Seorang wanita terlihat bekerja keras disebuah restoran kecil didesa yang terletak tak jauh dari kota wanita itu adala Nisa setelah diusir keluar dari rumahnya oleh Ayahnya Nisa memutuskan untuk hidup di sebuah desa yang terdekat dari kota.
Dia ingin memulai hidup barunya setelah apa yang menimpahnya kini dia hanya tinggal di sebuah flat sederhana yang masih sanggup disewanya dengan tabungan miliknya yang tak seberapa.
Dia juga perlu uang itu untuk kebutuhan sehari-hari karna itu dia harus pintar-pintar mengelolah keuanganya Lalu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya dia akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan yang mau menerima seorang wanita lulusan Sma dan saat ini sedang hamil.
Beberapa kali mendapetkan penolakan karna keadaannya yang sedang hamil muda akhirnya dia diterima di sebuah resto kecil yang dikelolah seorang ibu-ibu paruh usia.
Ibu itu bernama Sella seorang single parent dia seorang wanita yang ramah dan baik hati memilik satu orang putri yang berusia 14 tahun.
"Nisa istirahatlah jangan terlalu bekerja keras kau sedang hamil saat ini ingat itu" tegur Sella saat melihat Nisa yang masih sibuk mengelap beberapa meja dan juga membersikan alat-alat makan yang sudah selesai di gunakan oleh para pelanggan resto.
"Tak apa aku baik-baik saja kok ini tinggal sedikit lagi" jawab Nisa masih mengelap meja.
"Tak apa bagaimana wajahmu nampak semakin pucat saat ini" ujar Sella lagi khawatir melihat wajah pucar Nisa.
"Sunggu aku tak apa Bu Sella" ujar Nisa sangat lembut.
"Permisi" seorang tamu baru saja memasuki resto kecil itu.
Nisa segera mendatangi sang tamu dengan buru-buru agar sang tamu tak menunggu terlalu lama di tanganya dia membawa segelas air.
Nisa menghampiri seoran pria pirang tampan yang baru saja memasuki resto untuk menyapa sekaligus mencatat pesanan pria itu.
"Selamat datang mau pesan apa?" Tanya Nisa dengan ramah pada sang pria pirang.
Pria itu menatap Nisa untuk sesaat sebelum berbicara apa yang dia inginkan datang keresto itu.
"Apa nama anda Nisa Elvirna Freya?" Tanya pria itu dengan wajah serius.
"Eh... bagaimana anda mengetahui nama saya? Siapa anda sebenarnya?" Tanya Nisa balik sedikit merasa takut dan mulai waspada pada pria yang betada di hadapanya itu.
"Perkenalkan nama saya Haiden Blanchard" ujar pria itu memperkenalkan dirinya.
"....."
"Sebenarnya saya kesini ingin menemui anda karna ada yang ingin saya bicarakan dengan anda" ujar Haiden lagi.
"Memang apa yang ingin anda bicarakan dengan saya bukanya kita sebelumnya belum perna bertemu atau saling mengenal?" Tanya Nisa heran dengan niat dan tujuan dari pria pirang di hadapanya itu.
"Nisa ada apa?" Tanya bu Sella setela melihat pegawainya tak kembali-kembali setelah mengatarkan minuman dingin pada pelangan yang baru saja memasuki restonya.
"Em... itu...." kata Nisa tak bisa menjelaskan apa yang terjadi saat ini pada sang pemilik resto.
"Tak apa anda bisa kembali bekerja jika memang harus begitu saya akan menunggu anda hingga anda mau berbicara dengan saya" saran Haiden.
Tanpa mengatakan apapun Nisa segera pergi meninggalkan Haiden itu seperti apa yang di katakan oleh Haiden.
Beberapa waktu berlalu Haiden masih tetap setia menunggu pria itu tak memesan apapun kecuali beberapa cangkir teh.
"Nisa orang itu masih disana bukankah sebaiknya kamu bicara saja dengannya" kata Bu Sella melihat prihatin pada Haiden.
"Tapi aku sama sekali tak mengenalnya Bu aku gak tahu bagaimana dia tahu namaku" jawab Nisa masih ragu.
