Chapter 3 (Revisi)

~HAPPY READING ~

"Makasih kak."ucap Rin dengan nada y malas, Rin sudah datang lagi kerumahnya setelah 3 hari kabur.

"Rin kamu beneran, rambut kamu itu lo?"Jefri benar-benar tak habis pikir dengan pikiran seorang Rin, ke salon hanya untuk kreting gelombang kan rambutnya, untung ia tidak minta di warnai.

"Kenapa? jelek."

"Nggak. takut papa mu marah."

Rin menghela nafas lalu tatapannya berubah jadi sinis.

"Gak papa, aku masuk dulu."setelah itu Rin masuk ke rumah yang bernuansa Eropa. Ia tak peduli akan diapakan nanti oleh Kakak kandungan nya sendiri.

        ~o0o~

"Ma.. nanti Senin kan aku sudah resmi jadi siswi SMA. aku mau naik mobil sendiri."Minta Helena ke Mama nya yang sedang sibuk di dapur.

"Nggak boleh Hel, kamu belum cukup umur kamu juga belum punya SIM."tolak Hana, ia tak mau terjadi sesuatu pada anak semata wayang nya.

"Tapi ma..

"NO. kata mama nggak ya nggak."tolak Hana dengan nada sedikit tinggi

Helena memutar bola mata nya kesal.

"Papa kemana sih dari kemarin belum pulang juga," gerutu Helena gusar lalu beranjak dari dapur dan pergi ke kamarnya.

Setelah sampai dikamar Helena berteriak

"Akkhhh nyebelinnnn....."teriak Helena kencang, kalau kamar nya tidak kedap suara mungkin sudah terdengar sampai keluar kamar.

Sedangkan di dapur Hana yang mulai merasa bersalah berniat untuk menemui anaknya.

"Hel...Mama masuk yah?"Hana memasuki kamar putri nya.Hana melihat Helena yang sudah meringkuk di kasur nya.apa Helena sudah tidur yah.

Hana mendekati ranjang dan duduk di tepian nya, ia membenarkan letak selimutnya agar putrinya nyaman untuk tidur, setelah itu ia tak lupa untuk mencium kening Helena dan sesudah itu ia keluar kamar.

Selepas Hana pergi Helena kembali membuka matanya jadi dia tidak benar benar tidur.

                                  ~o0o~

"Apa yang kamu lakukan di luaran sana Rin."tanya Rivano dengan suara tinggi.

"JAWAB."Rivano benar-benar kesal dengan kelakuan adiknya yang tidak bisa di atur.

Sedangkan Rin sedari tadi ia hanya diam saja, membiarkan kakak nya mengeluarkan unek-unek nya.

"Ini... apa ini Rambut kamu, kamu apakan Rin Leach."Rivano memegang rambut keriting Rin dengan kesal, lalu Rin menghempaskan tangan kakaknya dengan kasar. Waktu kakak nya masih sekolah ia selalu memegang rambut Rin dengan gemas tapi sekarang apa. Rin benci Rivano yang sekarang.

"Tiga hari menghilang tidak ikut pelulusan sekolah tidak mengikuti MPLS, sebenarnya selama ini kamu niat sekolah atau nggak?"Rivano benar-benar marah sampai-sampai mata nya  memerah.

"Hari Senin kakak sendiri yang akan mengantarkan mu ke sekolah dan jangan pernah kamu berpikir untuk bolos lagi, karena Kakak akan memantau mu."

Lagi-lagi Rin hanya diam menatap ujung meja yang kosong dengan tatapan kosong.

Rivano menghela nafas nya ia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Sekarang kamu temui Ayah, dia benar-benar khawatir sama kamu, sampai-sampai Ayah sakit."Suruh Rivano, dan benar Ayahnya sampai sakit karena putri nya pergi tanpa pamit.

"Aku tidak mau."tolak Rin, Rin juga benci Rivano yang nurut sekali dengan Herlano yaitu Ayah nya yang sekarang. Rivano yang sekarang sudah seperti bonekanya Herlano.

Brakkk

Rivano meninju meja di depan nya. membuat Rin yang berada di depan nya refleks menutup matanya karena kaget tapi ia sudah biasa.

