Part 4

Waktu pak Viktori tidur aku gunakan kesempatan itu untuk balik dulu kerumah, aku harus mengabari ibuku dan mandi.

Sebelum aku kembali ke arpatemen pak Viktori aku mampir ke mini market yang ada di bawah. Aku membeli bahan makanan yang akan aku masak nanti malam dan beberapa buah-buahan untuk pak Viktori.

*****

Pukul 14:02 aku terduduk di sofa dan entah bagaimana aku tertidur, aku terbangun ketika seseorang menyelimuti ku dan itu adalah pak Viktori.

"Bapak udah bangun" aku kaget banget sih, aku benerin dudukku dan mengucek mataku. "Saya ganggu kamu yah" aku langsung menatap ke arah jam yang nunjukin pukul 16:33 aku ketiduran lama banget sih.

"Bapak butuh sesuatu ?" Tanyaku tak menghiraukan pertanyaan nya. "Saya haus" pria itu hendak berdiri aku langsung menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku. "Biar saya ambilkan" aku langsung ke dapur mengambil satu teko dan gelas membawanya ke ruang tengah.

Aku memberikan satu gelas air dan pak Viktori tersenyum sambil menerima gelas itu. "Terima kasih yah" aku hanya mengangguk dan duduk kembali sisi pak Viktori.

*****

Malam harinya aku kembali memasak untuk pak Viktori dan yah pria itu malah minta di suapi lagi. Saat aku akan memberikan obat pria itu menggelengkan kepalanya.

"Bapak itu maunya apa sih, susah banget buat saya atur" pria itu menggelengkan kepalanya. "Pak minum obatnya abis itu tidur istirahatin tubuh bapak" pria itu tidak kunjung membuka mulutnya.

"Ya sudah saya pulang, saya capek pak banyak tugas juga yang harus saya kerjakan" aku meletakan obat dan gelas air itu. "Jangan" pak Viktori menahan tanganku sambil natap kaya mau nangis.

"Jangan pulang, saya minum obatnya tapi kamu janji jangan pulang yah? Saya nggak mau sendiri kalau lagi sakit" aku terdiam masih tidak mengerti apa yang di ucapkan pak Viktori. Kenapa otak aku jadi lemot yah.

"Yaudah makanya diminum yah obatnya" aku melembut "janji dulu kalau nggak bakalan pulang ninggalin saya" dia menyodorkan jari kelingkingnya manis banget kek anak kecil. Aku mengaitkan kelingking ku pada kelingking nya.

"Minum yah" aku memberikan beberapa obat dan minumnya, pria itu nurut dan meminumnya. Kok aku jadi gemes liat ekspresi nya kaya nahan rasa pahit.

Aku mengusap rambutnya, abisnya beneran gemes. Sedangkan dia hanya tersenyum.

*****

Aku berakhir di kamar pak Viktori yang sedang tiduran di ranjangnya dan menjadikan pahaku sebagai bantalan nya. Dia minta di usap-usap kelapanya sama dipijitin di kepalanhya.

Jadi gini ceritanya sehabis kasih dia obat aku pamitan mau pulang dulu mau mandi, pak Viktori nggak ngizinin malah nyuruh aku mandi di kamarnya aku bilangkan tuh kalau nggak bisa juga soalnya baju aku juga di arpatemen aku dia malah nyuruh aku pake baju piyamanya. Beneran susah di bilangnya.

"Saya nggak sedang bernegosiasi dengan kamu, kamu udah janji sama saya" itu yang dia ucapin dan akhirnya aku ngalah ngikutin apa yang dia mau.

"Vernatta" panggilan itu membuatku tersadar dari lamunanku sendiri. "Hmm" aku hanya berdehem aku kira pria itu sudah tidur ternyata belum.

"Bisa nggak kamu ganti saat bersama saya panggilnya jangan dengan sebutan bapak atau pak ?" Aku melanjutkan pijitan ku yang sempat berhenti. "Kenapa pak ?" Dia mengangkat kepalanya dan menatapku yang setengah tiduran setelahnya dia kembali menidurkan kepalanya.

"Saya risih sama panggilan formal bapak atau pak, kedengarannya  saya itu udah tua banget" aku terkekeh bener juga sih padahal pak Viktori itu baru 26 tahun jadi belum tua-tua amatlah.

