Freya, bukan lagi nama asing di kota Damons. Gadis pemilik nama itu adalah istri dari Raja Sean sekaligus gadis pembunuh adik Raja Sean setelah terdakwa membunuh Putri Selena dengan cara mendorong Putri Selena ke telaga saat acara pesta di kerajaan Felix. Meskipun gadis itu berusaha mengungkapkan dirinya bukanlah pembunuh, tapi tidak ada bukti kuat yang bisa membantunya. Dan seharusnya gadis bernama Freya itu sudah dihukum mati akibat pembunuhannya, tapi tidak ada yang tahu kenapa, Raja Sean justru memberikan hukuman dengan menjadikan wanitanya. Banyak orang berpikir bahwa hukuman itu lebih tepat dikatakan anugerah bukannya siksaan. Tapi ... justru dengan menerima anugerah itu, Freya terasa hidup di neraka.
Freya, gadis 17 tahun, yatim piatu, tinggal bersama Paman dan Bibinya. Meski pernah hidup sebelum tinggal di kastil dingin, kehidupan Freya bersama Paman dan Bibinya juga tidak jauh berbeda dengan neraka. Tapi paling tidak ... Freya masih merasa diperhatikan di rumah Pamannya. Namun setelah dirinya dijatuhkan hukuman, bahkan berniat membela pun tidak dilakukan Paman dan Bibinya. Justru mereka memaki dan menghina Freya sebagai anak pembawa sial.
Hari-hari menjalankan hukuman berlalu semakin cepat, neraka tiap harinya terus menyapa, Freya sampai tidak kuas menahan penderitaannya lagi. Dan membuat dirinya memutuskan bunuh diri dengan meminum racun dan melukai tangannya sendiri.
Jelas sekali kehidupan Freya sangatlah malang, bahkan lebih malang dari cerita dongeng Cinderella, jika pemeran utamanya berakhir dengan bahagia, berbeda dengan Freya berakhir mengenaskan.
Gadis itu menutup matanya, memahami jalan kehidupan yang telah Freya lalui. Meskipun dia merasa kehidupan Freya tidak jauh lebih sadis dari kehidupannya, tapi Freya berakhir malang sebab tidak tahan dengan penyiksaan. Dibandingkan dengan raga yang berada di tubuh Freya, dia juga sama sepertinya, anak yatim piatu, tapi jalan kehidupannya dipenuhi darah dan kekerasan.
'Kahidupan kita tidak jauh berbeda, hanya saja kehidupanmu dipenuhi air mata, sedangkan aku ... penuh darah dan pembunuhan di mana-mana,' ucap Freya dalam hati. Perlahan Freya membuka kembali matanya, melihat kamarnya yang terdiri dari dinding batu kusam dan kotor. Freya tidak bisa mengatakan kediamannya ini adalah kastil, mungkin lebih tepat penjara dari batu.
Lama Freya termenung, telinganya diganggu dengan suara-suara kecil seperti pertengkaran. Karena penasaran, Freya beranjak dari kasurnya, kemudian melangkah menuju jendela dan melihat pelayan yang tadi bersamanya tampak sedang beradu mulut dengan dua orang pria berzirah perak.
"Apa yang dilakukan pelayan itu? Apa dia berniat melawan dua pria itu?" Semua orang pasti bisa melihat, pelayan itu tampak sengaja menyahuti dua pria itu meski dia tahu tidak seharusnya dia meladeninya, "Aku khawatir pelayan itu akan dipukul, mereka adalah prajurit sedangkan dia pelayan. Sebaiknya aku turun dan melihat." Freya segera melenggang menuju pintu.
***
"Kalian tidak bisa berbuat seperti ini! Jika Yang Mulia tahu, dia pasti akan memenggal kepala kalian!" pekik gadis berpakaian pelayan kepada dua prajurit di depannya.
Dua prajurit itu adalah utusan dari istana utama, tugas mereka pasti membawa bahan pokok ke kastil dingin untuk Freya dan pelayan itu makan. Tapi hari ini, prajurit itu sengaja hanya memberikan sekantung kecil gandum membuat pelayan itu marah atas perlakukan tidak sopan mereka.
