Part 4

Lelaki Dalam Hujan

Aku berdiri di sudut jendela, kusibak gorden warna hijau tua, pandanganku lurus pada butiran-butiran air yang terus turun membasahi tanah. Seolah menantang langit, mataku tak berkedip menatap awan pekat dengan curah hujan yang cukup tinggi disertai petir yang sesekali menyambar.

Hujannya merata, hampir di semua daerah. Sekarang memang sudah memasuki musim penghujan, tetapi untuk tahun ini, hujan dan panas datang silih berganti, jika hari ini hujan, esoknya matahari bersinar begitu terik, bahkan terkadang dalam satu hari hujan dan panas datang hampir bersamaan. Seiringan dengan datangnya hujan, bayangan Mas Danu menyelinap masuk ke sudut jendela tempatku berdiri, kulihat wajah lelakiku dalam balutan hujan. Sesekali ia tersenyum menyaksikan kesendirianku, tangan kananku menyentuh wajahnya, hingga akhirnya mata kami saling beradu pandang, akupun membalas senyuman Mas Danu, senyuman lembut yang mengisyaratkan betapa rindunya dia padaku, begitu juga halnya aku selalu merindukan Mas Danu yang kini tak jelas keberadaannya.

Ingin rasanya aku mengucapkan ribuan kalimat, tetapi bibirku terasa kelu, padahal aku tak sabar ingin segera berbicara dengannya. Aku ingin bercerita banyak padanya, tentang segala hal yang ada di sini, soal aku yang masih setia menantinya, dan soal aku yang masih menunggunya untuk datang ke rumahku seperti janjinya setahun yang lalu. Pelan, aku mulai merangkai kata demi kata di hadapan Mas Danu yang terpantul dalam kaca jendela.

“Aku merindukanmu, Mas!” aku terisak, air mataku menjadi saksi kerinduanku padanya.

“Pulang, Mas. Jangan biarkan aku menunggumu terlalu lama di rumah” Aku merajuk memohon penuh harap. Mas Danu mengangguk dibarengi dengan senyuman khasnya, wajahnya yang manis dengan lesung pipi di sebelah kiri itu membuat jantungku makin berdegup kencang, sungguh, aku sangat merindukannya.

“Sudah memasuki musim penghujan, aku menunggu Mas Danu” Aku berbisik diantara desiran suara hujan, untuk yang kesekian kalinya kutatap tajam wajah Mas Danu, lagi-lagi Ia mengangguk seolah paham apa yang aku bisikkan padanya.

Menunggu Mas Danu adalah kegiatan rutin yang kerap kulakukan sejak beberapa bulan terakhir. Di sudut jendela, saat hujan turun, aku mulai menghitung waktu, dari mulai detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, hingga kini satu tahun sudah kepergian Mas Danu. Aku sadar Mas Danu tidak akan pernah pulang, tapi aku punya keyakinan Mas Danu akan kembali, entah kapan.

“Sedang apa, Dik?” suara telepon dari seberang menggairahkan semangat kerjaku.

“Biasa, Mas. Masih disibukkan dengan kerjaan kantor” sahutku dengan nada sedikit manja

“Jaga kesehatannya ya, bulan Desember ini Mas sudah selesai bertugas. Saat Mas pulang nanti, Mas akan melamar Adik” mendengar penuturan Mas Danu aku hampir saja menangis, antara haru dan bahagia.

“Sungguh, Mas?” Aku bertanya lagi untuk meyakinkan.

“Iya, Insha Allah. Doakan Mas ya, semoga semua rencana kita berjalan dengan lancar, dan niat baik kita dimudahkan oleh Allah”

“Amin, Mas. Aku selalu mendoakan Mas Danu di sana. Semoga Mas dapat menjalankan tugas negara dengan baik dan amanah” suaraku kembali manja, energiku mulai bersemangat setelah hampir enam jam aku berkutat dengan rutinitas kantor.

“Mas pamit mau kembali bertugas” katanya menutup pembicaraan kami.