"Aku tahu tapi dia kelihatannya bukan orang yang jahat bagaimana jika aku menemanimu" tawar Sella.
"Apa tak apa?"
"Ya mumpung tak ada pelanggan yang datang" ujar Sella lagi memang sudah tak ada pelanggan yang datang lagi yang tersisa hanya para pelangan yang sedang menikmati makanan yang mereka pesan.
"Baiklah" jawab Nisa dan merekapun segera menghampiri Haiden yang masih setia menunggu.
"Apa pekerjaan anda sudah selesai?" Tanya Haiden pada Nisa dan Sella yang datang menghampirinya
"Ya tapi bolehkan saya ikut duduk disini untuk menemani Nisa saat kalian bicara" ujar Sella meminta.
Melihat Nisa yang setuju dengan apa yang dikatakan pemilik toko akhirnya Haidenpun juga ikut seteju juga sama sekali tak keberatan dengan keberadaan wanita paruhbaya itu.
"Baiklah silakan" ujar Haiden mempersilakan kedua wanita bedah usia itu untuk duduk bersamanya.
"Jadi tuan Haiden mamangnya apa yang ingin ada katakan pada saya" ujar Nisa dengan masih ragu setelah duduk di hadapan Haiden.
"Disini saya sebenarnya ingin menjemput anda atas perinta Tuan saya"
"Tuan ada? Tapi siapa Tuan anda? Apa saya mengenalnya?" Tanya Nisa lagi.
"Iya mungkin anda mengenalnya karna tuan saya mengenal anda" jawab Haiden.
"......"
"Ini juga bisa dibilang sebagai urusan keluarga jadi maukah anda ikut dengan saya" jelas Haiden lagi.
"Keluarga?"
"Jika memang ini urusan keluarga bukanya kamu harus pergi Nisa lagi pula tuan ini juga datang menjemputmu secara baik-baik bukan" kali ini bu Sella yang berbicara.
Nisa berpikir sebentar untuk langka yang di ambilnya mau ikut atau tidak dengan Haiden.
Hingga akhirnya iapun memutuskan ikut dengan pria pirang yang mendatanginya itu.
"Baiklah saya akan ikut anda tapi jam kerja saya saat ini belum selesai bagaimana apa anda masih mau menunggu" ujar Nisa akhirnya memutuskan.
"Tidak kurasa kalian bisa pergi sekarang lagi pula kau juga purlu istirahat lihatlah wajahmu yang pucat itu makin hari makin pucat" kata Bu Sella lagi menyuruh anggar Nisa pergi .
"Tapi bu ...."
"Sudah pergi saja aku bisa mengatasi resto sendirian tenang saja resto juga tak terlalu ramai hari ini" Bu Sella segera menarik Nisa angar berdiri dari tempatnya dan mendorong wanita muda Itu pelan agar pergi dan tak keras kepala lagi.
"Baiklah kalau begitu saya akan pergi jika anda memaksa seperti ini saya akan mengambil tas dulu" ujar Nisa mengalah.
"Iya pergi sana"
Nisa segera pergi kebelakang untuk mengambil tasnya yang di simpannya diruang penyimpanan di samping dapur.
"Oh.. ya jika ini masalah keluarganya bisakan mereka juga membawanya kerumah sakit sepertinya kehamilanya bermasalah karna semakin hari kulihat Nisa semakit pucat dan kurus wajah dan tubuhnya..... dia hidup sendirian di desa ini dan tak memiliki siapapun untuk menjadi tempatnya bergantung takutnya akan terjadi sesuatu jika dia tak juga mau kerumah sakit" ujar Bu Sella setelah kepergian Nisa penuh harap dan permohonan.
"Saya mengerti akan saya ingat" ujar Haiden tulus.
"Syukurlah kalau begitu"
Tak berapa lama Nisa kembali datang bersama tas yang di ambilnya Haiden dan Sella segera berdiri begitu Nisa datang.
"Anda sudah selesai"
"Ya"
Merekapun segera pergi dari resto setelah berpamitan pada sang pemilik resto dan membayar tentunya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Fenty arifian
lanjut...😘😘
2021-10-15
0