Di sebuah ruangan dengan dekorasi cukup mewah, dinding putih yang dipoles dengan cat emas dan coklat, di langit-langit bergantung lampu kaca yang indah. Beberapa bingkai lukisan terlihat terpajang di sana, namun anehnya semua bingkai itu tidak berisi satupun lukisan atau gambar.
Di meja kerja yang terbuat dari kayu, seorang pria berambut kuning tengah sibuk menulis sesuatu di kertas. Baju yang dikenakan pria itu menambah kegagahannya, dengan postur tubuh ideal dan otot-otot yang terbentuk, membentuk seragam yang dia gunakan.
Cukup lama pria itu menulis, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan masuklah seorang pria berambut hitam gelap, tampaknya kedatangan pria berambut hitam itu tidak menggangu ketenangannya.
"Sean, aku dengar gadis bernama Freya itu melukai tubuhnya lagi." Pria itu sengaja menyebut nama wanita itu dengan kata 'gadis' bukan 'istri' sebab dia tahu pria di depannya menikahi gadis itu untuk menyiksanya secara perlahan, "Tidak hanya itu, dia juga meminum racun. Untunglah pelayannya Elis segera memanggil seseorang untuk mengobatinya." Bisa pria itu lihat, pria di depannya tidak sedikit pun tertarik dengan berita yang dia bawa.
"Oh." Sean hanya ber'oh seakan membuat berita itu sungguh tidak menggugah seleranya, "Sepertinya dia sudah tidak sanggup hidup." Terdengar dengusan berhasil keluar dari mulutnya.
Pria berambut hitam itu menggelengkan kepalanya pelan, "Kau sungguh beranggapan gadis itu pembunuh Adikmu? Aku merasa dia tidak melakukannya," ungkap pria itu membuat tangan Sean berhenti menulis.
Sean meletakkan pena yang dia gunakan ke meja cukup kasar, membuat suara bentakkan sedikit terdengar. Meskipun begitu, pria di depannya tidak terlihat takut meski Sean seperti mulai terganggu karenanya.
Sean mengangkat pandangannya, menatap pria berambut hitam di depannya, "Aku tidak ingin membahas wanita itu lagi." Singkatnya Sean tidak ingin mendengar tentang Freya, apapun alasan Freya bukan membunuh adiknya, selama tidak ada bukti kuat, Sean tidak akan melepaskannya begitu saja.
Pria berambut hitam itu menghela nafas, tidak tahu harus membujuk dengan kata apa lagi, sahabatnya satu ini terlalu keras kepala dan sulit mendengar alasan orang lain. Jadi tidak salah sewaktu di pengadilan, Sean tidak menerima alasan apapun dari Freya, di matanya Freya adalah pembunuh tidak akan mengubah apapun.
"Lalu, apa kau akan terus membuatnya seperti ini? Aku lihat banyak penghuni kerajaan ini tidak menghargainya, bahkan tak jarang aku melihat mereka berniat melecehkannya. Tidakkah kau kasihan dengan wanita malang itu?" Tampaknya pria itu masih tidak ingin menyerah meski Sean sudah tidak ingin membahas tentang Freya.
Sekali lagi Sean menatap pria di depannya, kali ini tatapannya terlihat tidak senang, "Byran tidakkah kau bisa berhenti membela wanita itu?" tanya Sean dengan nada sedikit menekan, dan dibalas gelengan kepala dari pria bernama Byran itu. Sean segera menghela nafas, "Apa kau bisa buktikan bahwa wanita itu tidak seperti pandanganku?" Sean mengalah untuk kali ini, membuat binar senyuman tergambar di wajah Bryan.
"Tentu saja, kita bisa buktikan sekarang!" sahut Bryan, dia berjalan mendekati Sean dan menarik Sean bangun dari kursinya, "Ayo, akan kutunjukkan wanita itu tidak seperti apa yang kau pikirkan."
Sean ingin menolak, bukan menolak untuk melihat, hanya saja masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan. Masalah membuktikan wanita itu bisa lain waktu bukan? Tapi, Bryan menarik Sean begitu kuat, tidak ingin melepaskannya sebelum dia membuktikan pada Sean.
Sean berhenti sejenak sambil melepaskan tangan Bryan di lengannya, "Tidak bisakah lain waktu? Aku masih sibuk." Sean tidak berbohong, bisa dilihat di meja begitu banyak berkas bertumpuk.