Aku bertemu dengan Mas Danu dua tahun yang lalu, tugasku sebagai teller di salah satu Bank milik pemerintah menerima Mas Danu sebagai salah satu nasabah Bank di tempat aku bekerja. Pertemuan rutin itu akhirnya membuat kami berdua berkenalan. Setelah lima bulan saling kenal Mas Danu memintaku untuk menjadi kekasihnya, karena merasa cocok aku mengiyakan ajakan Mas Danu, hingga akhirnya kami berduapun berpacaran.

Dua tahun sudah aku menjalin kasih dengan Mas Danu. Di pertengahan tahun hubungan kami, Mas Danu mendapatkan tugas di luar kota. Sebagai abdi negara tentu saja Mas Danu tidak bisa menolak amanah yang harus diembannya. Tugasnya sebagai seorang tentara di negeri ini mengharuskannya jauh dari kedua orangtua, termasuk juga aku, kekasihnya. Hubungan jarak jauh antara Surabaya dan Wamena tidak menjadikan persoalan yang berarti buat kami berdua, kami saling setia, saling menjaga kepercayaan, karena kami berdua sama-sama ingin segera mengakhiri hubungan ini ke jenjang berikutnya, yaitu pernikahan. Setiap kali kami berhubungan lewat telepon, Mas Danu selalu berjanji padaku jika tugasnya telah selesai, dia akan segera melamarku.

Bulan Desember Mas Danu berkesempatan untuk pulang ke Surabaya. Sebagai kekasih yang sudah lama tidak bertemu tentu saja berita ini sangat membahagiakanku, tidak terkecuali kedua orangtuaku yang sejak kami berpacaran mereka sudah merestui hubungan kami berdua. Namun sayang, takdir Allah lebih berkuasa atas segala ribuan rencana manusia. Mas Danu tidak pernah datang ke rumahku. Bukan karena Mas Danu ingkar janji, tetapi karena Allah telah lebih dahulu menjemput jiwa raga Mas Danu dari pelukanku. Pesawat yang membawa Mas Danu bersama rombongannya menuju Surabaya mendadak kehilangan kontaknya tepat saat posisi pesawat berada di atas perairan Kalimantan, cuaca saat itu memang sedang hujan lebat. Menurut sumber berita yang kudapat, ada beberapa penduduk setempat yang sempat melihat dari kejauhan sebuah benda jatuh ke tengah laut yang diiringi dengan suara ledakan yang begitu keras, tidak lama kemudian api menyambar diantara benda tersebut. Pada hari itu juga berita ini menjadi breaking news di semua stasiun televisi, dan sempat menjadi trending topic di sosial media. Aku yang setengah percaya bahwa itu adalah pesawat yang membawa Mas Danu bersama rombongannya mencoba menenangkan diri dengan terus menghubungi ponsel Mas Danu, tetapi yang terdengar hanyalah nada tidak aktif.

Rasa khawatirku pun terjawab sudah, karena diantara dua belas penumpang pesawat Hercules milik TNI itu terdapat identitas kekasihku, dengan nama Danu Prasetyo, berjenis kelamin Laki-laki, asal Surabaya, usia 30 tahun. Kakiku seketika lemas, semua persendianku seakan mati rasa. Ya, Mas Danu benar-benar berada di dalam pesawat yang terjatuh, salah satu dari keluarga Mas Danu pun telah menghubungiku untuk memberikan kabar duka ini, sementara aku tidak dapat mengucapkan sepatah kata apapun ketika kutahu Mas Danu telah menjadi salah satu diantara para korban pesawat itu. Yang kulakukan saat itu, aku hanya ingin bernegosisasi pada takdir Allah, bila aku diberikan kesempatan, aku ingin melihat wajah Mas Danu untuk yang terakhir kalinya sekalipun sudah terbujur kaku menjadi mayat berbungkus kain kafan. Tetapi negosiasiku yang berupa doa-doa tidak pernah terwujud hingga kini, karena Mas Danu dan dua belas rekannya termasuk juga pilot dan co pilot tidak dapat ditemukan jasadnya, terkecuali puing-puing pesawat yang sudah tidak jelas lagi bentuknya telah berhasil ditemukan oleh tim SAR.

