The Terrible Princess

The Terrible Princess

Zero

▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

"Setelah semua kejahatan yang kau lakukan, kau pantas menerima ini." Ucap pria berambut perak itu dingin. Mata merah nya memancarkan kebencian, memberikan kesan sadis dan berbahaya.

Pria itu mengarahkan pedang nya ke leher seorang gadis yang terduduk lemas di hadapannya.

Gadis itu diam tak berkutik, tubuhnya sudah terlalu tidak bertenaga untuk memberontak. Kulit putih yang dulu mulus itu kini, dipenuhi oleh goresan-goresan dan bekas darah yang telah mengering.

Wajah cantik itu kini terlihat pucat.

Kehampaan dan keputusasaan terpancar jelas di manik mata birunya. Dia hanya menunduk sambil menatap tanah di hadapannya.

Pakaian yang lusuh, kaki dan tangan yang terikat kuat semakin membuat gadis itu terlihat mengkhawatirkan.

"Kau membuat keluargamu terbunuh, bisa dibilang kau adalah pembunuh sebenarnya, bukan?" Pria itu masih berdiri di hadapan seorang gadis yang sudah tidak berdaya. Gadis tersebut masih saja diam seolah sudah tidak ada nyawa yang tersisa dalam tubuhnya.

Pedang nan tajam mulai menggores leher jenjang gadis itu sehingga cairan kental berwarna merah mulai mengalir dari lehernya.

Tubuh gadis itu bergetar hebat, dia pantas menerima semua ini.

"Keluargamu rela berkorban untuk mu, mereka rela di eksekusi demi menanggung semua kejahatan yang kau lakukan."

"...Tapi, gadis tidak tahu diri seperti mu, masih dibutakan oleh keserakahan. Membiarkan orang tua mu meninggal dan meracuni tunangan putra mahkota."

"Tidak ku sangka didunia ini ada gadis yang sangat buruk seperti mu. Kau bahkan menolak perjodohan dengan ku, karena mengincar kakak ku yang merupakan putra mahkota, bukan? Kau berpikir jika membunuh tunangan putra mahkota kau bisa menikah dengan kakak ku? Tidak semudah itu."

"Bodoh. Gadis licik seperti mu ternyata benar-benar bodoh". Ucapan dingin itu membuat gadis di depannya merasa seperti penjahat yang pantas dihukum berat. Rasa bersalah semakin menyerang gadis lemah itu.

Tapi dia bisa apa? Ini adalah hasil dari kejahatan yang telah dia lakukan selama ini. Dia adalah penjahat yang sesungguhnya.

Gadis itu berpikir, bahkan jika di eksekusi pun, belum bisa menebus semua kejahatannya.

Gadis itu menutup matanya, mengenang memori-memori bersama keluarganya. Ayahnya yang bijaksana, ibunya yang penyayang dan kakak yang selalu menjaganya.

Mengingat kenangan itu membuat air matanya mengalir semakin deras.

Dia menyayangi keluarganya, tapi semua ini sudah terlambat. Mereka sudah tiada. Andai waktu bisa diulang, dia akan memperbaiki semua ini.

"J-joseph." Ucap gadis itu lirih.

"M-maaf, m-maafkan ku untuk segalanya. Maaf aku sudah menuduhmu meracuniku karena menolak perjodohan dengan mu." Napas nya terasa sesak.

"K-kau bahkan d-dihukum atas kesalahan yang tidak kau perbuat."

"K-katakan pada Morgan dan Lavia, a-aku benar-benar menyesal." Ucap gadis itu sambil menahan rasa sesak di dadanya. Pria di hadapannya hanya diam tak peduli.

Ia mengangkat kepalanya menghadap langit malam yang menjadi saksi bisu kematiannya.

Gadis itu tersenyum.

"Mulai eksekusi nya." Ucap gadis itu.

Gadis itu menghembuskan napasnya pelan. "Ayah, ibu, kakak. Aku menyayangi kalian." Ucapnya pelan, mengucapkan kata-kata terakhir nya.

Tubuh nya sudah terlalu lelah, dia sudah siap untuk mati. Bahkan untuk hidup satu detikpun dia sudah tidak sanggup. Dan inilah akhir dari segalanya, dia akan menanggung semua kejahatan yang dia ciptakan.

Tepat dihari ulang tahun nya yang ke-21, gadis itu dieksekusi.

Tubuh tak bernyawa itu tergeletak di tanah dengan darah segar mulai menjalar ke sekitarnya.

▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

Brak...