Bryan segera menggelengkan kepalanya, "Jam segini biasanya para prajurit istana akan mengantarkan makanan ke kastil dingin. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk kau menyaksikan, bahwa wanita itu tidak seperti apa yang kau pikirkan," balas Bryan.
Seketika alis Sean berkerut, sebelum Bryan menariknya lagi, Sean menghentikan pria itu, "Kau sering mengawasi wanita itu?" Sean melontarkan pertanyaan dengan tatapan cukup tajam. Sean tidak salah dengar, Bryan barusan mengakui bahwa dia sering mengawasi Freya secara diam.
Bryan sedikit tertegun akan pertanyaan Sean, namun sesaat kemudian Bryan kembali bereaksi tenang, "Aku mengawasinya karena aku kasihan melihatnya diganggu." Apa iya yang dikatakan Bryan? Bukankah aneh seorang pria sepertinya mengawasi Freya penjahat kerajaan.
Aneh, bukan?
Pandangan Sean semakin tajam tatkala dia mendengar alasan Bryan, meskipun tidak ada yang salah, tapi mau bagaimana pun, Freya adalah wanitanya. Sean tidak pernah ingin ada seorang pun tertarik dengan apa yang dia punya, miliknya ya miliknya, tidak ada kata berbagi.
"Bryan, aku tidak berharap kau tertarik dengan wanitaku," ucap Sean tanpa sadar membuat Bryan ingin tertawa.
"Apa? Wanitamu? Bukankah panggilan itu terdengar sedikit intim?" balas Bryan dengan kekehan kecil yang keluar. Siapapun akan berpikir, jika Sean memanggil Freya dengan kata 'wanitanya', bukankah orang lain akan berpikir bahwa Freya hanya wanita Raja Sean seorang.
Menurut Sean tidak ada yang salah dengan ucapannya, karena memang Freya adalah wanita atau istrinya, hanya saja Sean tidak memperlakukan Freya seperti seorang istri melainkan seperti penjahat. Dan melihat reaksi yang diberikan Bryan, Sean berpikir apakah ada yang salah dengan ucapannya?
"Intim atau tidak, dia memang wanitaku. Apapun yang berhubungan dengannya, berarti berhubungan denganku," balas Sean tajam semakin membuat Bryan mengerti, betapa bodohnya Raja itu mengenal seorang wanita.
Bryan memanggut-manggutkan kepalanya seraya berkata, "Oke-oke, dia wanitamu."
***
"Elis, aku akan membawamu masuk." Freya mulai merangkul Elis dan memapahnya masuk kembali ke kediamannya. Elis tidak berbicara apapun, ekspresi wajahnya sekarang begitu buruk setelah melihat darah bercucuran dari leher prajurit itu.
Tidak salah jika seorang pelayan seperti Elis memiliki kepribadian lemah terhadap darah, apalagi kekerasan. Dia adalah wanita dan hal itu sudah wajar, tapi setelah melihat Freya yang membunuh dua prajurit itu, Elis tidak tahu harus berbicara seperti apa? Apa dia harus bersyukur atau takut?
Bersamaan dengan masuknya dua gadis itu, dua sosok yang sejak tadi mengamati setiap kejadian hanya bisa diam mematung di tempat mereka bersembunyi. Mata mereka baru saja menyaksikan pembunuhan, dan pembunuhan itu bukan pembunuhan biasa, terlihat lebih sadis dari biasanya. Sebagai seorang pria, ini kali pertamanya mereka melihat wanita sekejam itu dalam membunuh.
Ketika sadar dua wanita itu telah masuk, pria berambut hitam segera menatap teman di sampingnya, pria berambut hitam itu tidak bisa menutupi rasa terkejutnya, dia juga tidak mengetahui hal seperti itu akan terjadi.
"Sean-"
"Dia wanita yang kau bilang baik?" sela Sean sambil menatap tajam ke arah kediaman Freya.
Bryan membuka mulutnya, tapi terasa kaku harus berbicara apa, di sini Bryan merasa bersalah, tapi di sisi lain ... Bryan tidak pernah melihat Freya bersikap sekejam itu. Jika Bryan diminta bersumpah, dia pasti akan bersumpah bahwa selama dia mengamati Freya dia tidak pernah melihat Freya berlatih ilmu bela diri.
"Sean, sungguh aku tidak tahu wanita itu tahu ilmu bela diri. Selama ini aku selalu memperhatikannya, dan tidak pernah melihat dia berlatih, tapi kenapa bisa dia membunuh dua prajurit dengan mudah." Bryan masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat, dia bersaksi telah memperhatikan Freya, tapi tiba-tiba saja Freya mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi dan tidak pernah terlihat oleh matanya.
