Masih di hari yang sama. Hari yang membahagiakan ketika seluruh anggota Krud Familia berkumpul bersama, Ketika satu hari meriah mewarnai Hotel termasyur Roma Italia bernama Ranov Kharitov bergembira menyambut hari berkumpul seluruh krud Famili yang hadir.
Tapi sepertinya masih ada tamu yang akan menambah keramaian. Tanpa kita duga, Sepertinya kita memiliki dua pemuda yang terlambat menghadiri acara bergengsi se-Itali itu. Bergegas berlari masuk menuju lobby utama yang mulai sepi, menyusuri tangga megah berlapis marmer, melewati ratusan pelayan dan pramusaji di setiap lorong, lalu berjalan sambil mendengarkan musik klasik italia yang beriringan disetiap sudut, semerdu penyayi opera dengan kualitas suara terbaik hasil teknologi buatan sang tuan muda Krud yang jenius. Disetiap dinding terpajang karya-karya besar seniman muda indonesia dan jerman, Sesaat rasanya ada tabrakan era, budaya dan latar, tapi itulah yang menciptakan Hotel Ranov menjadi menggetarkan rasa penasaran.
Hingga kedua pria ini mulai kehabisan napas, ketika mereka sampai di Ballroom Utama, satu lantai penuh yang dihadiri oleh berbagai kalangan, lintas usia dan lintas bangsa. Sedang berbincang, berdebat, menari dan sibuk adu makan sambil diganggu oleh para anak muda yang senang beradu kreatifitas di media sosial, terutama makin maraknya hubungan romansa internasional yang sedang nge-trend.
"Kita harus mencari keluarga inti krud-" Tapi mata pria satu ini mendapati keluarga intri krud di seberang,
"oh Leo ada di meja makan, ayo kita sapa mereka dulu" ujar pemuda berkaos putih, berjaket hitam, sibuk merapihkan rambut dan celananya yang sempat ia lipat.
Sementara Kawannya, sibuk mengatur tas otomatis melalui layar ponsel yang berjalan sendiri namun sepertinya mengalami error karena terlalu banyak manusia sehingga dua tas elektronik malang mereka menyangkut di lorong sebelah, "Aku berdiri disini saja." ujarnya.
kawan dengan perawakan eropa, mantel hitam pekat, serta wajah datar yang tidak begitu menampakkan emosi yang berlebihan. Terlalu tenang serta tidak peduli dengan keramaian sekitar. Bahkan bisa dibilang jika boleh melompat dari gedung sesak akan homo sapiens ini, ia bisa melompat dengan sepatu Air gea yang sayang sekali terjebak di tas, yang dibawa oleh robotnya, entah hilang tersesat dimana.
"Kamu tidak pernah bilang aku akan terjebak di neraka macam ini, Alfred" kata si muka datar, ia menghampiri jendela besar yang dapat menutup buka otomatis sesuai dengan kebutuhan.
Ia memandang kebawah pekarangan hotel yang terbentang di depan mata, berada di Ranov Krud membuatnya tidak nyaman. Hotel megah dan mahaluas itu memancarkan kesan "aristokrat" serta kemewahan teknologi ini membuatnya sedikit iri.
Ia menghabiskan masa kecil di kawasan kumuh sebelum tinggal di Amerika untuk melanjutkan bangku perkuliahan. Sehingga baginya hotel Ranov Krud terlalu mewah dan terlalu penuh dengan kekacauan, baginya 'manusia-manusia'.
"Berhenti jadi batu kawan" balas Alfred sambil mengerutkan alisnya,
"Nikolai Salvik, kau harus bersikap baik pada mereka yang akan memberimu tempat tinggal dan makan secara gratis atau kita akan kembali ke gudang kampus dan makan kapsul bayam sampai salah satu dari kita muntah diatas proyek balon laut, lalu mengulang hingga semester depan" tantang Alfred.
Nikolai menghela napas berat ketika matanya menangkap gerombolan padat disebrang sana seperti neraka bagi siapapun yang merasa introvert.
"Demi Balon laut sialan" balas Nikolai yang akhirnya mau melangkahkan kaki menuju lautan manusia.
"Percaya padaku,"
"Krud bersaudara akan mengejutkanmu Oh ngomong-ngomong mereka kembar tiga! raja dan ratu headline italia! triplets bersaudara!" jelas Alfred dengan sangat antusias.
sementara Nikolai, tetap sibuk memikirkan robot miliknya.