"Sekarang kamu masuk ke kamar mu."_kesabaran Rivano sudah menipis ia tak bisa lagi berlama-lama memarahi adiknya yang mungkin saja sedari tadi tidak mendengarkan nya.

Setelah itu Rin keluar dari ruang kerja Rivano setelah kakaknya menyuruh nya keluar.

~o0o~

             

Hari Senin. Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua Siswa baru disekolah ini. Hari dimana mereka resmi memakai seragam kebanggaan SMA Victoria High School.

"Aduh Ma dasi Hele mana?"tanya Helena yang masih sibuk dengan dasi nya.

"Coba cari di lemari Hel, Mama lagi bikin kopi buat papa."jawab Hana yang sedang kerepotan padahal kan masih ada pembantu.

Helena bercermin didepan kaca yang memperlihatkan ia memakai Seragam berwarna Silver dan dasi pita yang berada di pertengahan leher nya.

"Oke udah siap."ucap Helena yang merasa puas.

Helena mengambil tas nya lalu keluar kamar untuk sarapan bersama orang tua nya.

"Pagi Papa."Helena mengucapkan selamat pagi ke Papa nya sembari memeluknya dari belakang, ia rindu dengan Papa nya yang beberapa hari ini tidak ada di rumah.

"Pagi juga, wah udah cantik, nanati Papa yang anter Hele ke sekolah yah."kata Papa nya.

"Yeyyy  sayang Papa."

                  

                                 ~o0o~

"Makan yang banyak Rin."Titah lelaki paruh baya yang sudah tak muda lagi.

Tuan Herlano Leach yang mempunyai kekuasaan dimana saja bahkan pernah masuk ke jajaran orang terkaya di Asia.

Perusahaan nya dimana-mana. dia juga mantan seorang Mafia, kalo orang tau siapa Herlano pasti orang itu sudah takut terlebih dahulu. tapi sikap Herlano sekarang beda, dia jauh lebih lembut.

"Cukup."Rin menghentikan tangan Herlano yang akan mengambil lagi lauk pauk nya.

"Ya udah, habisin yah."dan mereka melanjutkan sarapannya.

Rivano melirik jam tangannya, waktunya untuk berangkat sekolah.

"Rin ayo."ajak Rivano, ia tak akan membiarkan adiknya kabur lagi.

Sebelum pergi Rin meminum dulu susu nya sampai habis lalu ia mengambil tas nya, tanpa mengucapkan apapun, ia berjalan melewati meja makan tetapi langkah nya dihentikan oleh kakaknya yang menyebalkan menurut Rin.

"Rin! nggak sopan kamu, pamit dulu sama Ayah."suruh Rivano, tapi nadanya seperti bentakan.

Dengan malas Rin kembali lagi untuk menyalami tangan Ayahnya. dan berlalu pergi.

Rivano yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya jengah.

"Ayah aku pamit dulu."setelah pamit Rivano pun menyusul adiknya yang kurang ajar.

                                ~o0o~

Helena turun dari mobil papanya, papa nya benar-benar mengantarkan  nya ke sekolah, Helena sangat senang sekali.

"Dah Pa, hati hati."selepas itu Helena langsung memasuki koridor di ujung koridor ada banyak sekali orang.

Ia juga melihat Vita di sana, Helena langsung saja menerobos kerumunan dan mendekat kearah Vita.

"Aduh Vit ini ada apa sih,"tanya Helena

"Pembagian kelas."jawab Vita yang masih memperhatikan papan dengan nama-nama murid di sana.

"Yess Hel kita kelas pertama.. nggak sia-sia gue belajar siang malam."

"Hah gue?"Helena buru-buru melihat benar namanya ada di sana, bahkan Sandra pun ada, tapi bukan nama itu yang ia cari. Rendi kenapa nggak ada.

"Vit kok Rendi nggak ada sih."tanya Helena sembari terus mencari nama Rendi.

"Woyy cepetan...yang udah minggir."teriak Siswa lain dari belakang.

"Ishhh.. nanti."sahut Helena yang disambut teriakan lagi oleh mereka yang ngantri.

Vita menarik Helena untuk menjauh

"Udah lah Hel."

"Tapi Rendi kenapa nggak ada sih?"kesal Helena padahal ia hanya ingin lebih mendekatkan diri pada laki-laki itu.

"Yang penting kan dia masih sekolah disini."

