Kerajaan Abloor, kerajaan yang dipimpin oleh Raja Steve yang terkenal akan ke sadisannya pada manusia, rasa bencinya yang mendalam pada bangsa vampire Wetford, sehingga ia ingin menghabisi seluruh keturunan Wetford.
______________________
______________________
"Yang mulia," ujar seorang pria bertubuh kekar dengan nada santai namun tetap tegas.
"Hm," sahut Steve dengan singkat.
Paul yang semula berdiri berdiri di depan singgasana sang raja kini berada di samping raja.
"Pergilah jika kau tak berniat memberiku kabar gembira," ujar Steve dengan dingin.
Asisten pribadi sang raja itu menyeringai, seringaian bahagia yang malah terlihat kejam, "Yang mulia, aku mengetahui keberadaan keturunan vampire Wetford," wajah dengan rahang tegas itu menghadap sang raja dan menatap lekat-lekat untuk melihat reaksi tuannya itu.
Sejenak nafasnya terhenti, seisi ruangan bungkam mendengar ucapan Paul. Steve menatap tajam asistennya dengan mata coklat keemasan yang mengkilat, "Ck, leluconmu tak lucu," kemudian ia kembali membuang muka.
"Mereka berada di hutan dekat kota," tambah Paul.
Steve kembali menatap Paul.
"Mereka terlahir sebagai manusia biasa,"
Steve tersenyum remeh, "Kirim pasukan untuk menghabisi mereka dan--"
"Satu lagi, mereka berada di bawah pengawasan bangsa Rebloor," sela Paul dengan nada tajam.
_____________
Rebloor adalah bangsa werewolf yang berada dipihak Wetford
______________
______________
Orang-orang bawahan Paul hanya bisa menatap keberaniannya Paul berbicara dengan nada seperti itu pada sang raja, ya, mereka berdua memang sudah bersama sejak berumur 12 tahun, hingga kini, mereka berusia 46 tahun.
"Ck, enyahlah bangsa lemah, mereka tak ada apa-apanya di banding kita,"
"Rumah mereka sangat dekat dengan vampire golongan Wetford,"
Steve menghela nafas, "Mereka benar-benar merepotkan,"
"Aku pikir, pangeran Peter bisa sangat membantu saat ini," ujar Paul sambil tersenyum ramah.
Steve hanya menatap asistennya lekat-lekat, kini mereka saling bertukar pandang.
Bawahan mereka menatap mereka berdua dengan tegang, karena sepengetahuan mereka, terakhir saat aksi saling bertukar pandangan ini berakhir dengan perkelahian besar, hingga menghancurkan separuh bangunan istana.
"Pangeran Peter bisa merayu anak perempuan itu untuk mencari informasi lain, dan aku akan selalu mengawasi gerak-gerik kedua mangsa kita," terang Paul.
Dahi Steve mengkerut, "Kedua mangsa?" tanyanya.
"Ya, James dan Jane," jawab Paul.
Sejenak raja dengan wajah brewok tipis itu terdiam, ia berusaha mencerna perkataam Paul. Kemudian ia berdiri, menyibak jubah yang membentang dari pundak hingga menyapu lantai, "Ikut aku".
Paul tersenyum ramah, berjalan dengan rasa hormat, bahkan ia terlihat lebih berwibawa dari pada sang raja. Pria bertubuh atletis dan tegap ini tersenyum ramah pada pelayan yang berlalu-lalang di sepanjang koridor istana yang ia lewati.
Sementara Steve tak acuh dengan orang-orang ia hanya berjalan tergesa-gesa dengan mengumbar tatapan dingin, ia tak melihat senyum para pelanyannya, bahkan ia tak ingin melihat.
Kedua langkah pria seumuran itu terhenti pada sebuah pintu besar dengan ukiran kuno dan abstrak.
Steve menggedornya dengan kasar.
Suara decitan pintu besar itu memekak telinga, bersuara bersamaan dengan desahan kesal dari seorang pemuda, "Ah, apa yang kau lakukan Steve?!" pekiknya kasar, pemuda bertelanjang dada ini membuka salah satu pintu kamarnya.
"Pangeran Peter, itu perilaku yang sangat tidak sopan terhadap ayahmu," ujar Paul se ramah mungkin.
"Ck, diam kau,"
"Hm, sudahlah, kau akan bersekolah dengan manusia sekarang, tak perlu membantah, atau tahtaku tak akan ku berikan padamu sepeserpun, aku akan memberikannya pada anak Paul," ujar Steve dengan nada mengintimidasi.
"Oh, kau mengancam,"
"Dan satu lagi, jika kau tak memanggilku ayah lagi, aku akan mengusirmu dari kerajaan ini, akan ku biarkan kau menjadi santapan Wetford," tambahnya.
Peter memutar bola matanya dengan malas, "Baiklah, aku harap tahtamu segera jatuh ke tanganku," pemuda itu menutup pintunya dengan kasar.
BRAAAAKK....
Pintu besar dengan ukiran kuno dan abstrak itu hancur berkeping-keping hanya dengan satu hantaman tangan kekar mikih Steve.
Peter hanya menoleh sekilas ke arah pintu dan membanting tubuhnya ke kasur, "Ini yang ke 98 kalinya dia merusak pintuku," gumamnya menatap langit-langit.
"Besok kau mulai kuliah pukul 8, dan bersikap baiklah pada gadis yang akan diberi tahu oleh Paul," ujar Steve, setelah itu ia berjalan dengan kasar meninggalkan kamar putranya, tanpa diikuti Paul.
Paul tersenyum ramah, "Pangeran Peter, aku akan memanggil lagi tukang kayu untuk memperbaiki--maksudku mengganti pintu ini,"
"Hm, sudahlah, ia pasti akan menghancurkannya lagi," sahut Peter sambil memeluk guling.
"Pangeran Peter, aku yakin kau akan menyukai tugas ini, karena gadis itu sangat cantik, bukankah kau menyukai gadis pirang?" tanya Paul, ia tetap berdiri tegap di depan pintu--maksudku di depan kamar Peter.
Sang Pangeran membalik badannya ke arah pintu, "Hm, aku sudah bisa menebak bagaimana rupa wajah keturunan Wetford itu. Tak lebih dari seekor kera bukan?" ia kembali memeluk guling dan menguap.
Paul tersenyum miring, "Aku pastikan kau akan menarik perkataanmu, pangeran. Oh ya, aku harus menyusul ayahmu".
"Cih, terserah saja."
Pemuda itu kembali membalikkan badannya, menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi dengan lampu kristal. "Hmph, kalau bukan karena hartamu, aku tidak akan mau menuruti hal bodoh ini, lagi pula mana ada keturunan Wetford berambut pirang!" ujarnya entah pada siapa, yang jelas ia benar-benar dongkol jika harus berurusan dengan hal yang tak ada hubungannya dengan dirinya.
"Permisi tuan," seorang pria tua dengan perkakas di tangannya berdiri tepat di depan kamar Peter. "Astaga, apa lagi?"
"Maaf, aku tukang kayu yang diminta untuk mengganti pintu anda."
"Oh".
"Boleh saya memulai?"
"terserah saja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Herlin Todo
bgus ceritanya
2022-09-13
0