Bab 5

Aku tak pernah berfikir akan bertemu dengan Fiona lagi padahal aku sendiri sudah males karna aku tak ingin terusik dengan cewek matre kayak dia.

"Rio kamu kan udah janji mau ajak aku jalan" Ucapnya sambil memegang tanganku

"Apaan sih?" Jawabku

"Kok kamu gitu aku telpon gak nyambung aku kerumah malah di giniin!" Ujarnya sambil nangis

"Udah ah malu ntar diliatin orang" Jawabku

Saat itu aku dan Fiona di Cafe seperti biasa kami kencan walaupun aku males, Fiona dia adalah teman dekatku meski kami sangat dekat tapi aku tak berkenan untuk berpacaran dengannya.

"Eh btw bukannya itu pak Rio ya?" Tanya Bianca

"Siapa sih?" Jawab Natasha nanya balik

"Owh iya..kok dia sama cewek sih?" Tanya Bianca

Aku gak tau kenapa seperti ada yang mengawasi diriku dan juga Fiona dari kejauhan meski begitu aku mencoba berpura-pura seolah-olah tak melihat siapa-siapa.

"Kamu kenapa si ini?" Tanya Fiona

"Enggak" Jawabku

Dibalik kejauhan seperti aku melihat murid-murid ku

"Sebentar aku mau ke toilet dulu" Ujarku sambil ke belakang

Cinta itu seperti hal yang sulit dimengerti suatu ikatan terkadang sangat sulit tuk kau lepas meski terkadang kamu berusaha untuk melupakannya, meski begitu setiap asa yang terus terukir layaknya cinta yang terus terukir dalam jiwa. Bagaimana bisa satu hati yang memberikan cinta layaknya bom yang memberikan dentuman keras, setiap hal yang telah terukir bahagia mungkinkah sebuah harapan akan datangnya cinta sejati atau akan mengukir sebuah cinta yang memberikan selimut di dada, meski semua belum tentu kau miliki.

Semua berkembang begitu saja, bukan tanpa sengaja atau tidak, semua telah terjadi. Naluri ku bertanya akan setiap kegalauan yang terjadi bagaikan simphoni di fikiran ku yang mencoba mengukur dan menanyakan arti apakah ini kisah cinta ataukah hanya sebuah drama.

Aku mencari dimana hidupku, dimana tempatku untuk bersarang sambil mungukir setiap perbedaan yang datang. Aku mencoba belajar dari egoku, meski aku berharap mendapatkan cinta sejati disaat tepat waktunya, atau mungkin ketika aku sedang tak mampu bernafas lagi.

Aku melangkah sambil memuja dibalik haru birunya kegelapan malam, aku akan mencoba belajar dari sepasang bola mata yang telah Tuhan berikan padaku seperti layaknya aku mencoba mensyukuri ketika kau berada di samping ku. Langkahku bukan hanya sekedar berjalan mencari cahaya dan juga menghapus setiap jejak yang ku lewati, tapi juga mencoba kembali berharap di setiap jenuhnya hidupku. Aku berharap merpati putih ini suatu saat akan memberikan cahaya dalam kehidupan, meski aku sendiri aku yakin Tuhan masih memberi kesempatan kepada ku untuk membalikkan keadaan menjadi lebih baik lagi, walaupun aku sadar aku bukanlah siapa-siapa aku hanyalah manusia biasa yang tak akan pernah bisa lepas dari keadaan, karena aku adalah aku. Dan biarkan bibirku terdiam sembari memuja dan juga memuji dirimu, walaupun aku hanya orang bodoh yang belajar dan terus belajar.

"Ehhhmmm.." akupun berdehem di belakang mereka berdua

"Kalian berdua ngapain disini?" Tanyaku

"Husttt entar ketahuan" Jawab Natasha sambil celingak-celinguk

"Eh bapak" Jawab Natasha

"Iya pak Rio" Ujar Bianca

"Ki...kita..." Bianca dan Natasha tak sanggup bicara

"Kalian dari tadi liatin saya ya?" Tanya pak Rio

"Eh enggak kok pak orang kita lagi makan ...hehhhehhh..." Jawab Natasha

Biarkan api asmara menyemangati sang bidadari, biarkan sang fajar di ufuk timur berikan kehangatan di ujung senja. Cinta adalah rasa sempurna tidak semua orang memilikinya setiap rasa dan kisah dalam cinta baik dalam pengorbanan maupun kebahagiaan yang muncul, biarlah sang fenomena berikan kekayaan kemegahan dalam pesta cinta kala jantung ini berdebar berdegup kencang ingin ku pandang wajahnya dikeheningan malam dan ku bayangkan sebuah cincin melingkar di jari manisnya sang bidadari. Kala malam yang sunyi sepi dingin kau peluk aku dan beri kehangatan di malam itu dan kesejukan dengan tetap memandang indah wajah mu saat itu kau bisikkan kata cinta kau buat aku merajuk bahagia sambil merajut kebersamaan atas nama cinta, sungguh benih-benih cinta yang kau tumbuhkan setiap menit detik kau beri aku rasa itu dengan penuh ketulusan hati dengan siap memberi dan kau beri aku kesempatan meskipun aku tidak mengerti mengapa? Apa? Dan siapa diriku? Mengapa aku begitu mencintai? Mengapa aku begitu menginginkanmu. Lalu pandanganmu penuh liar menggodaku dengan tatapan polos namun dengan senyuman manis kau bakar hatiku dengan penuh kemewahan hati, terimakasih cinta atas apa yang kau beri.