Sean tersenyum tipis, senyumannya bak senyuman iblis membuat Bryan bergidik ngeri, "Sesuatu yang mengejutkan bukan? Wanita itu baru saja mengejutkan diriku dan dirimu." Sean menatap kediaman yang ditinggali Freya cukup lama, "Bahkan dia tidak jauh berbeda denganku, kejam." Sean menyeringai kemudian berbalik meninggalkan Bryan.
Bryan paham, senyuman dan tatapan yang diberikan Sean tadi bukan bermakna bisa tapi mengartikan sesuatu mengerikan akan terjadi. Bryan sangat dekat dengan Sean, tentu dia mengenal sosok pria itu dari siapapun. Bryan berbalik mengejar Sean.
"Sean, apa yang akan kau rencanakan kali ini? Aku harap kau tidak melalukan sesuatu di luar batas," ucap Bryan sedikit keras dan tajam, berharap bahwa Sean tidak akan melakukan hal ... itu lagi.
"Kau akan lihat nanti, wanita itu sudah menjadi milikku, terserah apa yang ingin kulakukan padanya," balas Sean dengan nada sedikit gembira, namun mengartikan sesuatu yang menakutkan.
***
Freya menatap Elis bingung, bingung ingin melakukan apa agar Elis kembali bersemangat seperti biasanya. Karena dirinya baru saja membuat semangat Elis lenyap, Freya mereka sedikit bersalah pada Elis.
Freya mendekati Elis yang sedang duduk di kursi, pelan-pelan Freya menjatuhkan tangannya di pundak gadis itu, "Elis, apa kau masih merasa kurang enak badan? Aku bisa memanggilkan seseorang untuk membantumu." Ucapan Freya membuat Elis langsung menatapnya.
"Tidak, tidak perlu, Nona. Aku baik-baik saja ... hanya sedikit lemas saja," tolak Elis sambil mengibas tangannya, "Sebaliknya aku yang bertanya pada Nona, apakah Nona tidak apa-apa setelah melawan dua prajurit itu?" Elis bertanya balik, meski dirinya sedang tidak dalam kondisi baik, Elis masih mengkhawatirkan keadaan Freya.
Freya mengukir senyum tipis kemudian menjawab, "Aku tidak apa-apa, mereka bukanlah masalah besar bagiku." Mendengar jawaban Freya, Elis tidak bisa tidak membulatkan matanya.
"Bukan apa-apa?" Elis mengulang kalimat itu, "Bagaimana mungkin Nona berkata seperti itu? Bagaimana jika mereka melukai Nona? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan? Nona tidak boleh melakukan hal nekat seperti itu lagi." Elis tidak bisa berpikir bagaimana bisa Freya dengan mudahnya mengatakan bukan masalah besar, melawan dua pria berstatus prajurit yang berarti terlatih bertarung bagaimana bisa bersikap setenang itu?
Freya memaklumi kekhawatiran Elis, tapi dia memang tidak apa-apa, hanya melawan dua pria bukan masalah lagi baginya, lagi pun Freya sudah terbiasa bertarung. Freya mengangkat tangannya lalu menjatuhkannya di puncak kepala Elis sambil berkata, "Tidak perlu khawatir. Aku bisa menghadapi mereka."
Mengesampingkan soal khawatir, Elis lebih penasaran dengan keahlian Freya bertarung. Selama menjadi pelayan Freya dua tahun ini, Elis tidak pernah tahu kalau Freya ahli bertarung. Sejak kapan? Dan kenapa Freya menyembunyikannya?
"Nona bisakah Nona jelaskan, bagaimana bisa Nona melawan dua prajurit itu? Aku tidak tahu kalau Nona adalah petarung ahli." Elis menatap Freya intens, seakan menyelidiki setiap ekspresi yang akan Freya keluarkan. Bisakah Freya berbohong padanya?
Alih-alih merasa gugup dengan pertanyaan Elis, Freya justru tersenyum membuat Elis mengerutkan keningnya, "Apakah tadi, aku mengejutkanmu?"
________________
A/N : Permaian gak lama lagi dimulai, kekekekeke 😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
sasa imut😊
like
2021-03-14
0
mochy😍
Gimana kabar mayat prajuritnya thor....
siapa yg ngurus?🤔🤔🤔
dikemnain itu?
2021-03-02
2
anca
kpn nihhh up next nya
jnagan.lama lama thorr
2021-02-13
3