🌷🌷🌷
Setelah melakukan semua pekerjaannya, Aiden ingin menemui Maya. Semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya karena bayangan wajah Maya terus saja terngiang di kepalanya.
"Apa perlu saya antar, Tuan," tawar Jack.
Tapi seperti biasa Jack selalu diabaikan hanya tatapan tajam yang menjadi jawaban atas semua pertanyaannya. Jika ada hal penting saja baru bosnya itu menjawab.
Aiden dengan gaya maskulinnya keluar dari perusahaan itu membawa mobil mewahnya seorang diri dengan bantuan google maps dia menyusuri kota Malang.
Sesampainya di depan toko kue Maya, Aiden keluar dari mobilnya. Kaca mata hitam bertengger di hidungnya menambah kesan misterius, dengan muka dinginnya dia masuk ke dalam toko.
"Mana bosmu?" tanya Aiden pada salah satu pegawai.
Pagawai masih tertegun dengan pria tampan di depannya sejurus kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Ngh, nona Maya ada di atas. Di ruangannya, Tuan," jawab pegawai itu.
Tak mau menunggu lagi, Aiden langsung naik ke atas ke lantai dua. Disana hanya ada satu pintu ruangan dan Aiden meyakini Maya ada di dalam sana.
Tanpa mengetuk pintu Aiden begitu saja masuk ke ruangan itu, dilihatnya sosok yang membuatnya tidak bisa tidur itu dengan intens.
Maya yang sedang fokus dengan laptopnya tidak menyadari jika Aiden sudah ada dihadapannya saat ini.
"Akhh," pekik Maya saat merasa tubuhnya diangkat dan didudukkan di pangkuan seseorang. Sontak dia menoleh siapa orang kurang aja itu.
"Kau! bagaimana bisa ada disini dan apa-apaan ini," Maya berusaha melepaskan dirinya dari pangkuan Aiden.
"Aku akan melepasmu jika kau bersedia makan malam denganku," bisik Aiden di telinga Maya.
"Kau memang pria gila bagaimana berlaku seenaknya begini, lepaskan!" Maya masih berontak sambil memukul-mukul lengan Aiden.
Karena Aiden tak juga melepaskannya malah semakin mengeratkan pelukannya dari belakang akhirnya Maya mengalah.
"Oke. Kita makan malam bersama, sekarang lepaskan aku!" Maya berkata dengan setengah berteriak.
Aiden tersenyum tipis lalu melepaskan Maya dari kungkungannya.
Maya langsung berdiri dan menatap Aiden dengan tajam.
"Kau pria gila! kemarin seenaknya menciumku sekarang kau seenaknya masuk ke ruanganku dan memelukku. Kau pikir aku ini wanita apa!" teriak Maya dengan berkaca-kaca.
Aiden yang melihat Maya akan menangis sontak langsung berdiri dan menghampirinya tapi saat Aiden maju ke arahnya, Maya memundurkan badannya hingga sekarang badannya menabrak dinding saat akan menjauh lagi-lagi gerakannya di kunci oleh Aiden.
"Jangan menangis, aku tidak bisa melihat wanitaku menangis," ucap Aiden, tangan Aiden mengelap air mata Maya yang sudah jatuh ke pipi mulus wanita itu.
Maya hanya terdiam, saat ini wajah Aiden begitu dekat dengannya rasanya tenggorokannya tercekat saat bertatapan dengan wajah pria itu.
Aiden tersenyum simpul, senyum yang sangat jarang diperlihatkannya pada orang lain.
Sejenak Maya tertegun melihat senyuman itu tapi dia segera menepis dengan menggelengkan kepalanya kuat.
"Selesaikan pekerjaanmu, aku akan menunggu disini," ucap Aiden.
Setelah berkata seperti itu, dia melangkah menuju sofa dan bermain ponselnya disana.
Maya hanya bisa mendesah pelan, rasanya percuma bicara dengan pria gila itu. Dia berusaha tidak memperdulikan keberadaan Aiden dan menyelesaikan pekerjaannya.
Setengah jam kemudian, Maya sudah menyelesaikan semua laporan-laporan yang ada di tokonya dan beberapa cabang miliknya. Dia pun mematikan laptopnya dan segera meraih tasnya karena dia ingin pulang cepat hari ini. Tapi saat akan melangkahkan kakinya keluar, gerakannya terhenti melihat sosok pria yang tertidur di sofa ruangannya.
"Astaga, bagaimana aku bisa melupakan pria gila itu," gumamnya.
Dia pun menghampiri Aiden, Maya menggoyang-goyangkan lengan Aiden agar pria itu bangun.
"Hei, bangun.. bangun.. Aku mau pulang," ucap Maya sambil terus menggoyangkan lengan pria itu.
