Part 2. Para Selir Cogan

-o0o-

Saat ini Freya sedang bimbang bagaimana cara untuk menyelesaikan permasalahan dengan para selirnya. Mata indah berwarna merah tersebut sibuk membaca deretan biodata dengan wajah serius membuat enam pria berwajah malaikat itu menunggu dengan gugup.

“Chaiden”. Panggilnya sembari menatap pria berahang tegas dengan wajah memikat, rambut pendek yang berantakan dan tubuh kekar berotot kuat.

“Ya Yang Mulia”. Suara bassnya mulai terdengar.

“Kau memiliki keahlian dalam berperang dan kurasa sebaiknya kau bekerja sebagai kapten kesatria”.

“Maksud anda, saya akan menjadi kesatria?”.

“Begitulah. Sebenarnya aku ingin kalian semua bekerja karna kesempatan untuk bebas, jadi daripada berdiam diri di Harem sebaiknya kalian beraktivitas”.

Baik Chaiden maupun yang lain menjadi bersemangat bahkan pipi mereka mulai merona karna sejak awal wajah datar berhias rasa takut memenuhi mereka.

“T, terima kasih saya merasa terhormat Yang Mulia”. Freya mengangguk.

“Lalu Cleve, kau kumasukan sebagai Shadow Thief ku. Keahlian mu akan sangat dibutuhkan nantinya”.

Pria berkulit dan rambut coklat serta bermata abu-abu mengangguk setuju.

“Felix pergilah ke menara sihir dan katakan kau akan menjadi wakil pemimpin mereka, Elvis akan membuat suratnya nanti. Sebagai generasi phoenix kau harus bisa melindungi istana dari serangan musuh dan pimpin lah rekan-rekanmu menjadi kuat”.

“Permintaan anda adalah perintah untuk saya ”. Balas pria berambut putih panjang melebih punggungnya, iris mata biru menambah ketampanan seorang Felix si penyihir.

“Adam dan Hugo kalian akan bekerja sama. Adam akan meracik beberapa bahan peledak dan Hugo kau assassin kelas tinggi berlatihlah demi keselamatan istana dan rakyat”.

“Baik Yang Mulia”. Balas mereka serempak.

“Dan terakhir”. Freya menatap pria berambut pirang dengan mata hijau nan berbinar, kulit putih dan tubuh mungil membuat Freya menahan diri untuk tidak jatuh dalam keimutannya.

“Conan. Kutanya sekali lagi apa kau yakin tidak mau pergi bebas dari sini”.

Pria itu mengangguk semangat.

“Tentu saja. Saya ingin selalu berada di sini Yang Mulia, kumohon jangan usir saya”.

“Baiklah kalau begitu. Mulai besok kalian boleh bekerja dan sekarang istirahatlah”. Gumamku dibalas anggukan oleh mereka namun hal yang tidak kusangka terjadi, secara serempak mereka mendekat memberikan kecupan di pipi, kening, tangan dan rambutku sebelum berlalu meninggalkanku yang mematung.

Astaga apa itu tadi? Mereka berniat membuatku terkena serangan jantung? Licik.

Malam harinya setelah membersihkan diri dengan air hangat akhirnya tubuhku bisa bertemu dengan empuknya kasur. Melemaskan kembali otot-otot tubuh yang tegang karna lelah berperang dengan tumpukan kertas.

Belum sampai sebulan aku hidup sebagai tokoh dari novel tubuh dan mentalku nyaris remuk, tak bisa terbayangkan jika seumur hidup aku seperti ini. Bahkan dua tokoh utama masih belum sempat untuk bertemu, kuharap mereka cepat berinteraksi dan saling jatuh cinta. Jika demikian aku tidak perlu mati sebagai seorang tokoh antagonis, ya sebaiknya begitu.

Sepertinya aku harus membantu pertemuan mereka, lebih cepat lebih baik bukan? Aku bisa hidup bebas dan memutus hubungan dengan Arthur serta pihak kerajaan lainnya. Nice plan. Kau memang pintar Freya Grizelle.

Kuposisikan tidur menghadap ke samping di mana foto freya terpajang dengan jelas, maafkan aku Freya yang asli tapi aku tidak bisa menjadi gadis sejahat dirimu.

Lebih baik hidup bahagia tanpa harus mengorbankan siapapun daripada haus akan harta dan tahta. Aku tau jika kita bertemu empat mata maka satu bab buku tidaklah cukup untuk mencatat ratusan kata yang akan terlontarkan namun mari persingkat buku tersebut menjadi rangkuman dengan hasil sama rata.

Aku tidak bisa menjadi dirimu.

Karna diriku adalah milikku.

