-o0o-
“Hikz… hikz…”.
“Kau mau menangis sampai kapan ha? menghilangkan nafsu makan ku saja”. Decih seorang gadis berambut ekor kuda. Memandang malas sahabatnya yang menangis memeluk buku novel.
“Sudah lebih dari 10 kali kau membaca buku sialan itu dan kau masih menangis, dasar bodoh. Berhenti sebelum benda itu melayang ke tong sampah”.
“Kau kejam sekali Denada, tolong mengerti betapa sedihnya kehidupan Freya hiks…”. Veronica kembali berlinang beruntung mereka saat ini berada di kediaman Denada jika tidak maka perilaku Veronica benar-benar memalukan.
“Kenapa malah menangisi peran antagonisnya. Seharusnya kau menangisi si tokoh utama yang mati karna kekejaman Freya”.
Veronica menggeleng cepat menatap bukunya nanar.
“Coba kau berada di posisi Freya. Sebenarnya dia bukanlah gadis jahat, dia selalu bahagia berkat sang ayah yang selalu memanjakannya namun cinta membuatnya buta, hatinya hancur mengetahui bahwa orang yang dia cintai menyukai gadis lain. Astaga malang sekali kamu Freya”.
Denada menepuk kepalanya pasrah kemudian bangkit.
“Tidurlah besok kita harus kembali bekerja, bos baru kita akan datang besok pagi jadi jangan membuat ulah dengan datang terlambat”.
“Aku tau”.
Bukan hal yang aneh lagi jika Veronica menginap di rumah sahabatnya tersebut karna sejak dulu kedua orang tua mereka bersahabat baik dan menurun pada anak-anak mereka. Sejak kecil Veronica berteman baik dengan Denada, itulah mengapa mereka selalu bersama kemanapun dan dimanapun.
Karna lelah menangis akhirnya Veronica tertidur dengan memeluk bukunya, bibirnya membuat seutas senyuman hingga semua gelap gulita.
Veronica
-o0o-
*“Liya…*Yang Mulia… bangun Yang Mulia ini sudah siang”.
“Lima menit lagi, Den”.
“Yang Mulia waktunya bangun, sarapan sudah menunggu anda”. Aku mengeliat pelan ketika merasakan goncangan pada tubuhku, berisik sekali.
Deg!!
“Astaga aku terlambat”. Kagetku sedetik kemudian bangkit, bukankah Denada bilang hari ini harus berangkat kerja pagi.
Sontak saja aku berhambur bangkit berlari menuju kamar mandi namun sesuatu yang aneh membuatku berhenti.
Pemandangan ini, sejak kapan kamarku berubah menjadi dua kali lebih luas dan berwarna merah. Aku berbalik menatap ranjang kingsize yang seharusnya single bed yang biasa kugunakan. Tunggu dulu, ini bukan rumah Denada. Dimana ini?
“Yang Mulia?” Sapa seseorang membuatku menoleh, seketika mataku terbelalak menatap sang empu suara.
Dia. Bukankah dia..
“Charlotte Dwyne”.
“Ya, Yang Mulia. Ini waktunya sarapan, saya akan membantu anda bersiap”.
Mimpi, ini pasti mimpi.
Kenapa dia bisa berada di sini? Hidup. Berbicara dan berada tepat di depanku. Wajah itu, tubuh itu, pandangan itu, tidak salah dia Charlotte Dwyne tokoh utama dalam serial novel yang ku baca.
Sekali lagi aku memutar pandangan menelusuri seisi ruangan membuatku lagi-lagi membenarkan perasaan familiyar tersebut.
Menyadari sesuatu segera aku berlari menuju cermin di sisi ruangan.
“Astaga”.
Wajahku berubah, ini bukan aku. Semuanya berubah tanpa terkecuali, ini bukanlah wajah yang ku dapat sejak pertama kali ibu melahirkanku ke dunia.
Kembali menoleh ke belakang dan cermin secara bergantian hingga…
“HWWWAAAAAAA!!!!”.
-o0o-
Di sinilah aku duduk lemas di bangku taman, setelah selama seminggu menggila membuat semua orang kebingungan akhirnya aku menyerah dan mengasingkan diri ke taman dengan udara segar dan angin sejuk berhembus pelan menenangkan perasaan sedikit demi sedikit.
Kegilaanku seharian ini menghasilkan titik terang, percaya atau tidak saat ini aku berada di dunia novel fantasi dan jiwaku memasuki raga pemeran antagonis yaitu Freya Grizelle.
