terasa sakit sembari menggerutu tidak jelas. “Kali ini kamu mommy maafkan, tapi awas saja kalau ngatain mommy lagi,” ancam Nana.
“Abang sudah makan ?” Seketika suara Nana melembut dan penuh perhatian. Sampai-sampai Shakeel kebingungan karena perubahan yang sangat cepat dari mommynya. Tadi mara-marah dan sekarang kenapa begitu lembut. Tapi meskipun begitu, Shakeel sangat menyayangi wanita yang telah melahirkannya itu.
Shakeel menggelengkan kepalanya. Dia memang benar-benar belum makan saat ini, bahkan melewatkan makan siangnya. “Ya udah, abang mandi dulu terus ganti baju baru turun kebawah untuk makan,” titah Nana yang disetujui oleh Shakeel.
Shakeel menaiki anak tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai atas. “Sekalian panggilin Indi untuk turun ya bang,” pinta Nana sedikit berteriak.
“Iya, mom,” jawan Shakeel.
Shakeel memasuki kamarnya yang bernuansa hitam putih. Ia melihat keseliling, tidak ada yang berubah dari sana. Tetap sama semenjak terakhir kali dia kesini. Miniatur-miniatur kesukaannya yang masih tersusun rapi disebuah rak serta foto dirinya yang diapit oleh dua gadis yang sangat disayanginya.
Shakeel menatap lekat foto itu. “Maaf,” ucapnya dengan lirih. Ia menghembuskan nafasnya dengan sedikit kasar. Entah apa yang akan terjadi dengan hubungannya dengan kedua gadis itu setelah ini. Dan setelah semuanya terungkap.
...-~o0o~-...
Raka dan Alexa saling pandang ketika melihat putri semata wayangnya hanya termenung. Pandangannya menatap televisi yang sedang menyala, namun pikirannya entah ada dimana.
“Stt... Anak kamu kenapa tuh ?” Tanya Raka berbisik pada Alexa.
Alexa menggedikkan bahunya tidak tahu. “Anak kamu juga itu,” protes Alexa.
Pasangan satu ini aneh-aneh saja. Melihat anaknya termenung, mereka masih sempat-sempatnya berdebat masalah anak siapa. Padahal sama saja, karena intinya Ivana adalah anak mereka berdua.
“Sayang, kamu kenapa ?” Tanya Alexa.
Ivana mengalihkan pandangannya untuk menatap sang mama. Ivana tidak menjawab, hanya diam saja. Sebenarnya ia masih kepikiran dengan Varra – sahabatnya. Ivana bisa merasakan bagaimana jadi Varra, hancur sehancur-hancurnya namun harus tetap bertahan dan merelakan semuanya demi kebahagiaan saudaranya.
Ivana juga yakin ini bukan hal yang mudah untuk bisa dilewati oleh Varra. Apalagi jika sampai perkataannya tadi siang benar-benar terjadi.
“Sayang,” panggil Alexa sekali lagi.
“Iva ga kenapa-napa kok, Ma, cuma lagi capek aja.” Alibinya. “Kalau gitu, Iva kekamar duluan ya,” pamitnya.
Alexa mengangguk, sementara Raka hanya diam mengamati putrinya. “Ga cium sama ucapin selamat malam dulu sama papa,” ucap Raka ketika melihat putrinya langsung melenggang pergi. Memiliki anak perempuan dan satu-satunya membuat Raka sangat posesive dengan Ivana. Bahkan Raka tidak akan membiarkan laki-laki sembarangan mendekati putri semata wayangnya. Selain itu, Raka juga sangat memanjakan Ivana.
Ivana menghentikan langkahnya kemudian terkekeh. Memikirkan masalah Varra membuat Ivana melupakan dan mengabaikan orang tuanya. Ivana berbalik lalu mendekati Alexa, ia mengecup pipi Alexa sekilas. “Selamat malam, Mama. Semoga mimpi indah,” Seru Ivana yang dibalas Alexa dengan senyuman.
Ivana beralih pada pria disamping sang mama yang sudah menatapnya dengan sedikit cemberut. Ia terkekeh lalu mengecup kedua pipi Raka. “Goog nigth my beloved boy, Have a nice dream,” ucap Ivana.
“Jangan buat mama begadang ya, Pa.” Teriak Ivana sembari menjauhi kedua orang tuanya. Mata Raka membola mendengar ucapan putrinya barusan, sementara Alexa tertawa melihat keusilan Ivana.
Ivana memasuki kamarnya dan berniat untuk menghubungi Varra. Ivana hanya ingin memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja saat ini. Meskipun Ivana paham betul bahwa sebenarnya tidak ada yang akan baik-baik saja.
Varra menoleh menatap Handphonenya yang bergetar. Sebuah panggilan Vidio dari Ivana. Varra menggeser tombol biru untuk menganggat panggilan video itu. Ia tersenyum setelah panggilannya terhubung.
“Hay... Tumben video call malam-malam gini, kangen ya,” canda Varra.
Ivana sama sekali tidak menanggapi candaan Varra. “Lo bisa pura-pura seolah tidak ada yang terjadi dihadapan semua orang. Tapi lo ga bisa pura-pura dihadapan gue,” ucap Ivana. Ia tahu betul bahwa sahabatnya ini habis menangis karena itu tampak dari matanya yang sembab.
“Jangan jadi sok kuat jika sebenarnya lo lemah dan jangan jadi sok tegar jika sebenarnya lo rapuh. Lo hanya manusia biasa, Ra, bukan robot. Jadi bersikaplah seperti manusia pada umumnya. Lo boleh nangis jika memang lo pengen nangis, lo boleh ketawa jika lo memang benar-benar bahagia, berekspresilah sesuai keadaan lo sekarang, jangan terlalu memaksakan diri,” ucap Ivana begitu menohok.
Varra terdiam. Jujur saja perkataan Ivana begitu menyentil hatinya. Apa benar dia terlalu memaksakan diri ? Lalu apa salahnya juga jika dia berusaha melupakan semuanya dan kembali melanjutkan hidupnya. Varra hanya ingin kembali seperti dulu.
“Gue baik-baik aja,” ucap Varra dengan lirih. Dia hanya tidak ingin terlihat lebih menyedihkan dihadapan sahabatnya dan dia juga tidak ingin orang-orang khawatir dengan dirinya.
“Iya. Lebih tepatnya memaksa untuk terlihat baik-baik saja,” sarkas Ivana
Jangan Lupa Like, Vote dan Koment Yaa
Terimakasih❤
^^^07 Oktober 2021^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Agustin
Penasaran sm kelanjutan nya
D tnggu updatenya ya thor
2021-10-08
0
Nova Yuliati
shakeel cinta sama 22 nya ya thor....jangan serakah ya bang kasihan sama zidan.....
2021-10-08
1
Rini Selgina
novel bikin pnsran bgt thor
2021-10-08
0