-o0o-

Pagi hari tidak maksudku hari dimana matahari belum menampakkan diri sepenuhnya, aku sudah berada di taman berlatih mengayunkan pedang tentunya Chaiden sebagai guru dadakan. Hasil dari rayuan maut karna pria tersebut sempat menolak dengan alasan tidak mau membuatku kelelahan.

“Yang Mulia anda telah bekerja keras, saatnya istirahat”.

“Kau sudah mengatakan hal yang sama 20 kali Chaiden”.

“Aku hanya….”.

“Iya iya aku tau”. Potongku sembari memberikan pedang padanya beralih pada handuk kecil dari tangan Charlotte.

“Kenapa anda tiba-tiba tertarik belajar menggunakan pedang Yang Mulia? Anda tidak berniat untuk ikut dalam peperangan bukan?”.

“Sebagai Empress aku harus bisa melindungi diri sendiri dan juga orang lain. Lucu rasanya jika suatu hari nanti musuh dengan mudahnya menangkapku mengingat betapa banyaknya manusia yang memusuhiku di dunia ini”.

“Tapi para prajurit anda selalu ada untuk melindungi dan mereka bukanlah prajurit amatir”.

“Chaiden. Aku bukanlah wanita yang membiarkan nyawa orang lain hilang hanya untuk menyelamatkanku. Mereka memiliki keluarga sendiri dan bayangkan bagaimana respon mereka saat mengetahui orang yang mereka cintai mati di medan perang?”.

Sejenak Chaiden tertegun namun sedetik kemudian membungkuk dalam.

“Maafkan saya telah meragukan dan lancang Yang Mulia”.

Menggeleng pelan.

“Terima kasih telah bersedia mengajarkanku Chaiden. Kuhargai usahamu”.

“Suatu kehormatan bagi saya Yang Mulia”.

-o0o-

“Kapan semua ini akan berakhir”. Rengek Freya dengan kepala tertunduk lemas ke atas meja.

Sudah hampir setengah hari dirinya bergelut dengan ratusan lembar dokumen, mengurus tenaga dan pikiran. Bahkan sejak tadi Elvis tidak hentinya membawa lembaran kertas tersebut saat Freya hampir menyelesaikan tumpukan yang ke sembilan belas.

“Elvis jika kau berniat membunuhku dengan perlahan maka kau berhasil”.

“Saya terlalu berani untuk melakukan itu Yang Mulia tapi saran anda masuk akal”.

“Sialan kau”.

Tok…tok..

“Masuk”. Seru Freya sedetik kemudian sosok Morgan terlihat.

“Yang Mulia sudah saatnya anda menghadiri pesta ulang tahun Kaisar Arthur”.

Bagaikan terkena sambaran petir siang bolong, Freya mengutuk dirinya karna melupakan jadwal sepenting itu.

Padahal sejak seminggu yang lalu dirinya berhasil membuat para pelayan kewalahan karna mencari baju yang bagus serta cara bagaimana bersikap sebagai seorang tunangan Kaisar Arthur. Kecerobohannya sungguh mencapai tingkat maksimum.

“Baiklah aku akan bersiap-siap”.

Alhasil Freya langsung bersiap dengan semangat tinggi, memantapkan mental untuk tidak membuat malu karna ini kali pertama baginya datang ke pesta kekaisaran sebab dikehidupannya yang dulu dirinya sangat sibuk bekerja tanpa sempat untuk datang ke pesta manapun walau Denada memaksa.

Satu jam kemudian Freya sudah selesai dan langsung menaiki kereta kudanya. Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam karna terletak di daerah yang berbeda.

Kerajaan yang dipimpin oleh Arthur terkenal dengan sebutan ‘Naga Pencabut Nyawa’ karna sepanjang perang dulu Arthur terkenal membabat habis musuh dalam hitungan detik dan tanpa terluka sedikitpun.

Bahkan rambut hitam dengan mata semerah darah nan mempesona menjadikan setiap putri menginginkan menjadi istri dari pria tampan berwajah dingin tersebut.

“Astaga tenanglah Freya kau tidak bisa terlihat gugup nanti”. Gumamnya panik.

Freya menoleh ke samping dimana Charlotte duduk dengan tenang.

‘Benar juga menurut buku Charlotte dan Arthur akan bertemu saat di pesta nantinya, kalau tidak salah Arthur sengaja mengajaknya berdansa bersama dan melupakan sosok Freya yang menahan amarah dan malu karna semua orang memandang rendah dirinya. Sejak saat itu mereka akan sering bertemu bahkan Arthur sengaja datang ke Imperial Palace hanya demi bertemu dengan gadis ini. Baiklah sepertinya aku harus mempertemukan mereka tanpa harus membuatku malu’. Batin Freya mantap.