"Ishh nyebelin."Helena membuang muka nya kesal dan saat itu pula tatapan nya menajam, Helena kaget dengan apa yang ia lihat.

Helena melihat musuhnya yang memasuki sekolah ini dengan memakai seragam yang sama, dia mengikuti kakaknya dari belakang.

"Ishh alamat hidup gue nggak tenang ini mah, Mama...."teriak Helena sampai sampai mereka yang tadinya sedang ribut tentang dikelas mana  mereka ditempat kan sekarang seketika terdiam.

Yang teriak malahan sudah pergi dari tempat kejadian.

"Hah si Batu kenapa sekolah disini juga. tapi emang ini sekolah keluarga nya sih isshhh... tambah batu aja tuh anak tapi semoga aja nggak sekelas, benci banget gue."gerutu Helena, sembari kakinya ia hentak-hentakan ke lantai karena kesal.

Helena sudah ada dikelas dan meninggalkan Vita, ia memilih bangku depan dekat jendela biar bisa melihat orang yang lagi olah raga. Helena jadi lupa sama kekesalan nya.

                

                                ~o0o~

"Rin Leach kamu ada di kelas XMIA 1."ujar Pak Hardi selaku guru BK di sekolah ini.

Rin dengan biasa ia hanya diam dan menatap kosong ke depan.

"Rin kenapa kamu tidak mengikuti MPLS?"Pak Hardi mulai mengintegrasi.

Rin yang tadi menunduk sekarang menatap kearah guru yang berkumis itu.

"Apa untungnya buat saya?"bukannya menjawab Rin malah bertanya lagi.

"Ya, kamu bisa mengenal lingkungan sekolah ini lebih dalam dan mengenal teman-teman yang baru."jawab Pak Hardi, benar Rin memang seperti anak baik-baik tapi ada sedikit yang berbeda sikap nya yang tak bisa di tebak, sedikit aneh.

"Apa saya akan bertambah pintar?"Rin bertanya lagi, dan itu sukses membuat Pak Hardi menghela nafas jengah.

"Rin silahkan ke kelas mu."Suruh Pak Hardi, ia tak mau darah tinggi nya naik dan ini masih pagi. Untung saja Rin adik dari pemilik sekolah ini.

Rin beranjak dan keluar dari ruangan BK. Ia menyusuri koridor, kelas pertama katanya. Rin malah tersenyum miring di mana letak nya ia bingung bahkan ini kali pertama ia menginjakkan kaki disini.

Bukannya menyusuri koridor agar segera menemukan kelasnya Rin malah duduk di kursi panjang dekat kelas orang. Rin mengeluarkan MacBook Apple nya yang ada didalam tas dan membukanya, ia tidak bisa hidup tanpa MacBook.

"Permisi lo kelas sini, kenapa nggak masuk."Tanya seorang cowok.

Rin melihat kearah cowok itu, ia tinggi bibirnya tipis.

"Gue nggak tau."jawab Rin dan sukses membuat cowok itu mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Lo nggak tau kelas lo sendiri."

Rin yang sekarang fokus ke MacBook nya jadi ia hanya mengangguk kan kepala nya saja.

"Oke gue anterin lo ke kelas lo dan gue Rendi."Ujar nya sambil mengulurkan tangan berniat untuk berkenalan.

Rin mendengar itu ia langsung memasukan MacBook nya kedalam tas dan berdiri, ia berjalan melewati Rendi yang masih mematung.

"Katanya mau nganterin gue?"tanya Rin, dan itu sukses membuat Rendi akhirnya berlari kearah Rin. benar-benar cewek yang tidak bisa di tebak.

"Lo kelas berapa?"tanya Rendi, ia bingung mengantarkan cewek ini ke kelas mana kalo ia saja tidak tau.

"XMIA 1."jawab Rin dan sukses membuat Rendi kaget. berarti Cewek ini bukan anak sembarangan Orang tua nya pasti mempunyai pangkat yang tinggi.

Banyak rumor yang beredar, kalo di sekolah ini orang tuannya memiliki kekayaan yang lebih pasti akan masuk ke kelas pertama, terdengar tidak adil memang, tapi bukankah hidup itu memang tidak adil.

"Nama lo siapa?"tanya Rendi lagi.

Rin sebal dengan pertanyaan seperti itu, ia sekarang hanya ingin cepat-cepat menemukan kelasnya.