Jiwaku terguncang, bathinku menolak takdir, air mata sudah tidak lagi menjadi butiran-butiran air, melainkan seperti batu yang membeku. Kedua orangtuaku selalu meyakinkan bahwa ketetapan Allah adalah yang terbaik di dalam takdirku, antara siap dan tidak aku harus menerima kenyataan pahit ini.

Setengah jam sudah aku berdiri di sudut jendela, aku masih menatap bayangan Mas Danu dalam hujan, untuk yang kesekian kalinya rinduku yang telah terpendam begitu lama mulai sedikit terobati. Kembali kutatap langit bersama rintikkan hujannya, suasana makin senyap, tiba-tiba aku teringat sebuah lagu kesukaan aku dan Mas Danu yang berjudul Leaving On A Jet Plane, spontan, bibirku tergerak untuk menyanyikannya;

“So kiss me and smile for me, tell me that you’ll wait for me, hould me like you’ll never let me go, ‘cause I’m leaving on a jet plane, don’t know when I’ll be back again, oh babe, I hate to go”

Aku mencarimu di setiap kejauhan, aku memujamu dan berkhayal untuk dapat berbagi bersama denganmu meskipun aku sadar mungkin kau bukan yang terbaik untuk diriku. Begitu pula aku yang terus berharap akan kehadiran dirimu, aku hanya bisa menanti dalam setiap do'a ku akankah kita dapat bertemu ataukah akan berpisah.

Seperti layaknya burung yang berterbangan, aku dan kau berbeda tapi cinta menyatukan, bukan soal asa dan juga penantian namun sebuah rasa tuk berbagi dan memberi tapi sayangnya setiap luka yang terukir bagaikan duri dalam daging yang selalu memberikan ku keputusan asaan namun aku sadar setiap ikatan cinta yang terus terjalin juga seperti layaknya bahtera yang akan terus membuatku berfikir akankah aku terus bertahta di dalam hatimu atau aku hanya teman biasa.

Aku disini masih menanti dalam kesendirian, aku disini masih berharap terhadap ratusan khayalan yang ku buat namun tanpa sengaja setiap hal terukir tanpa sengaja dan membuatku mencoba mencari tentang jati diriku.

Siapakah aku dan harus bagaimana, setiap hal yang terjadi dalam hidupku bagaikan sebuah problema yang membuka mataku dan membawaku tenggelam dalam alam bawah sadarku. Hanya diam dan merenung, tanpa mengucapkan sepatah atau dua patah kata, hanya saja hati ini mencoba melukiskan setiap kisah dalam sebuah secarik kertas.

Biarkan hati yang berbicara dan biarlah semua berusaha mencoba mengartikan setiap kata-kata karena setiap hati hanyalah milik sang pencipta seperti sebuah garis tangan yang juga akan memberikan secercah harapan akan indahnya masa depan, meski ku tahu di dunia ini tak akan ada yang abadi.

Ketika ku jatuh hati pada seseorang alunan suara indah dengan senyuman, membuat cinta di tengah rembulan bersama mentari yang kan terus bersinar. Cinta yang memberi kesejukan di keheningan malam dan sayap-sayap merpati putih yang terbang beri sebuah tanda akan kehidupan, jangan biarkan sang hati berdusta kala ego menepis rasa cinta. Cukup sudah bahasa kalbu biarkan sang fajar menertawai rembulan malam kala sang mentari bercahaya meski sinarnya tak kau rasa, setetes embun pagi yang kala itu kau lihat biarkan saja dia membasahi pagi biarkan jangan berikan keraguan pada sang mimpi kala ku inginkan seseorang pengisi hati di jiwa yang sepi. Lantunan not demi not dengan penuh bahagia ku rangkai meski tak jua ku mengerti dan ku kenal kenapa? Ada apa dengan sepasang merpati putih yang hinggap di jendela kamar ini? Ada cerita apa yang akan ku petik ataukah ini hanya mimpi belaka? Biarlah sang merpati berterbangan. Mungkin sang fajar dan sayap-sayap burung patah melihat kita berseteru sehingga tak ada cinta. Biarkan sang Melodi menyanyikan lagu cinta dengan syahdunya, meratapi hati yang dengan elok di rasa, entahlah? Mungkin nyanyian tentang cinta atau tentang luka.