"Apanya yang dipenggal? Semua orang tahu, Nona Freya hanyalah tahanan, bukan istri Yang Mulia Raja Sean," sahut salah satu prajurit di akhiri dengan kekehan keras.
"Hahaha ... bersyukurlah kami tidak menghabiskan semua bahan pokok kalian! Jika tidak, kalian tidak akan makan satu hari ini!" Prajurit lain ikut menambah, gelak tawa keluar dengan bebas dari mulutnya.
"Kalian!" Pelayan itu mengangkat tangannya berniat memukul mereka, tapi dia hentikan sebab dia sadar dia bukanlah lawan dua prajurit itu, "Dasar tidak tahu malu! Memakan daging dan sayur kami! Lihatlah aku akan mengadu pada Yang Mulia!" Kesal dan geram, pelayan itu menunjukkan ekspresi begitu tidak senang.
Alih-alih merasa takut pelayan itu mengancam akan melaporkan kejahatan meraka kepada Raja Sean, mereka justru semakin tergelak sambil memegang perut mereka, seakan mereka baru saja mendengar lelucon paling lucu di dunia.
"Hahaha!!! Apa aku tidak salah dengar? Dia mau mengadu pada Yang Mulia? Silakan ... jika saja Yang Mulia mendengarkanmu!" celetuk prajurit itu.
Pelayan itu tidak bisa berkutik, karena mau bagaimana pun, ucapannya tadi hanyalah ancaman belaka. Kalau pun dia mengadu pada Raja Sean, apa iya Raja itu akan peduli dengan penderitaan yang dialami Freya? Pelayan itu justru berpikir, Raja Sean akan suka melihat pembunuh adiknya menderita.
Melihat pelayan itu tidak berbicara, dua prajurit itu melebarkan senyum sinis, "Sekarang apa? Masih berpikir mau mengadu pada Yang Mulia? Sebaiknya kau pikirkan dulu. sebelum benar-benar mengatakannya. Aku khawatir Yang Mulia tidak akan memperdulikanmu!" celoteh prajurit satunya sinis.
"Ya, sebaiknya kau pikirkan." Tangan salah satu prajurit menyetuh bahu pelayan itu, membuat pelayan itu sedikit terkejut, "Dari pada kau hidup menderita di sini. Lebih baik, kau ikutlah bersama kami. Aku berjanji akan membuatmu bahagia," ujarnya dengan seringai hasrat yang tinggi.
"Apa!? Apa yang mau kau lakukan dasar pria kotor!" Pelayan itu menggerakkan bahunya, merasa tak nyaman saat prajurit itu mengelus bahunya," Jangan sentuh aku! Dasar pria brengs*k!" tegas pelayan itu keras.
Melihat sikap penolakan dari pelayan itu, prajurit itu semakin berhasrat ingin memilikinya. Prajurit itu dengan kasar menarik pelayan itu dalam pelukannya, namun dirinya menerima penolakan keras dari pelayan itu.
"Prajurit bedebah! Lepaskan aku!" Pelayan itu berusaha melepaskan cengkeraman prajurit itu di tangannya, tapi terlalu kuat untuk dia lawan, "Brengs*k lepaskan aku!"
"Hei! Hei! Bermain-mainlah sedikit dengan kami, tenang saja kamu akan main secara harus!" sahut prajurit lainnya ikut menarik tangan kiri pelayan itu.
Menolak, pasti dilakukan pelayan itu. Dengan segenap usaha dan tenaganya, pelayan itu berusaha melepaskan diri. Tapi na'as, dia sedang melawan dua tenaga dari dua pria terlatih, tentu tidak sebanding dengan tenaganya yang hanya seorang pelayan.
"Bajingan kalian! Lepaskan pelayanku!" Freya tiba-tiba muncul sambil melayangkan satu vas bunga ke salah satu prajurit, "Berani menyetuh orang terdekatku. Cari mati!" Freya melangkah dengan cepat mendekati pelayannya yang sudah terlepas dari cengkeraman dua prajurit itu.