Butuh waktu lama bagiku untuk menerima ini semua bahkan segala cara telah kulakukan untuk kembali ke diri semula seperti menceburkan diri ke kolam, melompat dari atas pohon, membenturkan kepala dan sebagainya namun semua berhasil dihentikan oleh Charlotte dan para pelayan lainnya.
Kenapa semua ini bisa terjadi padaku? Apa karna perkataanku yang membantah perkataan Denada bahwa reinkarnasi itu tidak ada, dan karma langsung mendatangiku.
Astaga jika memang benar begitu maka saat ini aku percaya dan keluarkan aku dari sini. Apa aku sudah mati seperti cerita komik dan novel yang sering kubaca? Ya tuhan ampuni hambamu yang manis ini.
“Yang Mulia silahkan diminum, segelas teh bisa menangkan pikiran kita”. Seru sebuah suara senada dengan segela teh mendarat ke atas meja.
Perlahan kuposisikan diri duduk tegak menatap gadis cantik berwajah polos itu. kembali otakku membayangkan perilaku kejam yang selama ini Freya lakukan pada anak ini, selain itu dialah manusia yang berhasil menghentikan kegilaanku seminggu ini. Hahh benar-benar memusingkan.
Kuraih gelas bermotif mawar tersebut lalu menyesat isinya, hawa hangat langsung memasuki tubuh. Enak dan wangi.
“Yang Mulia kumohon katakan pada saya jika sesuatu menganggu anda, saya akan melakukan segala perintah anda. Tapi saya mohon jangan lagi melakukan hal gila yang menyakiti diri seperti itu”. Ucapnya membungkuk dalam membuatku nyaris memuntahkan tehku.
Anak ini perkataannya benar-benar membuatku merasa jadi orang paling bodoh.
“Sudahlah lupakan saja, aku tidak akan melakukannya lagi”. Ucapku membuat gadis itu menatapku dengan mata berbinar.
“Hormat kepada Yang Mulia”. Seru sebuah suara membuatku mengalihkan pandangan ke arah pria paruh baya berpakaian butler.
“Ada apa Morgan?”.
“Yang Mulia Anda memiliki beberapa dokumen untuk di tanda tangani”.
“Oh ya? Kalau begitu ayo pergi”. Balasku sembari bangkit dan berlalu pergi.
Sepanjang jalan menuju kantorku Morgan selaku kepala pelayan melaporkan segala yang terjadi di Imperial Palace.
Walaupun sulit tapi aku berhasil mengerjakan pekerjaan berkat bimbingan Morgan yang lebih jenius dari dugaanku, buktinya tumpukkan kertas itu selesai hanya dalam kurun waktu dua hari saja.
Karna sudah berada di sini maka mau tidak mau aku harus hidup sebagai seorang Freya Grizelle. Bekerja bak Empress pimpinan tertinggi dan terbesar sepanjang sejarah.
“Astaga apa-apaan ini?!!”. Kagetku satu detik setelah memasuki ruang kerja, tumpukan kardus berbagai ukuran telah tersusun rapi di sisi ruangan.
Elvis, pria bertubuh besar dengan pakaian ciri khas para penasehat telah berdiri memegang map merah, wajahnya menunduk namun ekspresi itu menunjukkan ekspresi damai berbeda dengan manusia lainnya karna ketakutan jadi tak berani mengangkat kepala.
“Apa yang terjadi di sini?”.
“Yang Mulia ini semua barang-barang pribadi anda seperti pakaian, perhiasan dan sebagainya. Semua berjalan seperti saran anda untuk mengganti pakaian anda setelah lebih dari sebulan pakai”.
Bagaikan tersambar petir di siang bolong tubuhku membeku seketika, ingatan tentang alur dari cerita novel kembali menggerogotiku.
Memang benar dalam buku dijelaskan bahwa Freya tidak akan memakai antribut yang sama lebih dari sebulan. Astaga membayangkan betapa mewah dan mahalnya semua itu membuatku tak bisa memikirkan berapa biaya yang keluar setiap bulannya.
“Elvis”.
“Ya Yang Mulia”.
“Berikan padaku semua catatan keuangan”.
Elvis memberikan map merah yang sejak tadi berada di dekapannya padaku, dengan keberanian yang ada perlahan kubuka lembar pertama.
“Astaga berapa nol yang tertulis di sini!!!!”.
“Ada sepuluh”. Balas Elvis enteng.
“J, j, jangan katakan jika semua digit angka ini untuk isi dalam kardus-kardus itu”.
“Begitulah, lebih tepatnya sepuluh dikit angka itu HANYA untuk kardus-kardus ini. belum termasuk pengeluaran makanan dan semua pelayanan anda”.