"Kenapa Io? Tanya Fiona

"Enggak ini, murid-murid ku" Jawabku

"Owh jadi kamu jadi ngajar di sekolah itu" Ujar Fiona

"Kenapa dari awal kamu gak bilang sih, kan biar nanti aku temenin" Ucap Fiona

Murid-murid ku hanya melamun melihat Fiona, karna penampilannya yang sangat cantik.

"Hai!" Ujar Natasha

"Sudah kita pergi dulu ya pak!" Setuju sambil memegang tangan Bianca

"Eh entar dulu Sha, gue lagi mesen makanan juga" Jawab Bianca

Untukmu sang pujaan hati ku tuliskan setiap asa dan melodi yang pernah ada dalam hidupku hanya saja aku seperti tenggelam dalam kehanyutan malam yang sunyi nan sepi, aku tak pernah berhenti berharap menantimu dan mencari di mana keberadaan mu meski terkadang aku menyadari bahwa aku mungkin bukan bagian dalam hidupmu begitu pula dengan langit yang biru rasanya tak mudah berharap dan melewati setiap asa dan pengorbanan yang pernah aku alami, bukan kah dahulu kau pernah terlintas dalam hidupku dan menjadi bagian dalam hidupku? Namun aku terus bertanya apakah aku merupakan seseorang yang kau rindukan dan pantas untuk kau jadikan seseorang kekasih hati. Aku hanya diam menggenggam menahan segala kerinduan memanggil namamu, di setiap malam aku ingin engkau datang dan hadir di mimpiku rindu dan bayangmu akan selalu bersandar dihatiku aku selalu berjanji suatu saat kita pasti akan bertemu kembali nanti dan mungkin apakah kau masih mengenali aku dan atau mungkin justru aku akan melewati segalanya seorang diri tanpamu.

Aku iri dengan ribuan bintang di atas langit yang memberikan cahaya indah dilangit kala malam datang, keindahannya seperti memberikan cerita indah baru tentang kehidupan. Rasanya aku lelah aku tak kuat dan mampu bertahan meski aku sesungguhnya merasa mengantuk dan ingin rasanya menutup mataku namun rasanya raga ini berkata tak sanggup untuk istirahat kala malam itu, meski aku sendiri tergoyah karena lelap tapi mengapa aku tak mampu jua. Aku lelah dan sepertinya aku kehilangan kesadaranku, semuany seperti mengganggu hidupku, rasanya aku ingin bertanya tapi pada siapa dan ingin rasanya aku melupakan masa lalu tapi aku tak mampu. Rasanya ini seperti sebuah cerita yang terukir, aku ingin melewati semuanya dengan kebijaksanaan dan berusaha mendewasakan diri tetapi aku sadar aku tak mampu dan mungkin aku bukanlah siapa-siapa. Teori kehidupan ini seperti memberikan aku nyawa dalam kehidupan, aku mencari tahu siapakah diriku sesungguhnya, kenapa aku dilahirkan, dan mengapa semua bisa terjadi seolah-olah ini semua adalah karunia yang Tuhan berikan kepadaku. Tapi nyatanya aku bukan siapa-siapa, aku hanya manusia yang tak lepas dari rasa suka dan juga duka ingin rasanya aku bahagia tapi aku sadar kehidupan ini tak semudah itu tak mungkin kebahagiaan dapat di raih dengan cuma-cuma.

Aku ragu dengan semua suara merdu kicauan burung diangkasa sayup terdengar memberikan melodi di jiwa, hanya saja tak sedikit pula siulan dan kicauan burung yang merdu namun tak ku lihat segerombolan burung yang bernyanyi yang menghiasi indahnya pagi itu, mungkin saja pagi telah beranjak siang atau mungkin aku yang bangun terlalu siang.

Setiap kata penuh dengan makna, begitu pula dengan goresan tinta semuanya memberikan arti dan juga memori terhadap kehidupan, entahlah mungkin saja aku bisa menjadi matahari yang memberikan keindahan dikala fajar datang atau mungkin aku bisa menjadi rembulan yang memberikan cahaya di tengah gelapnya malam. Hanya saja aku hanyalah orang biasa, aku mungkin tak mengenal dan tak mampu mengartikan sebuah bahasa namun segalanya tercipta berkat adanya perbedaan yang memberikan daya pikat yang berarti dalam kehidupan meski terkadang semua terasa sulit. Aku mencoba mencari tentang impian dan juga harapan, apa mungkin aku bisa mengukir cerita indah yang manis yang terlukis dengan senyuman bahagia. Saat kau terlalu rapuh pundak siapa yang tersandar, tangan siapa yang tak terlepas ku yakin aku.

"Permisi, ini bill nya!" Ucap Writes

"Saya gak mesen uni mba" Jawabku

"Tapi mba yang tidak berdua" Jawabnya

"Hadeuh awas ya kalian!" Ujar ku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!