Beberapa bulan setelah pertemuan Anita dengan Susi dan Sandra akhirnya Anita berhasil menyelesaikan kuliah nya dalam jangka waktu tiga tahun, sesuai kesepakatan dari pertemuan mereka Anita bersedia menerima perjodohan itu dengan syarat dia harus menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Dan tibalah waktunya dimana pernikahan itu terjadi.
“Bagaimana para saksi?”. Tanya penghulu setelah mengucapkan akad nikah
“Saaahhh”. Jawab tamu undangan yang hadir dengan serempak.
Hari ini adalah hari pernikahan Anita dan Danil Putra Wijaya, dimana mulai hari ini mereka menyandang status suami istri, orang yang awalnya Danil benci satu satunya wanita yang berani mengangkat kepala untuk menatapnya bahkan melawannya kecuali Mama serta Omanya dan kebencian itupun masih berlaku hingga saat ini, Danil hanya terpaksa menerima perjodohan ini karena desakan dari kedua wanita tersayangnya, begitupun dengan Anita ia tidak menyangka akan mendapat seorang suami yang dingin dan sombong dan itu dengan Orang yang sangat membencinya hanya karena hal sepele tetapi Anita akan berusaha ikhlas menerimanya dan itupun juga karena Oma Susi yang sudah baik padanya selama ini, iya hanya yakin mungkin ini memang sudah takdirnya menikahi seorang Danil Putra Wijaya.
“Mungkin ini yang terbaik untukku, semoga Aku senantiasa diberi keikhlasan dalam menjalani status baruku sebagai seorang istri dari Danil yang notabenenya seorang pewaris tunggal keluarga wijaya yang terkesan dingin dan angkuh”.(Batin Anita penuh harap).
***
Lelah, itulah yang dirasakan Anita saat ini setelah lama berdiri menghadapi tamu tamu yang tiada hentinya, karena memang keluarga Wijaya mengundang semua rekan bisnisnya karena pernikahan ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Wijaya yang tak boleh dilewatkan, banyak dari berbagai kalangan yang ikut penasaran siapa yang telah menjadi pendampangi seorang Danil yang juga terkenal kasar. Tanpa sengaja Anita melirik ke arah suaminya, tapi entah itu disengaja ataupun tidak, Danil sama sekali tidak mau melihat ke arahnya dia hanya membuang muka ke arah lain.
“Dasar pria sombonk, aku tau ini pernikahan yang terpaksa tapi apa salahnya berlagak sok akrab denganku”. (Maki Anita dalam hati.)
“Tapi tak apa sekarang aku adalah istrimu, aku akan membuatmu memandangku bahkan membuatmu mencintaiku”.(Lanjutnya lagi dengan penuh keyakinan).
Setelah sekian para tamu pun pulang, saatnya mereka memasuki kamar pengantin yang sudah didekorasi sedemikian rupa, kamar yang didominasi warna putih pink, menambah kesan romantis dalam kamar tersebut.
"Wah mas kamarnya cantik yah ditambah taburan bunga mawar yang membuat kamar ini lebih indah". ucap Anita tanpa sadar karena terhipnotis dengan kamar itu.
"Biasa aja, oh iya kamu ngak usah sok akrab dengan saya ingat yah saya hanya menikahimu karena oma". Jawab Danil acuh.
" Tapikan mas, tidak bisakah kau belajar untuk mencintaiku, biar bagaimanapun kita telah sah menjadi suami istri secara agama dan negara". ucap Anita lagi tanpa menyerah.
"Kamu dengar yah baik baik sampai kapan pun saya tidak akan mencintaimu, apa tadi kamu bilang? suami istri?? Hahahahahahaha itu menurut kamu saya tidak". Ucap Danil tanpa perasaan.
Brakkkkkkk...
Anita terkejut dengan kelakuan Danil mebanting pintu. Danil keluar meninggalkan Anita yang hanya duduk terdiam sambil menunduk mencerna kata kata terakhir Danil yang sungguh menyakitkan baginya.
“Aku gak masalah kok mas kalau kamu belum memiliki perasaan ke aku tapi aku akan menunggumu sampai hari itu datang mas meskipun aku tau itu membutuhkan waktu yang lama tapi aku berharap semoga Allah membalikkan hatimu untuk mencintaiku mas”.(Batin Anita penuh harap).