"Gue cuman mau tau kelas gue dimana."

"Oke."Rendi pasrah mungkin Cewek ini lagi ada masalah.

Dan mereka sampai di kelas pertama

"Ini kelas lo, kelas yang paling istimewa."ujar Rendi. Rin menatap Rendi dalam orang yang di tatapan nya seperti tersengat listrik hanya mematung dan salah tingkah, tanpa sadar Rin tersenyum kecil.

"Thanks."ujar Rin dan memasuki kelas itu ternyata sudah ada guru yang mengajar.

Rendi tadi nya berniat untuk pergi ke kelas nya, tapi kenapa ia penasaran dengan cewek yang memiliki rambut keriting itu siapa cewek itu dan ia ingin tahu namanya.

Rin masuk kedalam kelas sebelum. Kelas nya memang nampak mewah terdapat AC dan juga kulkas, dan ruangannya cukup luas.

Rin disuruh untuk memperkenalkan diri, ia melihat siapa di kursi paling depan agak samping, Rin tersenyum miring kearah nya. ia sudah menduga pasti anak manja dan sok kaya akan sekolah disini.

"Rin silahkan perkenalkan dirimu."suruh Bu guru yang mengajar

"Saya Rin Leach."Ucap Rin.

"Hanya itu, kamu tidak ingin menyampaikan apa gitu kepada teman-teman baru mu."pasalnya Rin hanya menyebut nama nya saja tidak seperti siswi lainnya.

"Saya tidak ingin berteman dengan siapa pun jadi jangan sok kenal."Ujar Rin dengan wajah datar nya. Yang membuat semua teman sekelas nya mengumpat untuk Rin.

Apalagi Helena ia sudah tersenyum sinis dan bergumam"tidak ingin berteman katanya, siapa juga yang mau temenan sama batu."sambil melirik kearah Rin dan tanpa sadar matanya melotot.

"Rambutnya diapain tuh, jadi aneh."gumam Helena sambil menahan ketawanya.

"Yasudah kamu sekarang duduk ditempat kosong."Suruh Bu Guru Lita yang mengajar Kimia

Rin melihat lihat ada satu kursi yang  kosong barisan tengah di belakang, ia pun langsung duduk.

"Oke anak anak kita sekarang mungkin masih perkenalan saja yah."

Rin bukannya mengeluarkan alat tulis tapi lagi-lagi ia malah mengeluarkan MacBook nya.

"Rin kamu kenapa bawa MacBook? Kenapa tidak bawa buku."tanya Bu Lita yang mempunyai bulu mata anti badai nya.

"MacBook lebih simpel ketimbang bawa buku Ribet, ini bisa menyalin beberapa pelajaran disini, lagian sekarang jaman nya ngetik bukan nulis."

Bu Guru Lita hanya pasrah, ia melanjutkan lagi sesi perkenalan satu-satu dan ia juga akan jadi wali kelas di kelas ini tapi sudah ada anak yang aduh Bu Lita bingung.

Yasudah terserah kamu, besok kita akan memilih siapa yang jadi ketua kelas setelah itu membuat struktur kelasnya, ini udah jam istirahat silahkan kalian istirahat, terimakasih."

                              ~o0o~

Di Kantin yang cukup ramai.

"Hel gua yah!!"

"Gue juga Hel!!"

"Aku juga Hel!"

Pinta temen-temen nya karena Helena yang harus memesankan makanan karena Helena kalah taruhan.

Helena memesan makanan temannya, tapi ia hanya membawa makanan nya saja, Helena berjalan kearah bangku yang sudah ada teman-teman nya di sana.

Saat ia ingin membawa makanan nya ke meja, tiba-tiba tangannya ada yang menyenggol untung tidak tumpah dan hanya tumpah sedikit saja. Dan itu mengenai orang yang duduk di kursi samping sontak orang itu berdiri.

Helena membuang muka nya malas, kenapa harus Rin yang kena.

"Sorry."ucap Helena malas, Rin tersenyum miring sambil menggelengkan kepalanya.

"Maaf, lo kira hanya itu."Helena tau pasti masalah ini akan panjang

"Yah terus gue harus apa."Helena menahan untuk tidak teriak didepan wajah Rin

"Bersihin sepatu gue."suruh Rin dengan angkuh, dan saat itu juga Helena benar-benar ingin berteriak di depan wajah Rin.

