PERTEMUAN ANDINI DAN MALIK

Seperti yang sering kau sampaikan padaku. Doamu adalah caramu memelukku dari jauh. Dan ketika puncak kerinduan itu terasa indah adalah kita sama - sama menahan diri tidak chat, email, messenger, telepon atau Vc, tetapi saling mendoakan dari jauh.

Air hujan jatuh tak henti. Basah dan membasuh muka bumi. Hati di dera kekeringan bak luntur keyakinan.

Siapa yang hendak menyembuhkan? Jika hati terbakar sudah api kekecewaan.

Kau pergi begitu saja ketika aku sayang - sayangnya dan tak ingin berjauhan. Kau menghapus jejak langkah ketika aku terpaut rasa yang kian dalam.

Kini kau datang membawa cerita indah ingin berjumpa. Aku dalam ketakutan yang nyata. Karena ini tidak adil bagi pasangan ku yang sesungguhnya. Dan kamu adalah orang yang masuk dalam kehidupan kami berdua. Ketika kami masih berusaha memupuk rasa yang ada dalam kemesraan rumah tangga.

Andini telah tiba di penginapan. Dia segera ke tempat resepsionis menanyakan letak kamar yang diberitahukan oleh Malik. Lalu Andini tidak mau menunggu lama menghubungi Malik.

" Malik! Aku sudah di depan!" kata Andini melalui sambungan telepon genggamnya.

" Oke! Aku segera ke sana!" sahut Malik dan sambungan telepon itu di matikan nya.

Waktu mulai bergulir. Cuaca panas di siang hari sangat menyengat kulit. Di ruangan yang ber AC itu memang tidak berpengaruh terhadap cuaca siang hari di luar ruangan. Tetapi bagi Andini, ini sangat berpengaruh dalam pendirian nya sebagai wanita yang beristri. Andini sudah selangkah mendekati perselingkuhan. Andini berani mendatangi laki - laki yang bukan suami atau saudara nya di suatu hotel.

" Hai Andini!" panggil Malik lalu meraih tangan Andini dan menariknya melangkah menuju kamarnya.

" Malik! Pelan - pelan jalannya dong!" ucap Andini yang menurut saja di tarik tangannya oleh Malik.

Malik dengan semangat melangkah ke letak kamarnya. Andini mulai kwatir didalam hatinya. Jantung nya berdebar hebat dengan pertemuan dengan sosok yang setiap hari selalu mengganggu pikiran nya. Hayalan nya kini mulai terwujud dengan pertemuan itu. Impiannya tiap malam menjadi kenyataan. Di depannya ada Malik yang menggenggam erat tangan nya.

" Ini kamarnya, sayang!" ucap Malik sambil membuka pintu kamarnya.

Andini mengikuti langkah Malik yang masuk dalam kamar itu. Andini mulai tegang. Di tatapnya Malik yang sedang melihatnya dengan penuh kelembutan. Rasa kangennya sudah meluap. Malik dengan cepat memeluk dan mendekap Andini dengan kuat. Tangan nya yang kokoh tidak juga melepaskan Andini. Rasa rindu itu begitu ingin dicurahkannya.

" Malik! Aku tidak bisa bernafas!" ucap Andini pelan.

Malik sedikit memberikan ruang kepada Andini. Kini tangannya dengan lembut membelai rambut panjang Andini.

" Syukurlah! Aku bisa memeluk mu hari ini sayang. Tidak sekadar dalam rangkaian doa ku yang ku kirimkan untukmu sebagai cara untuk memeluk mu dari jauh." kata Malik dengan lembut.

" Malik! Aku juga merindukan kamu." sahut Andini dengan suara bergetar.

" Benarkah? Kamu juga merindukan aku?" tanya Malik.

Anggukan pelan dari kepala Andini sebagai jawaban nya.

" Kamu sudah makan, Andini?" tanya Malik.

" Tadi sudah makan di rumah." jawab Andini sambil mendudukkan pantatnya di sofa dekat Springbed kamar hotel.

" Andini! Aku sangat bahagia bisa berjumpa dengan kamu hari ini. Aku kira kita tidak akan pernah berjumpa." ucap Malik sambil mendekati Andini dan meraih pergerakan tangannya dan menggenggamnya erat.

" Malik! Aku pulang yah!" kata Andini sambil menatap lembut Malik.

" Temanilah aku makan dahulu, baru kamu boleh kembali pulang." ucap Malik dengan bijak.

" Benarkah? Kamu tidak apa-apa?" ujar Andini.

" Sebenarnya aku ingin berlama-lama dengan kamu. Tetapi aku juga paham. Aku tidak ingin memaksa kamu untuk selalu bersama aku. Karena kamu masih milik Erlangga. Aku sangat tahu diri Andini." ucap Malik sambil menatap lembut Andini.

" Terimakasih banyak Malik. Aku masih menyukai kamu. Dan kamu selalu menjaga aku. Aku salut, kamu tidak menuntut banyak dengan aku." sahut Andini.

" Kalau waktunya tiba dan memang kita berjodoh. Kita akan bersatu dan bersama." kata Malik dengan bijak.

" Itu yang aku suka dari kamu Malik." sahut Andini.

" Andini! Bolehkah aku mencium kamu sebentar saja." pinta Malik sambil mendekati Andini. Andini terdiam dan memejamkan matanya. Malik dengan pelan mengecup kening Andini lalu turun kebawah bibirnya.

" Terimakasih banyak Andini. Aku mencintaimu lebih dari apapun." ungkap Malik sambil berkaca - kaca.

" Iya! Terimakasih untuk cinta mu Malik." sahut Andini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!