Biarkan api asmara menyemangati sang bidadari, biarkan sang fajar di ufuk timur berikan kehangatan di ujung senja. Cinta adalah rasa sempurna tidak semua orang memilikinya setiap rasa dan kisah dalam cinta baik dalam pengorbanan maupun kebahagiaan yang muncul, biarlah sang fenomena berikan kekayaan kemegahan dalam pesta cinta kala jantung ini berdebar berdegup kencang ingin ku pandang wajahnya dikeheningan malam dan ku bayangkan sebuah cincin melingkar di jari manisnya sang bidadari. Kala malam yang sunyi sepi dingin kau peluk aku dan beri kehangatan di malam itu dan kesejukan dengan tetap memandang indah wajah mu saat itu kau bisikkan kata cinta kau buat aku merajuk bahagia sambil merajut kebersamaan atas nama cinta, sungguh benih-benih cinta yang kau tumbuhkan setiap menit detik kau beri aku rasa itu dengan penuh ketulusan hati dengan siap memberi dan kau beri aku kesempatan meskipun aku tidak mengerti mengapa? Apa? Dan siapa diriku? Mengapa aku begitu mencintai? Mengapa aku begitu menginginkanmu. Lalu pandanganmu penuh liar menggodaku dengan tatapan polos namun dengan senyuman manis kau bakar hatiku dengan penuh kemewahan hati, terimakasih cinta atas apa yang kau beri.

Kala itu hujan turun sangat lebat rasanya dingin sekali tetapi teduh kemudian ada cahaya yang melintasi sang langit, rasanya aku ingin pergi dan juga terbang aku ingin sekali punya sayap aku ingin terbang dan juga bisa membuat kebahagiaan sendiri untuk diriku.

Aku bukan dia dan mungkin juga dia bukan aku rasanya aku seperti orang bodoh, aku tak pernah segelisah ini. Awalnya semua berjalan baik-baik saja tetapi kenapa jadi seperti ini, aku merasa setiap problema yang aku alami semua akan berjalan seperti biasa-biasa saja meski terlintas dibenak ku untuk bertanya kepada sepasang merpati yang sedang hinggap di dekat jendela kamarku. Apa ini jalan yang harus aku tempuh atau aku salah dalam menghadapi jalan yang aku alami. Aku mencoba menghela nafas panjangku, aku heran dengan burung merpati mengapa mereka bisa terbang dan hinggap di manapun dia mau rasanya mudah bagi burung merpati untuk lepas dan juga terbang di angkasa, rasanya ini membuatku iri andai saja aku punya sayap dan bisa terbang layaknya burung merpati.

Saat matahari terbenam, itulah saatnya aku untuk tidur tetapi malam ini rasanya aku sulit untuk tidur dan memejamkan mataku, aku bertanya akankah esok akan baik-baik saja dan bagaimana apa yang akan terjadi esok hari?.

Mungkin saja aku bukanlah bagian dari hidupmu lalu bagaimana bisa kau melupakan semua kisah manis tentang kita bersama dengan sejuta sejarah yang terukir di dalamnya, hanya saja aku memilih untuk setia. Sebelumnya aku merindukan setiap tawa dan juga bahagia yang pernah terlukis indah bersama dengan kenangan yang terindah yang pernah kita lalui bersama. Andai saja ke egoisan diri dapat membuatku belajar menjadi lebih dewasa, tapi aku sadar aku hanya bersikap seperti layaknya seseorang yang dari kejauhan hanya membisu dan tak tahu harus melakukan apa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!