"Lo gila kali Rin itu hanya sedikit."Helena melihat sepatu Rin hanya setetes yang mengenai sepatu putih Rin karena noda bercak Orange rasa jus Helena.

"Gue nggak peduli."

Helena tersenyum sinis memang ia juga peduli.

"Gue juga, nggak akan yah Rin lo mempermalukan gue didepan umum."Ucap Helena dengan sinis.

Helena yang hendak berjalan melewati Rin, tiba tiba saja.

Brakkk

Helena terjatuh, Karena Rin membegal kakinya. Dan itu semua ditonton seisi kantin apalagi sekarang kantin lagi ramai.

"Losers."kata terakhir Rin sebelum meninggalkan kantin.

"RINNNNNN..."teriak Helena kesal, tuh kan bener dia malu. Ini bahkan baru sehari Rin masuk sekolah tapi Helena sudah di buat malu.

"Hel, lo nggak papa?"Vita teman yang baik yang langsung membantu Helena berdiri.

Citra yang melihat kejadian itu hanya tertawa geli, tuh kan apa kata dia kalo sudah ada Rin, Helena akan dibuat malu, Permusuhan yang sangat menyenangkan.

TBC.

Episodes
1 Sinopsis The enemy (Revisi)
2 Chapter 1 (Revisi)
3 Chapter 2 (Revisi)
4 Chapter 3 (Revisi)
5 Chapter 4 (Revisi)
6 Chapter 5 (Revisi)
7 Chapter 6 (Revisi)
8 Chapter 7 (Revisi)
9 Chapter 8 (Revisi)
10 Chapter 9 (Revisi)
11 Chapter 10 (Revisi)
12 Chapter 11 (Revisi)
13 Chapter 12 (Revisi)
14 Chapter 13 (Revisi)
15 Chapter 14 (REVISI)
16 Chapter 15 (Revisi)
17 Chapter 16(Revisi)
18 Chapter 17 (Revisi)
19 Chapter 18 (Revisi)
20 Chapter 19 (Revisi)
21 Chapter 20 (Revisi)
22 Chapter 21 (Revisi)
23 Chapter 22 (Revisi)
24 Chapter 23 (Revisi)
25 Chapter 24 (Revisi)
26 Chapter 25 (Revisi)
27 Chapter 26 (Revisi)
28 Chapter 27 ( Revisi)
29 Chapter 28 (Revisi)
30 Chapter 29 (Revisi)
31 Chapter 30 (Revisi)
32 Chapter 31 (Revisi)
33 Chapter 32 (Revisi)
34 Chapter 33 (Revisi)
35 Chapter 34 (Revisi)
36 Chapter 35 (Revisi)
37 Chapter 36 (Revisi)
38 Chapter 37 (Revisi)
39 Chapter 38 (Revisi)
40 Chapter 39 (Revisi)
41 Chapter 40 (Revisi)
42 Chapter 41(Revisi)
43 Chapter 42 (Revisi)
44 Chapter 43 (Revisi)
45 Chapter 44 (Revisi)
46 Chapter 45 (Revisi)
47 Chapter 46 (Revisi)
48 Visual Karakter
49 Chapter 47 (Revisi)
50 Chapter 48(Pertandingan Basket Putra 1)
51 Chapter 49(Senyuman)
52 Chapter 50(Rizki X Rendi)
53 Chapter 51(Rizki X Rendi)
54 Chapter 52(Tak Jumpa)
55 Chapter 53(Perlombaan)
56 Chapter 54(Kekalahan)
57 Chapter 55(Picture)
58 Chapter 56(Insiden)
59 Chapter 57(permintaan maaf)
60 Chapter 58(Asisten)
61 Chapter 59(Rencana?)
62 Chapter 60(Belajar dengan musuh)
63 Chapter 61(Persaingan di mulai....)
64 Chapter 62(Matematika)
65 Chapter 63 (Hasil)
66 Chapter 64(Class meeting)
67 Chapter 65 (Lari estafet)
68 Chapter 66(Basketball)
69 Chapter 67
70 Chapter 68
71 Chapter 69
72 Chapter 70
73 Chapter 71
74 Chapter 72