Tapi Aiden tak kunjung bangun, Maya pun ikut duduk di sofa disamping Aiden dipandangi pria itu lekat tiba-tiba jantungnya berdesir. Maya memegangi dadanya kenapa wajahnya mirip dengan Alden pikirnya. Diulur kan tangannya untuk menjangkau wajah pria itu, di elus wajahnya pelan.
"Siapa kau sebenarnya?" gumamnya.
Tiba-tiba tangan Maya dipegang erat oleh Aiden, saat Maya mengelus wajahnya dia terbangun. Aiden menarik Maya dalam pelukannya kini posisi Maya ada di atas tubuh Aiden, kalau sebelumnya Maya memberontak entah kenapa saat ini dia ingin menikmati momen seperti ini mengingatkannya tujuh tahun lalu saat dirinya masih bersama dengan Alden. Maya memejamkan matanya menikmati hangatnya pelukan Aiden, merasa Maya hanya diam Aiden pun mengelus punggung Maya pelan.
"Menikahlah denganku, Maya," ucap Aiden dengan suara berat.
Mendengar kalimat itu sontak Maya langsung sadar atas apa yang dia lakukan, dia buru-buru menjauhkan tubuhnya dari pelukan Aiden.
"Apa yang sudah ku lakukan," ucapnya dalam hati.
Aiden yang melihat Maya langsung menjauh mengernyitkan keningnya, bukankah tadi wanita itu menikmatinya.
"Ngh, saya mau pulang, Tuan," ucap Maya saat sudah mulai menguasai dirinya. Entah kenapa saat ini dia tak enak hati dan bersikap formal pada Aiden mungkin dengan cara ini bisa menutupi rasa malunya.
"Tadi kan sudah ku bilang aku mau makan malam bersamamu," sahut Aiden sembari berdiri dari sofa.
Aiden menggenggam tangan Maya dan menuju keluar.
Pemandangan itu tak luput dari mata para karyawan dan pelanggan di toko Maya, mereka begitu heran melihat bosnya yang tidak pernah sekalipun dekat dengan pria tiba-tiba bisa bergandengan tangan dengan pria tampan disebelahnya.
"Aku pulang dulu ya," pamit Maya pada karyawannya.
Setelah berkata seperti itu dia mengikuti langkah Aiden yang dari tadi tak melepaskan tangannya.
"Tuan, saya bawa mobil sendiri saja," ucap Maya saat Aiden membukakan mobil untuknya.
Tapi Aiden tidak peduli dia tetap membawa Maya masuk ke dalam mobilnya dan memasangkan seatbelt untuknya.
"Saya harap setelah makan malam ini, Tuan tidak menemui saya lagi," ucap Maya memberanikan diri.
Aiden hanya melirik Maya sebentar setelah itu fokus lagi pada jalanan.
"Restaurant mana yang enak? aku baru saja tinggal di Malang jadi belum tahu tempat disini yang menarik," ucap Aiden tanpa memperdulikan celotehan Maya sebelumnya.
"Sebenarnya saya juga jarang makan di luar lebih sering masak di rumah," sahut Maya.
"Baguslah, dimana rumahmu? Aku ingin kau memasak untuk makan malam kita," ucap Aiden tanpa beban.
Maya mendengus kesal, pria ini memang selalu bertindak semaunya. Akhirnya dengan berat hati Maya menunjukkan dimana rumahnya, dia berharap setelah ini Aiden tidak akan mengganggunya lagi.
Mobil berhenti di sebuah rumah minimalis, rumahnya tidak besar tapi cukup asri karena banyak tanaman bunga yang tumbuh di pekarangan rumah itu. Maya segera turun dari mobil diikuti Aiden dari belakang.
"Silahkan duduk, Tuan," ucap Maya saat sudah sampai ke dalam rumah.
Seperti biasa Aiden pelit bicara dia segera mendudukkan tubuhnya ke sofa milik Maya.
"Saya akan membersihkan diri dulu setelah itu memasak," ucap Maya lagi.
Aiden mengangguk," Bersikaplah seperti sebelumnya, aku suka saat melihat wajahmu yang cemberut itu."
Maya memutar bola matanya,"Kau memang pria gila!" teriak Maya. Habis sudah kesabaran Maya kali ini, Aiden benar-benar membuatnya jengah.
Aiden hanya terkekeh melihat Maya yang menjauh,"Kau sangat menggemaskan," ucapnya.
🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
makin seru Alurnya thorrrr kuh semangat
2023-04-05
0
Fatimah Ridho
aku suka thor sama novelmu...
2022-05-16
1
Ida Lailamajenun
knp aku pengen jadi teamnya Maya ma Aiden yak😁😁
2022-03-08
0