Benar saja, dengan bantuan pak Satrio, kini Xandra duduk depan seorang wanita semok dan seksi, kalau dilihat-lihat bodynya mirip kayak artis yang biasa disebut kanjeng momok, persis, apalagi dengan kaca mata bulat bertengger dihidungnya yang masuk ke dalam, benar-benar seperti pinang di belah kampak, tapi saat melotot mampu membuat Xandra bergidik ngeri.
" Bagaiman kami bisa percaya bahwa anda adalah Alexandra Narnia, sedangkan kartu indentas saja anda tidan bisa menunjukkannya."
" Sudah saya bilang bu, tas saya di jambret, pak Satrio juga tadi sudah menjelaskannya bukan? bahkan kejadiannya di depan gerbang kantor, apa itu belum cukup menjadi bukti bu?" Xandra benar-benar saat ini.
" Bisa saja itu akal-akalan saja, karena jaman sekarang banyak orang yang melakukan tipuan untuk mencapai tujuan". Bu Lela benar-benar keras kepala.
" Tapi saya bukan penipu bu " tatapan memelas Xandra, ternyata tak bisa meluluhkan hati bu Lela.
" Jika tidak ada bukti bagaimana saya bisa percaya".
Xandra terdiam sejenak, memikirkan cara yang sekiranya meyakinkan.
" Tadi pagi ibu menelpon nomor hp 08xxxxxx, dan itu nomor saya "
" Mana Hp anda, agar saya percaya itu nomor anda " Jawaban bu Lela benar-benar kritis, pantas dia dijadikan kepala perekrutan karyawan di perusahaan yang memiliki tingkat berapa ya... Xandra mencoba menghitung, namun pikirannya kini harus kembali fokus pada masalah hari ini.
" Lalu saya harus bagaimana bu" .
Xandra benar-benar frustasi, sedangkan bu Lela hanya menggeleng tanda bahwa dia juga tidak tahu.
" Anda kenal pak Jepri, direktur utama universitas U*M ?" kali ini Xandra mencoba menggunakan jurus terakhirnya.
" Hampir semua pelajar yang akan masuk ke Universitas itu mengenal beliau, bahkan namanya juga terpampang pada brosur penerimaan mahasiswa baru saat akhir tahun pelajaran, lalu apa masalahnya dengan anda? "
" Saya minta tolong, hubungi beliau, beliau pasti kenal dengan saya, karena saya asisten beliau.
" Maaf mbak, kami tidak bisa sembarangan dan dalam hal ini "
Xandra bingung, bagaimana membuktikan bahwa dia adalah Xandra pada wanita gendut dihadapannya ini.
" Mbak, waktu anda sudah habis. Masih banyak yang mengantri untuk interview. Silahkan ".
Xandra kesal, apalagi saat tangan wanita gemuk itu menunjuk pada pintu keluar ruangan, dan itu pertanda ia harus keluar dari ruangan ini.
" Terima kasih bu Lela, saya akan selalu ingat kejadian hari ini sebagai hari tersial dalam hidup saya, dan akan selalu mengingat anda... dasar gendut.... upss.... sorry "
keceplosan juga ini mulut, haduh harus segera pergi dari sini.
" Dasar, manusia aneh, sudah tidak jelas asal usulnya, berani menghina saya. Rasakan ini "
Sebuah sepatu berhak tinggi milik bu Lela melayang, mengejar Xandra yang secepat kilat keluar dari ruangan itu, menghindari tumit lancip sepatu milik bu Lela yang juga menyusulnya, berlari dengan susah payah karena daging yang menggantung juga ikut bergerak mengelendotinya, dan itu memudahkan Xandra untuk berlari lebih kencang dan...
" Ouch " sebuah pekikan terdengar nyaring tepat dihadapannya. Seketika decitan sepatu yang ia gunakan berdecit bak rem cakram mobil baru keluar dealer.
" Alamak, mati aku.... " Xandra menepuk keras jidatnya, melihat seorang pria dengan mata hampir copot dan jidat yang memerah akibat tertimpuk sepatu.
Bu Lela hampir menjangkau Xandra, dengan satu sepatu yang masih di tangan, Xandra menyadari itu. Dengan ancang-ancang ia akan kembali mengambil langkah seribu kabur dari situ.
Set...
Namun cekalan pada lengannya tak mempu meloloskan kedua kakinya untuk berlari, alhasil dia hanya seperti jalan ditempat.
Dan suara bu Lela sontak membuatnya diam seketika.
" Astaga... maaf Pak saya tidak sengaja, saya hanya.... "
Bu Lela menunduk, pelan-pelan kakinya menggeser sepatu yang telah berhasil mendarat sempurna dilapangan jidat atasannya, diiringi tatapan tajam setajam silet.
" Keruangan saya "
Suaranya yang bas, dan tegas, membuat bu Lela mengikuti atasannya masuk keruang pria itu, entah siapa dan apa jabatan pria ini, sehingga bu Lela yang garang begitu patuh hanya dengan sekali perintah.
Xandra pun kini pasrah digelandang mengikuti tangan yang masih menyeretnya siap menjadi terdakwa.
Dan saat sampai di ambang pintu, mata Xandra hampir menggelinding membaca plakat pintu bertuliskan
RUANG DIREKTUR UTAMA
" Alamak, mati aku... "
Sekali lagi ia menepuk jidatnya
Coba beri tanda jika kalian hadir dengan like, dan vote buat karya recehan agar bisa up rutin
Salam ~ Fillia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Maesa Cantika
hadir
2022-11-28
0
Itin
hadir 😀😀😀
2022-09-16
0
Widyaningsih Kawuwung
🤭🤣🤣🤣🤣 lucunya Xandra 😍
2022-07-27
0