Ashimah memandang Pak Habibie tidak percaya. Pria tua itu barusan mengatakan jika ada perusahaan yang bersedia menjadi sponsor beasiswanya. Ini sulit dipercaya apalagi pemilik perusahaan itu adalah Dikau Tondo Prasetyo. Pria yang ingin dia jadikan suaminya.
Ashimah tersenyum senang. Ternyata pria itu sangat baik. Bahkan tanpa meminta persetujuannya pria itu langsung bergerak. Tanpa ia mengatakan kesulitannya. Pria itu mau membantunya. Pria itu seperti pahlawan berkuda putih untuknya.
Ashimah keluar dari ruangan Pak Habibie dengan senyum cerah. Sekarang ia bisa pulang ke rumah dengan tenang. Ia jadi tidak merepotkan orang tuanya lagi. Kasihan ayahnya yang hanya seorang kuli batu dan ibunya hanya membantu ayahnya.
Ashimah menuruni tangga, ketika sampai di lobby. Terlihat rintik hujan melalui jendela. Ashimah tersenyum senang, ternyata memang benar hujan itu membawa berkah. Ia jadi semakin menyukai Hujan. Ia berlari ingin keluar gedung. Tapi ia menyipitkan matanya melihat Dikau mengiup di depan pintu keluar gedung itu. Pria itu terlihat menunggu hujan berhenti.
Ashimah menghampiri pria itu. Ia akan berterimakasih. Ia juga mengeluarkan payungnya dalam tas.
"Permisi." Ujar Ashimah. Dikau menoleh, ia menatap Ashimah terkejut. Karena baru tadi pagi ia menolong gadis itu dan sore ini ia melihat gadis itu di depannya tersenyum seperti orang gila. Dikau jadi merasa takut.
"Ada apa?" Tanya Dikau dengan suara datar.
"Terimakasih atas bantuannya mas, aku tahu mas orang baik."
"Walau mas mencuri ciumanku yang pertama," lanjut Ashimah dalam hati. Ashimah senang melihat orang yang telah membantunya. Jika Dikau tidak membantunya sudah dipastikan semester depan ia tidak akan bisa kuliah lagi.
"Saya melakukan itu hanya karena rasa bersalah saya padamu. Atas ciuman yang tidak sengaja itu." Perkataan itu membuat Ashimah sakit. Tapi Ashimah malah tersenyum pada Dikau. Ia tidak peduli dengan itu. Ia yakin jika Dikau jauh di Lubuk hatinya menyimpan rasa tulus menolongnya. Pria itu hanya belum menyadarinya.
"Ini buat mas," Dikau memandang payung itu bingung. Bukannya tadi ia telah menghinanya tapi kenapa gadis itu malah menolongnya. Untuk apa gadis itu memberikannya payung, seharusnya gadis itu yang pakai.
"Kamu saja pakai nanti kamu kebahasahan." Ashimah menggeleng. Ia tidak ingin superheronya kebasahan. Lagipula ia sudah terbiasa main hujan-hujanan. Ia tidak akan sakit hanya karena air langit. Air yang langsung tuhan kirimkan kepada manusia.
"Mas Dikau saja. Aku suka hujan." Dikau diam menerima perhatian gadis itu. Ia tidak mengerti, karena sebelumnya ia tidak pernah diperhatikan wanita. Biasanya ia yang akan memberi perhatian lebih untuk mereka. Dan wanita ini menjadi wanita pertama yang berusaha memberikan perhatian yang tidak pernah ia dapatkan dari siapapun.
"Tak apa jika aku kehujanan dan jatuh sakit, kalau kamu yang kehujanan dan sakit. Maka tidak akan ada yang bisa menolongku lagi" ujar gadis itu setelah memberikan payung pada Dikau secara paksa. Namun Ashimah tidak menyadari jika ucapan itu begitu menusuk relung hati Dikau.
Ashimah berlari menembus derasnya hujan. Tidak mempedulikan tubuhnya yang basah karena hujan. Airmata yang ia tahan tadi ia keluarkan. Ia bersyukur karena hujan. Hujan menyamarkan airmatanya tidak akan ada yang tahu jika ia menangis.
Ia berlari keluar gerbang kampus sambil menangis. Ia tahu Dikau hanya kasihan padanya. Namun yang baru Ashimah sadari. Jika ia jatuh cinta pada pria itu. Tidak peduli seberapa besar pria itu tidak menyukainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
zahra
mampir tpi suka
bagus .sesuwatu deh
2020-07-08
0
Kamsia Heriyanti
tampil beda ceritanya suka suka
2020-06-29
0
Kamsia Heriyanti
semangat nulisnya aku juga semangat baca ceritanya
2020-06-29
0