Oke. Siapa saja bunuh aku sekarang. Seumur hidup aku belum pernah menghabiskan uang lebih dari sepuluh juta tapi apa-apaan ini? dengan sepuluh digit angka ini aku bisa membeli lima mobil limousine dan ferarry secara bersamaan.
Tidak. Tidak boleh. Jika terus seperti ini kerajaan bisa bangkrut dan hancur dalam sekejap mata. Walaupun saat ini aku hidup sebagai Freya namun aku bukanlah seorang gadis jahat dan serakah sepertinya, aku tidak mau berakhir mati sesuai ketentuan buku. Ya waktunya merubah keadaan.
“Baiklah dengarkan aku, mulai sekarang hentikan pengeluaran dana untuk barang-barang seperti itu”.
Kalimatku berhasil membuat semua orang terohok.
“Yang Mulia kenapa tiba-tiba? Apa anda kecewa dengan kualitas mereka, kami bisa mencarikan tempat lain yang lebih bagus dan berkualitas tinggi”.
“Tidak, tidak perlu. Aku hanya ingin menghentikan pengeluaran secara berlebihan. Lakukan saja”.
“B, baik”.
Kubuka lembar kedua membahas tentang pengeluaran dana yang jumlahnya tidak lebih dari enam digit angka.
Semua itu untuk.. Harem. Astaga jadi memang benar Freya memiliki selir? Jika seperti ini maka… AAAAA APA YANG HARUS KU LAKUKAN DENGAN PRIA-PRIA INI?!!!
Selir? Bahkan dikehidupanku yang dulu jangankan selir pacar saja tidak punya, hidup sendirian selama 23 tahun. Apa yang harus ku lakukan dengan semua selir ini?
“Singkirkan semua kardus ini dan.. Morgan”.
“Ya Yang Mulia”
“Panggilkan semua selir untuk menghadapku sekarang”.
“Siap laksanakan Yang Mulia”. Morgan pergi senada dengan para pelayan yang membawa semua kardus keluar ruangan.
“Hmmm mohon izin Yang Mulia”.
“Ada apa El”.
“Maafkan saya tapi apa Yang Mulia baik-baik saja?”.
“Maksudmu?”. Kupandang wajah pria berambut hijau itu bingung.
“Itu… hanya saja keputusan anda membuat saya kebingungan. Tiba-tiba anda menghentikan seluruh transaksi karna biasanya anda akan marah jika salah satu pesanan terlambat datang atau berkurang”.
Kusandarkan diri ke sandaran kursi sembari membuang nafas berat, mencoba menghilangkan nyeri pada kepala.
“Percayakah kau jika seseorang bisa berubah dalam hitungan detik?”.
“Maaf?”.
“Anggap saja kaisar mu yang dulu telah tertidur lama dan terbangun sebagai orang lain. jadi berhenti bertanya aku lelah mendengarnya”. Elvis membungkuk sopan.
“Oh ya bagaimana kabar kekasihmu? Apa dia sudah berhasil menjalankan bisnis taman bunga?”.
“Yang Mulia. anda tau darimana?”. Elvis tertegun dengan mulut menganga.
Opps apa aku kelepasan lagi? Astaga kenapa bibir ini tidak bisa berhati-hati, bagaimana ini tidak mungkin kujelaskan jika semua itu kuketahui dari dalam buku novel. Bisa-bisa dia mengklaim jika aku sudah gila.
“Ehem darimana aku tau itu tidak penting. Jawab saja”.
“I, itu dia baik-baik saja dan toko bunganya sudah buka sejak seminggu yang lalu”.
“Oh ya? Hmm apa dia tidak keberatan aku datang berkunjung”.
“Yang Mulia itu…”.
Cklek
“Hormat Yang Mulia para selir telah datang sesuai panggilan anda”. Morgan memotong dari arah pintu.
“Suruh mereka masuk”.
Morgan mengangguk dan secara perlahan 6 pria masuk dengan menebar pesona mematikannya.
Astaga apa mereka selir-selir itu? jika iya Freya benar-benar gila bisa menjadikan pria bagaikan dewa itu menjadi selir bukan suami, seketika jiwa jomblo ku meronta-ronta.
“Salam hormat Yang Mulia, semoga Imperial Palace mencapai kejayaan dan kebahagiaan selamanya!!!”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Shîllā✿
membayangkannya saja saya tak sanggup:)
2022-01-13
0
Shîllā✿
Koreksi sedikit, "Yourhigness" menjadi "Your Highness".
Thanks.
2022-01-13
0
Putrihapsarilee
bagi sini satu selirmu buatku😂 biar emak gak nanyain kapan punya doi 😑
2021-07-13
7