Alarm listrik memanggil manggil minta diisi pulsa. Sudah dua kali Luna membeli token via mobile banking nya, namun tak berhasil memasukan deretan angka angka itu ke dalam meteran listriknya.
“Sepertinya ini digit nya kurang deh teh” Kata A Jay memberi alasan “Sebentar saya ambil struk pembelian yang sudah sudah.” A Jay masuk ke kamarnya.
“Bener teh,,, kurang digit nya harusnya 16 angka” lanjutnya sambil memperlihatkan struk itu ke hadapan Luna.
Luna memperhatikan struk yang diperlihatkan A Jay di tangannya. Namun bukan angka angka itu yang menarik perhatiannya. Sebuah nama di baris paling atas tanda pembayaran itu :
Alexander Billy Dharmawan.
“Hmm.. “ Luna mendesis lirih. Nama itu langsung tersave dalam memorinya.
Dan dia melihat lagi deretan angka angka token di hpnya. Ternyata memang kurang digit nya. 4 digit tersembunyi karena terlalu panjang karakternya, semuanya langsung terlihat begitu dia menyalinnya dan menaruh di new document.
Suara alarm itu segera menghilang setelah Luna berhasil memasukan angka2 itu dalam meteran listriknya. “Terimakasih ya A” Katanya kemudian.
Namanya Wijaya, biasa dipanggil A Jay adalah assiten bu Yulia merangkap jadi Security.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat kos ini menjadi tanggung jawabnya, segala urusan yang berhubungan dengan tuan rumah harus melalui dia.
Hanya sekali sekali saja bu Yulia turun dari singgasananya..
Termasuk juga scope pekerjaanya, mengepel koridor kamar kosan, menguras kolam ikan rumah utama, memelihara tamannya, mengurus kebun Hidroponik di lantai 3, dia mengerjakan semuanya mulai jam 8 pagi sampai jam 5 sore.
A Jay bekerja tak banyak bicara, kerjaannya rapi dengan standard operational procedure yang dia buat sendiri.
Dia juga typical suami idaman, sesekali membantu istrinya memasak dan memandikan anak semata wayangnya.
Istrinya teh Viny, adalah perempuan cerdas asli Garut. Walaupun ‘hanya’ tamat SMP namun pemikirannya sangat tajam, dan perasaanya juga sensitive.
Dia juga cekatan dalam bekerja dan sangat percaya diri. Mereka benar benar pasangan ideal satu sama lain saling melengkapi.
Anak semata wayangnya berusia 4 tahun namanya Winda.
Winda anak yang sangat lucu dan cerdas seperti mamanya. Dia sangat expressif. Sebentar sebentar menangis, sebentar sebentar tertawa. Suara tangis dan tawanya sangat keras terdengar kemana mana, hingga kalau dia tak ada, tempat itu sepi seperti tak ada penghuninya.
Mereka menempati kamar paling ujung bagian luar rumah ini. Ruang yang ditempeli tulisan Tamu Harap Lapor itu ternyata kamar mereka.
Dulunya, kata teh Viny, Ruang itu sebetulnya dibuat untuk warung yang menyediakan barang kebutuhan sehari hari dan perlengkapan buat penghuni kos.
Namun rencana itu di batalkan karena sudah banyak tetangga yang membuka warung serupa dan Bu Yulia ingin berbagi rejeki dengan mereka.
Tempat yang paling favorit dirumah ini adalah lantai 3 dimana kebun Hydrophonic berada.
Berbagai macam sayur mayur seperti pokcay, chesim, kangkung, selada merah, pagoda, tumbuh subur diatas lubang lubang pipa pipa paralon yang dialiri air di bawahya.
Udara yang sejuk lereng pegunungan Malangbong sangat cocok untuk pertumbuhan sayur sayuran itu.
Kebun ini pun dulu A Jay yang membuatnya, mulai menginstalasi saluran air, merakit pipa pipanya, menjaga kebersihan kebun dan peralatannya, menanam benih, memanen, menimbang sampai packaging hingga menjual hasil panen semuanya di serahkan pada A Jay.
Bu Yulia terima beresnya saja.
Bagian sebelah barat untuk jemuran. Jemuran ini juga lagi lagi A Jay yang membuatnya, tidak dijual di toko toko. Besi besinya yang kokoh, panjang terlihat sangat nyaman untuk di singgahi jemuran seluruh penghuni kosan.
Pokoknya nama A Jay ga ada matinya ditempat ini.
Dan Luna bertemu bibi yang sedang menjemur. Bibi sudah dua tahun bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga bu Yulia, dia tinggal di rumah utama bersama ibu.
Bibi memiliki seorang anak dan cucu yang tinggal ditempat terpisah.
Masih cerita Viny, Bibi sudah menghabiskan banyak biaya termasuk menjual sawah dikampung untuk biaya kuliah Tris, anaknya.
Namun sayangnya saat semester terakhir Tris putus kuliah karena hamil diluar nikah.
Sekarang harus mengurus anaknya yang usianya 3 tahunan karena kekasihnya tak mau bertanggung jawab.
Jadi, literally Bibi bekerja untuk menghidupi anak dan cucunya.
“Banyak bi cuciannya.” Sapa Luna.
“Iya.. kalo Bapak di rumah cuciannya banyak.” Jawabnya sambil mulai memeras cuciannya dan menggantungkannya di tiang jemuran. “Bukan cuma bajunya saja, handuk pun setiap hari ganti” Lanjut bibi setengah mengeluh.
Luna melihat handuk handuk berjejer bertuliskan sebuah jabatan tinggi militer.
Lalu ada baju baju hem berwarna putih bersih berkilauan bertuliskan jabatan itu pula di atas lengannya. Terlihat sangat berwibawa.
“Bapak dulu dinas di Papua, Polisi Laut” kata Bibi seolah menjawab apa yang ada dalam pikiran Luna. “Lalu pindah tugas di Jakarta tinggal di rumah dinas di sana. Pulang ke Bandung seminggu sekali, bawa cucian kotor..Lihat ini bu cuciannya segini banyak”
“Untung cuma seminggu sekali ya bi..” komentar Luna sambil tersenyum, lalu meninggalkan bibi dan kembali ke balkon kebun bagian timur.
Pemandangan di lantai 3 ini benar benar indah, tak ada halangan dari seluruh penjuru arah. Udara pagi yang sejuk .. matahari yang mulai naik.. awan putih berarak.. semua bisa dinikmati sepuasnya, bebas sebebasnya...
Satu kata yang benar benar mencerminkan suasana di tempat ini, adalah Berkelimpahan.
Rumah ini adalah perwujudan sempurna dari rumah impiannya.
Luna menyebut rumah ini, House of The Rising Sun.
Tidak ada hubungannya dengan judul lagu.
Indah aja kedengarannya.
☯☯☯
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
🌹Dina Yomaliana🌹
5 like dan rate 5 mendarat🧡🧡🧡
2021-01-11
0
Wulandari
segitu banyak cucian masih pake manual itu mah capek banget .
kok ga pake mesin cuci
2021-01-11
0