Berdiri, dengan posisi kepala menunduk, dan tangan bertautan di depan hampir ke bawah perut. Xandra benar-benar merasa ceroboh untuk pertama kali dan ini terjadi di lingkungan yang juga baru untuknya.
Bagaimana bisa aku seceroboh ini, jika pak Jepri tahu, kasihan beliau harus menanggung malu. Batin Xandra berperang.
Pikirkan dulu nasibmu di sini Xan, pak Jepri baik-baik saja. pikiran Xandra kembali sadar.
" Bisa dijelaskan ?" suara itu menggelegar memenuhi ruangan yang luasnya hampir sama dengan rumah Babe Xandra.
" Dia menghina saya Pak " suara cempreng bu Lela yang gantian terdengar.
Padahal waktu ditelpon suaranya lembut kenapa sekarang jadi kayak kaleng rongsok, Xandra menilai dalam hati.
" Jika saya bertanya, jawab " suara itu masih sama tegasnya, dan diiringi dengan tatajam yang menghunus tepat di kepala Xandra.
" Saya hanya jujur pak "
Bu Lela mendelik, siap mendekat ke Xandra saat mendengar pengakuan Xandra yang jujur mengatakan bahwa dirinya gendut, padahal bukan itu maksud Xandra. Beruntung ada asisten Reno yang berdiri ditengah antara bu Lela dan Xandra.
" Siapa namamu ?"
" Xandra pak, Alexandra Narnia lengkapnya " jawabnya masih dengan posisi sama, menunduk.
" Saya di depanmu, bukan di bawah. Kamu pikir saya sepatu "
Sontak Xandra menegakkan pandangannya untuk menatap lawan bicaranya.
Ya Tuhan ... Ganteng banget... sekilas Xandra terpesona. Balutan jas berwarna navy melekat pas pada tubuh atletis yang tingginya kira-kira 180cm, dan tatapan matanya, ya ampun.
" Sudah menilainya " Suara pemilik tubuh itu membuyarkan lamunanya.
" Sudah pak " jawaban polos keluar begitu saja dari mulut Xandra, dan di susul decakan pria itu.
" Bu Lela, anda boleh kembali "
" Baik pak, terima kasih. Saya undur diri." Bu Lela membungkuk di depan atasannya, namun saat berhadapan dengan Xandra, mulutnya bergerak komat-kamit.
" Urusan kita belum selesai " sekilas itu yang Xandra dengar, namun ia tidak berani, masih ada singa dihadapannya, beruntung harimau betina sudah disuruh keluar.
" Dari mana ? "
Masih dengan posisi berdiri, pria di hadapannya ini bertanya pada Xandra.
" Jogja pak "
" Ada perlu apa? "
" Saya tadi ditelpon pak...." belum sempat kalimatnya selesai, Xandra kaget dengan pertanyaan dengan nada menyentaknya.
" To the point"
Otomatis Xandra meletakkan kedua tangan ke dada, membuat Alex, nama pria itu menyipit.
" Dia tidak akan jatuh " ucapan yang seketika membuat Xandra melotot.
" Hati-hati, awas " teriak Alex, membuat Xandra bingung... apa....?
" Bruak....! "
" Apa yang jatuh? " Xandra memutar tubuhnya ke arah suara mak bruk di belangkangnya.
Ternyata OB yang sedang naik kursi untuk mengelap hiasan dinding terjatuh saat akan mengelap hiasan dinding. Dan ternyata yang tidak jatuh adalah hiasan yang masih menggantung bergerak-gerak di dinding.
Ya ampun, salah lagi. batinnya.
Ia menyangka pria Alex mengatainya saat ia memegang dadanya, tapi ternyata....
" Kamu kenapa ? Reno kamu boleh kembali "
Ya...ya.. mereka semua di suruh pergi, lalu Aku bagaimana?
Xandra menengok ke kanan dan kiri, benar saja kini hanya ada dua manusia di ruangan itu.
" Duduk "
" Trima kasih pak " Xandra berjalan ke arah sofa.
" Duduk di sini, bukan di sana "
Bak kerbau, Xandra mengikuti perintah tuannya.
1 menit
10 menit
30 menit
1 jam kemudian
Xandra bingung dengan maksud Alex yang menyuruhnya duduk di depan kursi meja kerjanya, tanpa mengajaknya berbicara sepatah katapun, dan malah asyik dengan smartphone dan laptop, kadang juga beberapa kertas yang ia coret berbentuk tanda tangan.
Semua itu tak lepas dari perhatian Xandra.
Ia melirik jam dipergelangan tangannya, jarum panjang menunjuk angka 12 dan pendek ke arah angka 1, pangas dia sudah merasa lapar.
Di lihatnya lagi pria itu, tetap dalam posisi sama. Lama kelamaan ia jengah juga.
" Pak " panggilnya, namun yang di panggil seolah tak mendengar.
" Pak " ulangnya sekali lagi, namun sama saja. Coba kalau sedikit keras.
" Paaaaak " teriaknya.
" Saya tidak tuli " jawaban apa itu.
" Saya lapar " Xandra tak peduli.
" Ya makan saja "
" Saya tidak punya uang, uang saya ada di dalam tas yang di jambret orang " jelasnya.
Alex mengeluarkan dua lembar ratusan ribu, menyodorkan pada Xandra.
" Terima kasih, saya permisi " Xandra berlalu menuju pintu, namun langkahnya berhenti saat Alex memanggilnya.
" Itu tidak gratis, kamu harus bekerja untuk itu " tanpa banyak berpikir Xandra menggerakkan kepalanya dan berlalu dari ruangan itu.
Alex mengecek CCTV yang mengarah ke gerbang, melihat dengan jelas kejadian penjambretan yang di alami Xandra.
Mengingat Xandra adalah utusan dari kampus yang bekerja sama dengannya, maka ia tidak bisa sembarangan memperlakukannya. Maka dari itu dia harus bertanggung jawab.
" Bermain sedikit bolehlah " smirk jahanam itu terlihat jelas di kedua sudut bibirnya, beruntung tidak ada yang melihat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
fadil aziza Zaki
lanjutkan
2022-07-03
0
Baskoro
jangan buat cepat suka bermain2 aja dulu biar seru wckkk
2022-04-03
0
Yuliantin Ant
babang Alex jangan nakal sama Xandra ntar bucin lohh
2021-12-24
2