Prajurit yang tertimpa vas bunga itu meraung kesakitan sebab mengenai kepala dan matanya, "Mataku! Sakit sekali!"
Prajurit yang tersisa terkejut melihat rekannya telah terluka karena satu vas, sontak pandangannya langsung tertuju kepada si pelempar vas. Sedikit terkejut sebab dia melihat Freya lah yang melempar vas bunga itu.
"Dasar pembunuh! Beraninya kau melukai prajurit istana!" pekik prajurit itu keras.
Pelayan Freya sedikit takut melihat satu prajurit tumbang dengan vas bunga yang melukai kepalanya, dan tidak juga menduga bahwa Freya lah yang melakukannya. Pelayan itu berlindung di belakang Freya ketika Freya menariknya untuk berlindung.
"Kalian hanya prajurit buat apa ditakutkan? Lagi pun jika aku membunuh kalian sekarang, apa akan ada yang tahu?" balas Freya sinis, "Kastil ini cukup jauh dari istana utama, aku yakin tidak akan ada yang sadar jika aku membunuh kalian!" Tambah Freya lagi membuat dua prajurit dan pelayannya terbelalak kaget.
"Kau! Berani sekali! Akan kuberi pelajaran kepada seorang pembunuh sepertimu!" Prajurit itu bergerak maju dengan melayangkan satu pukulannya, "Rasakanlah wanita pembunuh!"
"Ck! Serangan bocah seperti itu mau mengajariku? Baiklah akan kuajari pada kalian apa itu rasa sakit?" Freya tidak menghindari serangan prajurit itu, dia justru menangkapnya dengan satu tangan. Lalu tangan lainnya langsung menghantam wajah prajurit itu dengan kuat. Tidak hanya sampai di situ saja, Freya juga menyikut perut prajurit itu dengan lulut kanannya.
Terkejut, prajurit itu terkejut dengan mata melotot. Tenaga dan kecepatan yang Freya berikan pada prajurit membuat mulutnya mengeluarkan darah segar meski tidak banyak. Sakit, sangat sakit ketika lutut Freya memukul keras perut prajurit itu meski dia sedang memakai zirah perak. Seakan perutnya tadi terpukul oleh sebarang besi besar.
Prajurit itu jatuh terkapar sambil memegang perutnya sakit, di tanah prajurit itu meringis sambil bergelagat seperti cacing kepanasan, "Ugh! Sakit! Sakit sekali!"
Prajurit lain yang melihat rekannya telah dihajar oleh Freya hanya bisa diam membeku, seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Seorang gadis yang selama ini menunjukkan kelemahannya sekarang memperlihatkan sisi yang tidak pernah muncul. Bagaimana bisa?
"Kau tahu bela diri? Bagaimana mungkin?" tanya prajurit itu pelan sambil menahan sakit tubuhnya.
Freya menyungging senyum, seraya melangkah mendekati prajurit yang terkapar itu, "Kau meragukan kucing bisa menjadi singa? Heh ... Tidak kusangka kalian begitu naif," dengus Freya sinis. Dunia itu luas, banyak kejutan dan misteri yang tidak diketahui, jadi jangan sesekali berpikir menjadi bahwa dirimu paling hebat sebelum merasa pahit manisnya perjalanan dunia.
Freya mengangkat kakinya, lalu menginjak dengan kasar kepala prajurit itu. Sorotan mata tajam, dan raut wajah datar, terlihat bahwa Freya sangatlah kejam, "Apa kau punya kata-kata terakhir sebelum pergi?" tanya Freya membuat semua orang terkejut.
"No-Nona! Ampunan Nona Freya! Ampuni saya! Saya berjanji tidak akan menganggu Nona lagi!" merangkak prajurit itu memegang kaki Freya, tak lupa juga prajurit itu memberikan tatapan nanar agar Freya mengampuninya. Tapi sayang, gadis yang berhadapan mereka memiliki jiwa yang kejam.
Alih-alih merasa kasihan dengan tatapan tidak berdaya dari prajurit yang Freya injak, justru Freya semakin mendingin dan tidak peduli, "Sayangnya aku tidak memiliki belas kasihan untuk orang seperti kalian. Jadi enyahlah dari dunia!" Freya mengangkat kakinya lalu menghentakkannya dengan kuat ke leher prajurit itu, tidak hanya sekali namun berkali-kali sampai prajurit itu berhenti menghembuskan nafas.
Setelah melihat prajurit itu mati dengan mata terbuka-tampak tidak ikhlas mati begitu cepat-barulah Freya berhenti menginjak-injak lehernya. Kemudian sorotan mata tajamnya tertuju pada satu prajurit yang kini terbelalak melihat Freya telah membunuh.
Sadar kalau sekarang gilirannya menemui ajal, prajurit itu menarik belati yang ada di pinggangnya. Prajurit itu menyodorkan belatinya ke arah Freya, berniat melunturkan keinginan Freya membunuh dirinya sebab dia memiliki senjata.
Tapi lawannya adalah manusia yang tidak takut mati apalagi dengan benda tajam. Bukan tidak asing lagi Freya sering berhadapan dengan benda tajam setiap harinya sebagai anggota mafia di kehidupan pertamanya.
"Kau pikir belati itu bisa menyelamatkankanmu dari kematian?" Alis kiri Freya naik sebelah, tampak seringai jahat tergambar jelas di wajahnya, "Baiklah ... akan kubuat kau mati dengan berlatimu sendiri." Freya dengan cepat mendekati prajurit itu.
Pertarungan kembali terjadi, prajurit itu dengan gesit melayangkan belatinya ke arah tidak menentu, membuat setiap pergerakannya mudah dibaca dan dilawan. Di dalam hati Freya mendengus pelan, tidak akan menyangka memiliki lawan semudah ini. Tidak berniat berlama-lama dalam pertarungan. Saat tangan yang memegang belati itu melewatinya, Freya dengan cepat meraih lengan prajurit itu, membuat pergerakan belati prajurit itu terhenti. Lalu Freya menghajar wajah pria itu dengan kepalan tangannya secara beberapa kali hingga darah keluar dari hidung prajurit itu. Setelah merasa cukup puas memberi pukulan di wajah prajurit itu, Freya mematahkan tangan prajurit yang memegang belati, membuat prajurit seketika menjerit keras bersamaan dengan belatinya jatuh ke tanah.
Freya melepaskan prajurit itu, membiarkannya jatuh terkapar di tanah sambil mengerang kesakitan. Pandangan Freya tertuju pada belati yang kini tergelak di tanah, dia mengambilnya dan langsung menggorok leher prajurit itu.
Darah menciprat wajah Freya, membuat kesan kejam dan menakutkan tergambar jelas di sana. Melihat prajurit itu telah mati, Freya menjatuhkan belati di tangannya, kemudian berbalik menatap pelayannya yang tidak jauh darinya.
Bisa Freya lihat pelayannya itu sudah memuntahkan isi perutnya, wajahnya sudah pucat dan pandangannya terasa kosong. Bergegas Freya mendekati pelayannya dan membantunya untuk tetap berdiri.
"Elis, apa aku menakutimu?" tanya Freya dengan nada sedikit cemas, sungguh tidak tega melihat aura buruk keluar dari pelayannya bernama Elis itu.
Elis terus memuntahkan isi perutnya, akibat menonton pembunuhan secara nyata, untuk kali pertamanya dia melihat pembunuhan di depan matanya secara nyata dan sadis. Apalagi berlumuran darah, Elis pun tidak sanggup menahan rasa mualnya.
"Hoek!" Elis memuntahkan lagi isi perutnya, "Ugh! Aku tidak menyangka Nona bisa sekejam itu."
______________
A/N : Cerita ini memiliki alur maju mundur, dan juga memiliki bagian cerita dewasa, seperti kekerasan, pembunuhan, bahasa kasar, dan romansa dewasa. Diharap menanggapinya dengan bijak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sri Aisyah
maju mundur cantik kata syahrini 😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2022-09-28
0
🦆 Wega kwek kwek 🦆
cewek yg bar bar aku suka
2021-03-31
0
sasa imut😊
semangat
2021-03-14
1