Tak lama kemudian kereta pun berhenti, saat sadar ternyata mereka sudah sampai di tujuan. Charlotte turun terlebih dahulu sedangkan Elvis membantu Freya turun karna gaun yang dikenakannya saat ini cukup panjang dan berat.

“Charlotte”.

“Ya Yang Mulia”.

“Tunggu aku di taman belakang bersama Elvis”.

“Maaf?”.

“Apa aku harus mengulang kata-kataku?”.

“T, tidak Yang Mulia. S, saya mengerti”.

Freya mengangguk kemudian melangkah menaiki tangga menuju istana. Seorang pengawal membungkuk sopan membantu masuk sembari bersorak keras.

“Her Royal Highness Freya Grizelle memasuki ruangan!!!”.

Suasana yang awalnya tentram seketika hening membungkuk dalam membuat dua barisan lurus. Nafas Freya berhembus pelan mencoba tenang hingga dari depan sana sosok pria berpakaian resmi dengan jubah menyampir disatu pundaknya mendekat lalu membungkuk dalam saat berada di depan Freya.

Sejenak Arthur terpana dengan penampilan Freya malam ini, bagaimana tidak gaun merah panjang dengan hiasan berlian nan berkilau, gaun yang mengikuti lekuk tubuh rampingnya, rambut hitam yang disanggul rapi berhias tiara emas kecil, mata merah senada dengan bibir mungilnya nan sexy, jubah hitam dengan aksen bulu panjang dan terakhir sepatu hak tinggi berhias berlian dan mutiara.

Penampilan yang berbeda dari biasanya karna dulu Freya mengenakan seluruh aksesoris memenuhi tubuhnya namun kali ini hanya ada kalung dan anting saja.

“Selamat datang Yang Mulia Freya Grizelle”. Ucapnya meraih tanganku lalu mengecupnya.

“Terima kasih Yang Mulia Arthur telah mengundangku datang”.

“Apa maksudmu, tentu saja karna kau adalah tunanganku”. Freya hanya bisa tersenyum membari menggandeng lengan kekar Arthur memasuki ruangan lebih dalam.

Acara kembali dilanjutkan dan sampai saatnya dimana Freya dan Arthur berdansa bersama dengan para tamu. Walaupun mereka berada ditengah-tengah ruangan namun Freya masih bisa merasakan tatapan aneh dan bisikan dari para gadis.

Namun sebisa mungkin ia acuhkan karna saat ini yang ada di otaknya adalah cara untuk membuat Arthur pergi ke halaman belakang bertemu dengan sang tokoh utama wanita.

“Saya tidak menyangka anda akan datang ke sini, karna dulu anda akan mengelak dengan alasan jarak yang jauh”. Gumam Arthur membuat Freya mendongak karna perbedaan tinggi mereka yang lumayan jauh.

“Mari katakan jika saat ini saya sedang dalam suasana hati yang baik. Lagipula dua jam bukanlah waktu yang lama”.

Sebisa mungkin Freya menahan diri untuk tidak memeluk pria di depannya karna selama ini Arthur adalah tokoh yang ia idolakan bahkan kamarnya dipenuhi oleh poster dan juga selimut bergambar dirinya.

Musik berakhir baik Arthur maupun Freya saling membungkuk sebagai penutup.

“Jika saya meminta waktu untuk berbicara berdua dengan Yang Mulia, apakah anda bersedia?”.

Arthur menoleh bingung. “Saya tidak keberatan”.

“Kalau begitu saya tunggu di taman belakang”. Balas Freya sembari berlalu pergi, saat berhasil melewati pintu bagaikan bandit yang tertangkap basah, Freya berlari mencari tempat persembunyian.

“Yup bagus, dari sini aku bisa melihat dan mendengar dengan baik”. Kekehnya licik saat berhasil bersembunyi di balik salah satu dinding labirin dan di belakang sana Charlotte sedang duduk diam memandangi air mancur.

Dengan hati berdebar tidak sabar untuk melihat interaksi dua tokoh utama tersebut Freya mengintip sedikit dan benar saja Arthur datang dengan wajah bingung menoleh ke segala arah sepertinya mencari keberadaan Freya hingga tatapannya terhenti pada gadis berpakaian pelayan.

‘akhirnya mereka bertemu’. Batin Freya antusias.

‘Sebentar lagi kebebasanku akan dataaaaaaaang’.

Terpopuler

Comments

Nasya Dwimar

Nasya Dwimar

Hampir mirip dengan manhwa sebelah tp suka sih ceritanya sejauh ini

2022-04-15

0

Ida Blado

Ida Blado

knp gk di pecat aja itu para selir,,,ahh apa pembebasan itu artinya cerai,,,tpi satu ada yg tdk mau pergi.

2021-12-15

0

A

A

Bodoh

2021-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!