***
Sebulan telah berlalu setelah pernikahan Anita dan Danil, hubungan mereka tetap tidak harmonis, mereka hanya kelihatan baik baik saja ketika dihadapan Sandra dan Susi, tetapi ketika hanya berdua saja mereka seperti orang asing yang tidak saling kenal, Danil belum bisa menerima pernikahannya bahkan kebenciannya terhadap Anita semakin besar tanpa dasar yang jelas, saat ini pun mereka memang sekamar tapi tidak pernah tidur bersama, Anita tidur di sofa sedangkan Danil tidur di kasur, Anita pun tetap sabar dengan sikap Danil terhadapnya, ia hanya tetap berharap suatu saat nanti akan tiba hari dimana seorang Danil Wijaya akan mencintainya.
“Anitaaaaaa". Teriak Danil dari kamar
Saat ini hanya ada mereka berdua karena Sandra sedang mengantar mertuanya itu untuk cek up,sedangkan para pembantu masing masing sibuk dengan pekerjaannya.
“Iya mas”. Jawab Anita ngos ngosan karena berlari dari dapur ke lantai dua.
“Dimana jam tangan saya kamu simpan”. Bentak Danil
“Tadi aku menyimpannya di laci itu mas”. Jawab Anita sedikit takut sambil menunjuk laci di samping tempat tidur.
“Saya kan sudah bilang berkali kali jangan pernah menyentuh barang barang saya yang ada di kamar ini dengan tangan kotormu itu”. Maki Danil tanpa perasaan.
“Maaf mas”. Sesal Anita.
Tanpa menjawab Danil mengambil jamnya dan langsung keluar meninggalkan Anita yang berdiri mematung.
"*Y*a Allah ikhlaskan hati hamba, kuatkan hamba untuk menjalani ini semua, hamba yakin suatu saat nanti mas Danil akan mencintai aku walaupun itu sangat kecil kemungkinan melihat dia betapa bencinya dia kepada aku ". Keluh Anita tapi tetap berusaha untuk bersabar.
"Menjalani sebuah pernikahan tanpa di dasari dengan cinta itu sangatlah sulit apalagi terdapat kebencian didalamnya dalam artian akan ada yang tersakiti dari salah satu pihak". Kata hati Author
Mempertahankan seseorang yang orang itu sendiri seakan tidak ingin dipertahankan itu berat karena ada hati yang ikut andil jadi bersiaplah untuk merasakan sakit.
***
Tersadar dari lamunannya Anita bergegas menuruni anak tangga untuk menyiapkan sarapan untuk Danil.Saat sampai di meja makan Anita melihat Danil yang hendak untuk mengambil nasi.
"Biar aku aja mas".Ucap Anita hendak mengambilkan nasi untuk danil.
"Saya bisa sendiri".Tolak Danil kasar merebut sendok nasi yang sudah dipegang nita.
Anita hanya berdiri tidak terlalu jauh dari Danil yang dengan santainya melahap makanan di depannya tanpa menghiraukan Anita.
Begitulah saat hanya ada mereka berdua Anita akan makan setelah Danil selesai dan berenjak dari tempatnya karena Danil sama sekali tidak ingin satu meja makan dengan Anita kecuali saat ada oma dan mamanya.
Pelayan yang setiap hari melihat sepasang suami istri itu hanya geleng geleng dibuatnya
"Semoga Non Nita sabar menghadapi tuan Danil".Gumam bi Sumi salah satu pelayan disana melihat kedua insan itu dari dinding yang membatasi antara ruang makan dengan dapur.
Saat melihat Danil yang hendak menyelesaikan sarapannya, buru buru Anita menuangkan Air kegelas Danil
"Minumnya mas".Tawar Anita menyerahkan gelas kedepan danil.
Tapi lagi lagi Danil tidak mengindahkan pemberian Anita dengan entengnya mengambil gelas yang masih kosong dan menuangkan air tanpa sedikitpun melirik gelas yang sudah di isi Anita.Setelah itu tanpa basi basi Danil meninggalkan meja makan dengan Anita yang masih diam terpaku dengan sikap Danil terhadapnya.
"Sebegitu jijiknya kah kamu dengan aku mas".Gumam Anita sedih selepas kepergian Danil.
.
.
Jangan lupa tinggalkan like,vote dan komennya yah teman teman.
Assalamualaikum💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments