Pertikaian

...

Bianca mengendarai motor vespanya menuju kampus, sebenarnya Papa Mahendra sudah melarang dan membelikan mobil untuk Bee tapi seperti biasa Bee dengan angkuhnya menolak. Walaupun sudah usang motor vespanya memiliki kenangan tersendiri buat Bee dan Mama kandungnya. Dulu sebelum sesukses sekarang Mama kandung Bee sering mangantar sekolah Bee memakai motor vespa itu.

Sesampai di kampus Bee bergabung dengan Clara dan Sesil sahabatnya. Mereka tiga sekawan yang tidak pernah berpisah sejak bangku SMP selalu memilih sekolah yang sama dan selama berapa tahun sekolah selalu satu kelas sampai kuliah pun mereka memilih kampus yang sama hanya saja jurusan mereka yang berbeda.

"Habis kelas kalian ada acara tidak?" tanya Sesil pada kedua sahabatnya.

"Memangnya kenapa?" tanya Clara.

"Aku punya tiket konser kalian mau tidak ikut?" tawar Sesil.

"Beneran? Mau banget," Clara tampak antusias.

"Kamu gimana Bee? Ikut tidak?" tanya Sesil.

"Gak tau deh.. Hari ini hari ulang tahun Tante aku disuruh pulang cepat," ujar Bianca.

"Maksudnya Tante Lili?"

"Siapa lagi?"

"Kau itu tidak pernah berubah Tante Lili itu baiknya minta ampun begitu loh," seloroh Sesil.

"Tidak ada yang baik kalau yang namanya pelakor!"

"Kau kan tidak boleh menuduh begitu Bee.. Walaupun bagaimanapun dia tetap Mamamu kan"

"Kumat siraman rohaninya.. Aku mau ke kelas dulu," Bianca pun pergi menuju kelasnya meninggalkan dua sahabatnya. Sesil dan Clara hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu. Sudah berulang kali mereka menasehati agar Bee mau menerima Tante Lili sebagai Mama barunya mereka sering menginap dirumah Bee dan Tante Lili memang sangat baik terhadap mereka.

...

Kelas pun usai Bianca bimbang antara memilih ikut sahabatnya atau pulang kerumah merayakan ulang tahun Tante. Sepertinya dia akan memilih sahabatnya dia pun mematikan ponselnya agar keluarga tidak bisa menghubungi dirinya. Bee bergegas mencari sahabatnya Clara dan Sesil.

"Loh Bee kok kamu ikut sih" tanya Clara.

"Oh.. jadi aku tidak boleh ikut nih?"

"Bukan begitu tapi acara ulang tahun Tante Lili lebih penting kan."

"Bisa tidak kita tidak usah membicarakan Tante itu.. Aku yang traktir makan deh."

Sahabatnya hanya geleng geleng kepala mereka tahu jika Bee sudah berkata begitu berarti sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. Mereka bertiga pun akhirnya menonton konser bersama, mereka begitu menikmati konser hingga lupa waktu. Jam sebelas Bee baru sampai rumahnya. Dengan langkah gontai dia menuju kamarnya tapi belum sampai kamarnya suara berat Papa Mahendra menghentikan langkahnya.

"Dari mana saja kamu Bee?"

"Dari nonton konser bersama Clara dan Sesil," jawabnya santai

"Oh.. Jadi menonton konser lebih penting daripada acara ulang tahun Mamamu?"

"Nah.. itu Papa tahu!"

"Kamu ya.. Seharian Papa mencoba hubungi ponselmu tapi tidak aktif kami semua cemas mengkhawatirkanmu!"

"Ternyata Papa masih perhatian juga ya"

PLAK!!!

Sebuah tamparan melayang di pipi Bianca, Bianca meringis menahan sakit di pipinya. Selama ini tidak pernah Papanya menampar dia begini. Papa Mahendra pun tak kalah kagetnya karena terlalu terbawa emosi dia reflek menampar pipi putrinya. Mama Lili yang mendengar suara ribut pun keluar dari kamarnya dilihatnya Bianca memegang pipinya dengan menahan sakit pasti telah terjadi sesuatu. Dia pun menghampiri Bianca mencoba menenangkan putrinya tapi sungguh diluar dugaan reaksi yang diberikan Bianca.

"Puas! Tante sekarang Puas kan! Pertama Tante merebut Papa dari Mama setelah itu Papa jadi kasar begini dengan ku.. Puas kan Tante" Bianca berbicara dengan nada tinggi pada Mama Lili.

"Kamu salah paham Bee.. bukan begitu ceritanya_" Mama Lili pun berkata dengan meneteskan airmata.

"Tidak usah akting Tante.. Aku tau airmatamu itu airmata palsu!"

"Cukup Bee!!! " Papa Mahendra pun menyela dia memeluk Bianca karena merasa bersalah telah menampar nya. "Kamu jangan menuduh Mama Lili seperti itu ada satu hal yang tidak bisa Papa ceritakan padamu" Papa Mehendra berbicara lembut pada putrinya sambil mengusap kepalanya. Tapi bukan Bianca namanya jika tidak keras kepala.

Bianca pun melepas pelukan Papanya. "Cukup Pa.. Jangan membela Tante lagi! Kenapa Pa kenapa Papa harus bercerai dengan Mama? Kenapa Bee tidak boleh bertemu dengan Mama? Kenapa Pa? Sekarang Papa pilih Aku atau Tante Lili?"

"Kalian itu sama pentingnya buat Papa.. Jangan begini Bee terimalah Mama Lili sebagai Mamamu"

"Tidak akan.. Tante Lili sampai kapanpun tidak akan pernah akan menjadi Mamaku!"

Bianca pun pergi meninggalkan rumah dengan motor vespanya dengan kelajuan diatas rata rata.

"Pa.. Bee pergi kemana Pa? Mama Lili tampak panik.

"Aku akan menyusulnya Ma.. Aku tahu pasti Bee pergi ke danau tempat dia sering kunjungi dulu bersama Mamanya"

Papa Mahendra tau pasti kemana putrinya itu pergi karena saat sedih Bianca akan pergi ke tempat itu dulu saat awal awal perceraian Bianca sering menumpahkan kesedihannya disitu.

...

Terpopuler

Comments

Ernadina 86

Ernadina 86

ya salah orang tua sih..walau bagaimana pun Bee udah besar harusnya dikasih tau kenyataannya apapun itu walau menyakitkan..kalo cm disuruh nurut anak suka berontak dan pasti punya pemikiran buruk seperti Bee ini...solusinya gampang pdahal beri Bee fakta

2023-04-07

0

mama galaau

mama galaau

harusnya papa crita knapa mreka bercerai & tunjukin bukti2 nya

2023-03-28

0

Rapa Rasha

Rapa Rasha

sebenarnya apa yg gk di ketahui bee ya

2023-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!