75 Chapter 73
76 Chapter 74
77 Chapter 75
78 Chapter 76
79 Chapter 77
80 Chapter 78
81 Chapter 79
82 Chapter 80
83 Chapter 81
84 Chapter 82
85 Chapter 83
86 Chapter 84
87 Chapter 85
88 Chapter 86
89 Chapter 87
90 Chapter 88
91 Chapter 89
92 Chapter 90
93 Chapter 91
94 Chapter 92
95 Chapter 93
96 Chapter 94
97 Chapter 95
98 Chapter 96
99 Chapter 97
100 Chapter 98
101 Chapter 99
102 Chapter 100 (Last Part1)
103 101 (Ending)
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Sinopsis The enemy (Revisi)
2
Chapter 1 (Revisi)
3
Chapter 2 (Revisi)
4
Chapter 3 (Revisi)
5
Chapter 4 (Revisi)
6
Chapter 5 (Revisi)
7
Chapter 6 (Revisi)
8
Chapter 7 (Revisi)
9
Chapter 8 (Revisi)
10
Chapter 9 (Revisi)
11
Chapter 10 (Revisi)
12
Chapter 11 (Revisi)
13
Chapter 12 (Revisi)
14
Chapter 13 (Revisi)
15
Chapter 14 (REVISI)
16
Chapter 15 (Revisi)
17
Chapter 16(Revisi)
18
Chapter 17 (Revisi)
19
Chapter 18 (Revisi)
20
Chapter 19 (Revisi)
21
Chapter 20 (Revisi)
22
Chapter 21 (Revisi)
23
Chapter 22 (Revisi)
24
Chapter 23 (Revisi)
25
Chapter 24 (Revisi)
26
Chapter 25 (Revisi)
27
Chapter 26 (Revisi)
28
Chapter 27 ( Revisi)
29
Chapter 28 (Revisi)
30
Chapter 29 (Revisi)
31
Chapter 30 (Revisi)
32
Chapter 31 (Revisi)
33
Chapter 32 (Revisi)
34
Chapter 33 (Revisi)
35
Chapter 34 (Revisi)
36
Chapter 35 (Revisi)
37
Chapter 36 (Revisi)
38
Chapter 37 (Revisi)
39
Chapter 38 (Revisi)
40
Chapter 39 (Revisi)
41
Chapter 40 (Revisi)
42
Chapter 41(Revisi)
43
Chapter 42 (Revisi)
44
Chapter 43 (Revisi)
45
Chapter 44 (Revisi)
46
Chapter 45 (Revisi)
47
Chapter 46 (Revisi)
48
Visual Karakter
49
Chapter 47 (Revisi)
50
Chapter 48(Pertandingan Basket Putra 1)
51
Chapter 49(Senyuman)
52
Chapter 50(Rizki X Rendi)
53
Chapter 51(Rizki X Rendi)
54
Chapter 52(Tak Jumpa)
55
Chapter 53(Perlombaan)
56
Chapter 54(Kekalahan)
57
Chapter 55(Picture)
58
Chapter 56(Insiden)
59
Chapter 57(permintaan maaf)
60
Chapter 58(Asisten)
61
Chapter 59(Rencana?)
62
Chapter 60(Belajar dengan musuh)
63
Chapter 61(Persaingan di mulai....)
64
Chapter 62(Matematika)
65
Chapter 63 (Hasil)
66
Chapter 64(Class meeting)
67
Chapter 65 (Lari estafet)
68
Chapter 66(Basketball)
69
Chapter 67
70
Chapter 68
71
Chapter 69
72
Chapter 70
73
Chapter 71
74
Chapter 72
75
Chapter 73
76
Chapter 74
77
Chapter 75
78
Chapter 76
79
Chapter 77
80
Chapter 78
81
Chapter 79
82
Chapter 80
83
Chapter 81
84
Chapter 82
85
Chapter 83
86
Chapter 84
87
Chapter 85
88
Chapter 86
89
Chapter 87
90
Chapter 88
91
Chapter 89
92
Chapter 90
93
Chapter 91
94
Chapter 92
95
Chapter 93
96
Chapter 94
97
Chapter 95
98
Chapter 96
99
Chapter 97
100
Chapter 98
101
Chapter 99
102
Chapter 100 (Last Part1)
103
101 (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!