"Terus mau saya panggil apa ?" Dia kembali menengok lagi, "panggil apa aja" aku terdiam mencari panggilan yang lebih cocok dan sopan untuk pria ini.

"Kakak aja mau ?" Aku udah lama pengen punya kakak sih karena aku anak semata wayang yang jadi kadang aku panggil orang yang dekat lebih tua dari aku panggilnya kakak.

"Mau sayang juga boleh asal jangan bapak atau pak, saya bukan bapak kamu itu doang" ada-ada aja. Setelahnya tak ada yang berbicara lagi.

Pas aku mainin rambut pak hmm maksudnya kak Viktori ponselku berdering sebuah panggilan masuk dan aku menatap ponselku yang ada di atas nakas.

Pas aku liat siapa penelpon nya ternyata Ramdan. "Pak... Eh kak saya ingin angkat telepon yah" aku udah angkat kepala kak Viktori agar dia menyingkir dari pahaku tapi bukannya mempermudah malah dia tekan memperberat.

"Angkatnya di sini saja" mulai deh nyebelin lagi nih, "nggak bisalah pak ini privasi saya" ucapku sambil menatapnya kesal.

"Ingat saya pacar kamu" aku bergidik kesal bisa-bisa dia masih menganggap itu serius. Aku males debat Mulu jadi aku angkat telepon dari Ramdan disitu.

"Iya kenapa ram" saat aku sebut nama remaja itu kak Viktori langsung mengubah posisinya jadi duduk di sebelahku dan mendekat pada ponsel yang berada di telinga kiri.

"Gimana ngerawat pak Viktori ver ?" Dia nanyain itu ternyata, "yah gitu" balasku sambil memutar bola mataku. "Lu capek banget yah ?" Aku langsung natap kak Viktori yang juga natap aku.

"Hmm, lu tumbenan telepon gua malem-malem ada apa ?" To the poin itu paling aku suka sih di banding banyak bicara hal nggak penting aku juga risih sama kak Viktori yang terus nempelin dirinya hanya untuk mencuri dengar.

"Nggak ada apa-apa sih" nah yang buat aku semakin males tuh yah gini kebanyakan pulsa nih orang. "Yaudah gue tutup yah soalnya gua juga harus tidurin anak beruang nih yang terus nempelin diri ke gue" aku menatap sinis kak Viktori yang ditatap hanya terkekeh nggak jelas emang.

"Eh bentar jangan ditutup dulu gue mau ngomong sesuatu"

"Dari tadi juga lu udah ngomong ah, yaudah cepetan nih anak beruang lama-lama berat" iya kak Viktori malah makin nempel bahkan pas aku nyerongin badanku malah ikutan nyerong dasar kepo.

"Hari Minggu lu ada acara nggak ? Nonton kuy" baru aja mau ngomong tapi nggak jadi soalnya ponselnya di rebut sama kak Viktori dan dimatiin teleponnya gitu aja.

"Pak ih" aku rebut lagi tuh ponselnya kali ini kak Viktori natap aku kesel. "Jangan panggil pak, kamu juga nggak boleh keluar sama dia" aku nggak perduli aku lagi ngetik pesan buat Ramdan nggak sopan banget aku.

"Vernatta saya sedang bicara dengan kamu" aku hanya mengangguk. "Taruh ponselnya tidur sekarang" aku masih sibuk membalas pesan dari beberapa temen.

Dan untuk kali keduanya kak Viktori ngambil ponsel aku, tatapannya kesel banget sih aku males banget. "Yaudah iya saya tidur" aku sudah mau turun dari kasur tapi nggak jadi di tarik lagi sama kak Viktori.

Aku jatuh langsung kepelukannya dan pria itu membawaku untuk tiduran. "Jangan protes kepala saya pusing banget" suara kak Viktori parau sepertinya dia sudah sangat mengantuk dan beberapa menit setelahnya aku mendengar dengkuran kecil dari pria itu.

__________________________________________

[Jumaat, 07 Januari 2022]

Author :Safira Aulia Hamidah

Wtpd : Safira Auliya Hamidah

Instagram : Safira19989

Terpopuler

Comments

ChaManda

ChaManda

lanjutan nya mana??

2022-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!