Wetford, bangsa vampire yang memiliki raja seorang manusia sebelumnya, namun kini ia telah menjadi vampire murni. Gen manusianya menurun pada keturunannya, terpaksa ia mengasingkan kedua anaknya dan menyembunyikan identitas mereka untuk melindungi mereka dari ancaman bangsa werewolf Abloor.
__________________
Seorang pria berhidung mancung dan bertubuh tinggi ini meletakkan tasnya di nakas samping kasurnya. Ia mengganti bajunya dengan kemeja putih yang melekat pas di tubuhnya. Kemudian ia melangkahkan kakinya menyusuri koridor istana yang bernuansa merah dan hitam itu hingga sampai ke sebuah ruangan luas yang dipenuhi pelayan kerajaan dan tetua kerajaan, serta seorang pria paruh baya dengan mahkota di kepalanya.
Alex menunduk untuk memberi hormat, di depan singgasana sang raja, "Raja Arnold, aku belum bisa menemukam informasi keberadaan tuan Putri, tapi aku hanya menebak seseorang, karena ia sangat mirip dengan ciri-ciri yang anda berikan," terangnya.
"Apakah kau tahu namanya?" tanya sang raja.
Pupil Alex mengecil, ia ingat jika mereka berdua sempat bekenalan, namun ia sama sekali tak mengingat nama gadis itu.
sial. Batinnya
Mata hitam pekat itu menatap lantai kerajaan yang mengkilap itu, ia berfikir keras dan berusaha mengingat setiap kejadian yang tadi ia lalui. Akhirnya ia tersenyum tipis, matanya berbinar seolah keluar sebuah lampu dari kepalanya. Ia mengingat namanya saat gadis itu berkenalan dengan Peter. Beruntung Peter berkenalan dengannya.
"Jane," jawab Alex, "Tapi, aku tak terlalu yakin dengan gadis itu," tambah Alex.
Raja dan ratu saling bertukar pandang, kemudian kembali menatap Alex.
"Alex, apakah rambutnya pirang?" tanya ratu dengan suara lembutnya.
"Ya, apakah namanya benar?" tanya Alex balik dengan sedikit rasa panik di hatinya.
"Benar Alex, aku yakin jika itu Jane. Dan apa kau juga menemukan James?" sang raja menghampiri Alex, kini mereka saling berhadapan.
"Maaf yang mulia, aku belum menemukan informasi tentang pangeran James. Oh ya, aku juga bertemu dengan werewolf dari bangsa Abloor, dia terlihat berusaha mendekati Jane--"
"Siapa dia?" sela Arnold.
"Peter,"
"Kita harus segera membawa Jane dan James kemari, karena mereka tak lagi aman di dunia manusia," ujar Arnold dengan mata merahnya yang mengkilap.
"Tidak sayang, mereka berdua harus menjadi vampire sebelum memasuki kerajaan ini, atau mereka berdua akan mati lebih cepat di sini," Rose berusaha menenangkan suaminya.
Manik merah milik Arnold redup menjadi biru kembali, pertanda amarahnya sedikit mereda.
***********
Di saat yang bersamaan.
"James, aku pulang.. " teriak Jane dari ambang pintu, namun tak ada sahutan. "Aneh, pintunya terbuka tapi tidak ada orang yang menyahut."
Gadis itu mengendikkan bahunya, kemudian masuk begitu saja karena saat ia datang pintu tak tertutup. Ia duduk di kursi dengan menghembuskan nafas lega, setelah ia berjalan kali dari kampus yang jaraknya sangat jauh dari rumahnya.
"Jane?" Leo datang dari luar.
"Astaga!" Jane tersentak karena suara serak khas pria memanggil namanya, "Leo! Kau membuatku takut".
Leo meringis, "Hehe, maaf".
Jane memutar bola matanya dengan malas dan kembali merebahkan tubuhnya ke sofa, "Mengapa kau membiarkan pintu terbuka begitu saja?" tanya Jane tanpa menatap Leo.
Pria berambut ikal itu melangkahkan kakinya menghampiri Jane, "Aku hanya memperbaiki pipa air, airnya tak mau keluar, mungkin tersumbat atau-entahlah," terang Leo, ia duduk di samping Jane.
"Oh, James mungkin bisa memperbaikinya-tunggu, jadi kau belum mandi?" kini Jane menatap Leo dengan mata membulat.
"Ya," jawab Leo dengan santai.
Jane masih menatap Leo, namun dengan tatapan takut.
Leo tersenyum jahil dan tiba-tiba memeluk Jane.
"Leooo...!!! Lepas, menjijikkan!" Jane meronta-ronta.
Sementara Leo hanya tertawa geli. Mereka berdua larut dalam suasana itu, tertawa terbahakak-bahak sampai tak mendengar kedatangan James.
"Ckck, ternyata ini yang kalian lakukan saat aku pergi," sela James, penampilannya begitu mengenaskan. Bajunya berlumuran darah.
Leo dan Jane terhenti, mereka berdua saling menatap dan kemudian menatap sumber suara bersamaan.
Jane mendorong Leo hingga terjatuh ke lantai.
"Auh."
"Ja-james, ini tidak seperti yang kau lihat-bajumu?!" Jane langsung syok.
James tertawa sambil melepas sepatu bootnya. "Tenang-tenang, ini bukan darahku. Tadi aku dan teman-temanku bertemu serigala atau mungkin anjing hutan, makhluk itu sangat agresif jadi kami harus membunuhnya "
"Adikmu juga agresif tadi-"
"DIAM!" sela Jane dengan suara melengking.
Leo dan James tertawa.
"Omong-omong, bagaimana biaa darahnya sebanyak itu? Apa kau memeluk mayat serigala itu atau bagiamana?"
"Ah, aku harus membereskan mayat-mayat tentara yang diserang oleh binatang buas di sana," jelas James sembari menghampiri Leo dan Jane, kemudian ia melepas bajunya dan melemparnya pada Leo, "Tolong buang ini ke belakang rumah,"
Jane dan Leo melotot.
Mayat?
"A-apa? Mayat? Kau tidak apa-apa kan?" Jane langsung berdiri di hadapan James.
James mengecup kening adiknya dan mengelus rambutnya, "Tenang saja, aku selamat tanpa goresan sedikitpun, hehe".
"Hei, aku juga ingin mengecup dahi Jane!" seru Leo tak terima.
"Ew, kau bahkan tidak akan bisa menggenggam tanganku, wlee!"
"Oh, awas saja! Akan kubuat kau menarik kata-katamu!"
"Sudahlah, jangan bertengkar. Aku akan membersihkan diri dahulu."
"Eh, tunggu-" Leo berteriak tiba-tiba, "Air kerannya macet, aku tak bisa memperbaikinya-".
James tersenyum, "Tenang, aku akan memperbaikinya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments