🌷🌷🌷
"Uncle... " teriak anak kecil sambil berlari ke arah Aiden.
Aiden pun sontak menggendong keponakan kecilnya itu.
"Keponakan uncle sudah besar sekarang!" seru Aiden sambil menggendong keponakan cantiknya.
Hari ini Aiden pulang ke Indonesia, sebenarnya dia masih malas bertemu dengan keluarganya tapi karena ponakan satu-satunya hari ini ulang tahun terpaksa dia datang ke kediaman keluarga besarnya. Walaupun jarang bertemu tapi ponakannya itu sangat menyayanginya, kadang dia merengek pada Dad nya untuk menemuinya sampai ke New York. Karena itu, dia tidak tega jika harus melewatkan momen spesial keponakan tercinta.
"Kau sudah sampai?" suara bariton itu bertanya pada adiknya yang saat ini masih sibuk bermain dengan putrinya.
"Hem" jawabnya singkat.
"Kau tidak pernah berubah! Cepat temui papa mama dulu," ucapnya lagi.
"Oke, Oke. Uncle pergi ke dalam dulu ya El." pamit Aiden pada ponakannya.
"Tapi janji setelah itu temani El main lagi," rengek El.
Aiden mengusap kepala El dan berlalu masuk ke dalam untuk menemui orangtuanya diikuti oleh kakaknya di belakang.
"Putraku sudah datang!" teriak Rita. Dia segera memeluk putra keduanya yang lama tak bertemu.
Aiden membalas pelukan mamanya walaupun kadang kesal dengan sikap orangtuanya tapi bagaimanapun juga dia tetap ibunya yang melahirkan dirinya ke dunia.
"Dimana papa, Ma?" tanya Aiden.
"Papa, masih istirahat di kamar. Akhir-akhir ini kesehatannya kembali memburuk," ucap Rita dengan sedih.
"Aku akan menemuinya nanti." Aiden berlalu masuk dalam kamarnya.
Rita hanya menggeleng pelan.
"Al, adikmu itu tidak pernah berubah selalu bersikap cuek pada kita," keluh Rita pada putra pertamanya.
"Sudahlah Ma, dia perlu waktu," jawab Alden.
Alden menatap punggung adiknya yang semakin menjauh. Dia pun segera mendatangi putrinya yang saat ini tengah sibuk bermain dengan pengasuhnya.
"My Princess, waktunya tidur siang," ucapnya pada putrinya.
"El, masih ingin bermain Daddy."
"Bukankah nanti malam kita merayakan ulang tahunmu sayang? tidur siang agar nanti malam tidak mengantuk."
"Baik Dad, tapi Daddy temani El, oke."
"Oke. Come on Baby."
Alden membawa putrinya masuk ke dalam kamar. Di tepuknya perlahan hingga putrinya itu terlelap. Dipandangi wajahnya dengan lekat sungguh mirip orang yang sangat dia rindukan.
"Umurnya sudah tujuh tahun sayang, dia begitu mirip denganmu. Namanya Elara Adelia Muller, aku sengaja menyelipkan namamu. Aku sangat merindukanmu," batin Alden sambil membayangkan kenangannya dulu bersama Maya.
Ceklek!
Pintu kamar terbuka.
Sinta menyembul masuk ke dalam dilihatnya Alden sedang memandangi wajah putrinya. Hal itu sudah sering Sinta lihat, ternyata tujuh tahun Alden tetap tidak bisa melupakan Maya dan itu membuat kebencian Sinta pada Maya semakin tumbuh.
"El, sudah tidur?" tanya Sinta.
Alden segera menoleh ke asal suara. Dia hanya menganggukkan kepala dan berlalu meninggalkan Sinta.
Itulah yang dialami Sinta selama tujuh tahun ini diabaikan oleh Alden.
Dia akan bersikap mesra jika di depan El saja.
🌷🌷🌷
Acara ulang tahun El diadakan begitu meriah. Banyak rekan kerja Alden berdatangan, Sinta tampak begitu sumringah teman-teman sosialitanya juga banyak yang hadir.
Pesta itu diadakan di taman belakang rumah besar. Aiden duduk menyendiri dengan segelas wine ditangannya. Rasanya masih tidak percaya kini dia bisa kembali ke Indonesia, meninggalkan dunia gelapnya disana.
"Apa kabarmu, Nak?" tanya Henry tiba-tiba.
Dia menghampiri putra keduanya itu dan ikut duduk disampingnya.
"Papa, apa kabar?" tanya Aiden balik.
Henry tersenyum kikuk.
"Tidak ada yang berubah selain menua," desahnya.
Aiden tidak menanggapi malah asyik meneguk minuman ditangannya.