"Ah, benar-benar menyedihkan." Ucap seorang gadis berambut coklat gelap sambil menutup buku novel yang berada di tangannya dengan keras sehingga menghasilkan suara.

"Buku yang ku dapat dari kamar ibu ini berhasil membuatku membacanya sampai habis." Ucapnya sambil meletakkan novel tua itu ke kamar ibunya lagi.

"Ibu, aku merindukan mu." Gadis itu langsung duduk diranjang dan memeluk sebuah foto yang dia bingkai sedemikian rupa.

"Ibu, kamu tahu, ini kali pertamanya aku membaca buku sampai habis. Ibu tahukan, aku sangat tidak suka membaca." Ucapnya leluasa seolah olah ibunya ada didekatnya.

"Hahahha, aneh bukan?" Ia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang dingin yang sudah lama dibiarkan begitu saja.

"Sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu, ibu" Gadis itu menutup matanya dan mulai memasuki dunia mimpi.

BRAKK....

Gadis yang baru saja memasuki dunia mimpi langsung membuka matanya. Suara pintu yang didorong keras membuatnya terkejut.

"THANIA!!! DIMANA KAMU!!!" Suara itu, suara yang dia takuti.

Jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya bergetar hebat, suara pria yang dia takuti kini terdengar di telinganya. Ia menggemam erat ujung bajunya dengan rasa cemas.

Dia takut.

Gadis itu memberanikan diri untuk keluar dari kamar ibunya sebelum pria itu menghancurkan segala yang ada di dekatnya.

Ia hanya diam sambil berdiri di depan kamar ibunya.

"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!!! LAGI-LAGI KAU TIDAK BISA MEMENANGKAN OLIMPIADE MATEMATIKA!! KAU MEMBUATKU MALU!!" Teriak nya tepat didepan gadis itu.

Pria tua itu menampar pipi nya kuat sehingga meninggalkan tanda merah dan sudut bibir gadis malang itu mengeluarkan darah.

Matematika, selalu matematika. Sudah berkali-kali ia katakan, dia tidak bisa matematika! Kenapa pria itu selalu memaksanya!

Semua orang punya kelemahan masing-masing. Setiap orang tidak bisa disamakan dengan orang lain!

Kenapa orang-orang hanya mengukur kecerdasan dari nilai matematika?!!.

"Ya, saya memang tidak berguna. Kenapa anda tidak mengusir saya sehingga saya tidak membuat anda malu?!"

Pria itu langsung melempar vas bunga keramik kewajah gadis itu sampai pecah. Pecahan vas itu menggores wajah nya sehingga mengeluarkan darah.

Gadis bernama Thania itu terduduk di lantai. rasanya sakit, benar-benar sakit.

"ANAK TIDAK PUNYA TATA KRAMA!! BISANYA KAU BERBICARA SEPERTI ITU KEPADA AYAH MU!!"

Thania menghembuskan napasnya pelan, ia menggigit bibir bawahnya sambil menahan rasa sakit di wajahnya. Tidak hanya wajah, ia harus menahan rasa perih karena pecahan kaca itu mengenai sudut matanya. Tapi ini belum seberapa, rasa sakit ini belum sebanding dengan rasa sakit di hati nya.

"Apa anda masih pantas disebut sebagai seorang ayah? Huh?" ucap gadis itu menantang.

Pria itu geram, dia menarik paksa tangan Thania untuk berdiri lalu melemparnya dengan kuat, sehingga tubuh gadis itu terbentur keras ke dinding.

"Aakh..." pekik Thania sangat kesakitan. Tubuh itu bergetar hebat dan ia hanya bisa memejamkan mata menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Dengan tidak peduli dan tanpa belas kasihan, pria itu pergi meninggalkan thania yang terluka parah.

"Hiks... Hiks..." dunia benar-benar kejam, kenapa tidak ada yang menyayangi nya?

Ayahnya bahkan sangat membencinya. Ia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah.

Tangisan gadis itu memenuhi seluruh rumah mewah ini. Tubuhnya sakit, bahkan dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Darah berceceran di lantai, dan semua perabotan rumah berantakan.

Thania memejamkan matanya pelan, berharap agar suatu keajaiban terjadi ketika ia membuka mata.

*Aku hanya ingin bahagia.

Hanya itu yang aku inginkan*.

▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

Maaf, typo bertebaran.

Don't forget to like

▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

Terpopuler

Comments

sahabat pena

sahabat pena

mampir thor. lanjut

2024-07-18

0

Dede Mila

Dede Mila

baca

2024-07-03

0

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

aq mampir thor

2024-06-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!