Alfred terus melanjutkan pembahasan, "mereka baik dan sangat menakjubkan, Leonardo, Ivanno, Vianna, Lucia, bahkan Tuan Krud dan Nyonya Krud, tolong bersikap baik Nik" Alfred tersenyum lebar.
"Oh dan kau! Pasti akan berteman baik dengan Vianna serta Lucia!" seru Alfred geli.
Nikolai anggap itu lelucon, ia benci wanita, terutama yang terbiasa hidup nyaman bak tuan puteri. Sebenarnya semua wanita seringkali menggoda sikapnya yang sangat datar, sampai suatu waktu ia pernah dijebak seorang wanita karena sikapnya yang kelewatan menjengkelkan.
Butuh perjuangan khusus bagi Alfred dan Nikolai untuk sampai ke meja utama, mereka diserang anak muda sok asik dengan peralatan terkini, para selebgram yang mulai kehilangan pamor, para anggota famili lama yang sudah kenal Alfred sejak memakai popok, hingga-
"KUTELPON BIBIMU KAMU TIDAK TINGGAL DIRUMAHNYA SEJAK SETAHUN LALU" seorang pria berbadan besar meraih bahu Alfred.
Alfred menyembunyikan ketakutannya dengan tawa manisnya, "Ha-alo ayah, ya kau tahu ku sibuk di kampus- dan ini dia Nikolai! Yang kemarin meraih penghargaan atas kecerdasannya!" Alfed menarik Nikolai sebagai benteng.
Sang ayah, adalah Rollo tangan kanan Tuan Krud, hanya bisa menghela napas dan menjaga sikapnya "Ku harap kau tidak terlalu dekat dengan anakku, dia bisa membuatmu gila" ujar sang ayah.
Nikolai hanya mengangguk setuju.
"Dimana ibu? Dan Rosy?" tanya Alfred,
Sang ayah menunjuk kearah balkon luas yang dikelilingi wanita-wanita cantik sibuk merangkai bunga.
"Ibumu sibuk, kau harus menyapanya nanti, dia merindukanmu. Dan jangan pikir kau bisa kabur kali ini anak muda" ujar sang ayah sambil mengusap-usap kepala sang anak.
"Alfred!" seru Ivan dari meja makan utama.
Spontan Alfred menarik Nikolai menghampiri kawan lamanya, ke meja utama keluarga inti. Ternyata Nyonya Krud dan Tuan Krud juga sibuk berbincang dengan kawan mereka, tidak bisa diganggu, Alfred menyapa Ivan.
"Bagaimana Amerika sobat?" Ivan memeluk Alfred bak kawan dekat,
"Tanyakan pada Leo" balasnya ramah,
Leo melirik orang disamping Alfred yang daritadi bagai orang-orangan sawah yang tersesat, namun Leo tahu dia bukan orang sembarang.
"Aku melihatmu di Hollywood saat penghargaan Oscar, kau yang membantu sutradara menciptakan Ulang-aling sungguhan" tegur leo dengan wajah tidak percaya.
Nikolai melemparkan wajah datar tanpa berkata panjang, "Kebetulan". Jawaban para jenius yang sungguh klise.
Ivanno, dia langsung menarik perhatian, wajahnya berubah seolah ditantang, "Aku tidak pernah mendengar namamu di Caltech, Standford, Havard, MIT maupun di Sillicon Valley?" jarang sekali menemukan Ivan tertarik pada seseorang.
Alfred merangkul bahu temannya, "Dia teman kampusku van" wajah Alfred yang paling berseri-seri.
Kalau boleh jujur, Alfred ibarat pria paling manusiawi dengan wajah paling mempesona dan ramah dibanding keempat pria ***** yang berdiri sambil melirik satu-sama lain itu.
"hmm menarik, California polytechnic university" ivan tertawa kecil dengan mata tak percaya "bayangkan" ujarnya pada Leo yang menutupi keterkejutan dengan menyesap kopi.
Mata Alfred menjalar menelusuri ruangan, ia baru menyadari satu hal "Dimana Lucia dan Vianna?"
Next scene-->
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Shelinda A
Sejauh ini karakter favorit kalian siapa nih?
2020-11-27
0