"Maafkan papamu ini, Nak," ucap Henry dengan wajah menunduk.
Aiden mengerutkan keningnya, tidak biasanya papanya itu merendah padanya. Dari dulu mereka selalu adu otot, karena dasarnya Aiden memang keras kepala.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, aku sudah memutuskan untuk menetap disini lagi," ucap Aiden.
"Kelola cabang perusahaan yang ada di Malang, bantu kakakmu. Disana sedikit ada masalah." Henry berkata dengan menatap lekat anaknya.
Aiden tampak menimang-nimang permintaan papanya. Mungkin ini kehidupan baru yang akan dia tempuh.
"Hm, baiklah," jawab Aiden.
"Boleh papa memelukmu?"
Tanpa menjawab Aiden segera memeluk papanya, mungkin sudah saatnya dirinya berdamai dengan keluarganya saat ini.
🌷🌷🌷
Sesampai di Malang,
Aiden disambut dengan hormat saat baru saja tiba di bandara.
"Selamat datang, Tuan Aiden," sapa Jack.
Dengan gaya dinginnya Aiden hanya mengangguk pada Jack dan tetap berjalan lurus ke depan diikuti Jack dari belakang.
"Saya diperintahkan Tuan Alden untuk menjadi asisten anda, Tuan," ucap Jack karena merasa dari tadi Aiden hanya diam bahkan saat sudah masuk ke dalam mobil.
Aiden masih cuek sekarang dirinya sedang fokus mengetik sesuatu di ponselnya.
"Apa Tuan saat ini sedang sakit gigi?" tanya Jack lagi karena merasa di abaikan.
Aiden langsung mendelik ke arah Jack dengan tatapan tajam.
Jack menelan ludahnya kasar. Ternyata bos barunya begitu dingin mengalahkan dinginnya es di Kutub Utara apalagi sorot matanya yang tajam begitu membunuh. Apa bos nya ini anggota gangster? pikir Jack.
"Aku ingin sesuatu yang manis," ucap Aiden dengan suara yang berat.
Jack langsung gelagapan itu adalah kalimat pertama dari bosnya setelah hampir setengah jam mereka bersama.
"Ngh, ada sebuah toko kue yang terkenal disini, Tuan," ucap Jack.
Tapi lagi-lagi tidak ada sahutan dari bosnya. Jack berpikir bosnya setuju jika dia membawa ke toko kue itu.
Mobil sudah berhenti dengan segera Jack membukakan pintu untuk bosnya.
Aiden keluar dengan gaya maskulinnya, semua yang lewat disitu memandang takjub dengan ketampanan Aiden, tubuh tinggi dan kekar tampak beberapa otot di lengannya, rahang dan garis wajahnya yang tegas membuat siapapun menatapnya dengan tatapan lapar.
Sedangkan di depan toko, Maya tampak kesulitan memperbaiki hiasan bunga yang rusak karena terlalu tinggi dia memakai bangku plastik agar dirinya bisa menjangkau hiasan tersebut. Kakinya menjijit untuk bisa menjangkau tapi naas kursi plastik itu malah terdorong akibat tidak bisa menopang berat Maya.
Badan Maya sudah oleng sudah bisa dipastikan dia akan merasakan sakitnya jatuh dari ketinggian tapi sejurus kemudian badannya di tangkap oleh tangan kekar.
Kini tatapan mereka beradu.
Deg!
Tiba-tiba saja jantung Aiden berdebar saat melihat wajah cantik di depan matanya. Jarak mereka begitu dekat, entah dirasuki setan apa Aiden memajukan bibirnya dan mengecup bibir wanita yang saat ini masih berada di gendongannya.
Cup!
Satu kecupan mendarat ke bibir Maya, seketika Maya langsung berontak mendapat perlakuan seperti itu, dia langsung melepaskan dirinya dari gendongan Aiden yang mirip ala bridal style.
"Pria cabul!" teriak Maya. Dia langsung mengusap bibirnya dan masuk ke dalam toko.
Sedangkan Aiden masih mematung merasakan debaran di jantungnya.
"Tuan, tidak apa-apa?" tanya Jack.
Aiden tersenyum sembari berkata, "Aku sudah mendapatkan sesuatu yang manis," gumamnya.
🌷🌷🌷
Awal-awal part masih fokus ke Maya dan Aiden dulu ya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Itu kakak iparmu Aiden..asal nyosor ajaaa..
2023-05-06
1
Alexandra Juliana
Ke toko kue Maya...
2023-05-06
0
Alexandra Juliana
Nanti Aiden ketemu sama Maya dan jatuh cinta sama Maya
2023-05-06
0