(Kerajaan Zhou, 781 SM)
Sudah beberapa pagi terlewati sejak kabar kandungan Putri Mahkota, Shen Huoji, menyebar di istana. Begitu pun dengan kekhawatiran Permaisuri Jiang yang semakin hari semakin terlihat di mata Shen Huoji. Tiada kabar mengenai keadaan Raja Xuan yang pergi ke medan perang melawan pemberontak.
"Bukankah Yang Mulia Permaisuri seharusnya beristirahat?" ucap Shen Huoji yang membangunkan lamunan Permaisuri Jiang.
Hari sudah cukup sore ditandai dengan mulai menipisnya cahaya mentari di ufuk barat. Semburat kemerahan perlahan diselingi warna keungunan tanda malam siap menyambut. Jamuan teh yang biasa ia lakukan dengan Permaisuri Jiang, kali ini berlangsung lebih lama.
"Maafkan aku yang membuatmu kelelahan, Ji'er." Permaisuri Jiang menatap menantu perempuannya itu dengan lembut. Menghapus jejak kekhawatirannya pada Sang Raja yang sempat terbesit dalam lamunan.
"Permaisuri Jiang tidak perlu meminta maaf pada hamba. Hamba senang bisa menemani Permaisuri minum teh," sela Shen Huoji tulus.
Bagaimana pun, ia mengerti perasaan Permaisuri Jiang yang mencintai Raja Xuan. Mungkin jika itu dirinya, tentu akan lebih mendramatrisir keadaan, ditambah dengan hormon kehamilannya yang mulai memperlihatkan tanda-tanda. Siapa yang tidak khawatir jika itu menyangkut Raja bijaksana sekaligus suami penyayang seperti Raja Xuan?
Mereka berdua pun berdiri, dengan Permaisuri Jiang yang mengusap pundak Shen Huoji perlahan.
"Pastikan Anakku tidak menyakitimu dan bayimu, Ji'er. Jika kau mendapati ia melakukan hal yang buruk, katakan saja padaku. Biar aku yang mendisiplinkannya." Penekanan pada kata 'mendisiplinkan' di ucapan Permaisuri Jiang benar-benar terasa sedikit menggelitik telinga Shen Huoji.
Bagaimana bisa lelaki liar itu memiliki ibu anggun seperti Permaisuri Jiang?
Entah kegagalan dalam kandungan atau memang kehancuran moral Putra Mahkota Ji Gongsheng bukanlah berasal dari silsilah keluarganya. Kebiasaan mengoleksi perempuan yang benar-benar melebihi batas wajar!
Meskipun Shen Huoji sadar, untuk saat ini lelaki bermulut madu itu belum menambah koleksi selirnya lagi setelah bersamanya. Bukan menutup kemungkinan lelaki itu memiliki pikirannya sendiri. Ia yakin hal ini tak akan berlama-lama. Candunya pada tubuh perempuan muda sungguh memalukan Kekaisaran!
...****************...
Pagi itu, Shen Houji baru saja selesai mengenakan riasan rambut dibantu oleh Yangmi. Hanfu berwarna ungu muda dengan bordiran bunga dari benang emas tampak sangat serasi melekat pada kulit seputih susunya. Bibirnya yang mungil tampak lembab mengkilat seperti buah ceri ranum.
Yangmi sudah menyiapkan teh bunga hangat untuk menemani pagi Shen Huoji. Lengkap dengan kue kudapan yang sudah dicobanya beberapa saat lalu untuk memastikan tiada racun atau hal-hal yang membahayakan Shen Huoji. Tidak mungkin berpikir bahwa istana selalu bersih. Istana bahkan lebih kotor dari rumah seorang ahli racun!
Seorang yang sangat sehat pun bisa mati mendadak tanpa terdeteksi berkatnya. Apalagi untuk sosok seperti Shen Huoji, calon permaisuri masa depan. Tidak mungkin dari sekian banyak nyawa yang mendiami bilik selir di istana belakang tidak ingin menggeser posisinya. Jadi, setiap hal haruslah benar-benar dipastikan sebelum menyentuh tubuh Sang Putri Mahkota.
Sementara itu, Shen Huoji terduduk diam sedikit melamun sambil menyesap teh bunganya yang terasa lebih pahit dari biasanya. Mungkin efek kehamilan yang membuat lidahnya semakin tajam. Ingatan semalam bergulir lagi di kepalanya. Menambah kepahitan yang ia rasakan saat itu.
"Apakah kau benar-benar ingin menjadi Permaisuriku, Ji'er?" Suara Ji Gongsheng mengetuk telinganya yang memerah oleh hembusan napas.
"Kenapa hamba terlihat tidak ingin menjadi Permaisuri, Pangeran?" jawab Shen Huoji lembut namun sarkatis. Ia jelas tahu maksud pria ini dengan melontarkan pertanyaan itu setelah memberikan pelayanan panjang semalaman meski tubuhnya sudah lelah.
"Jika kau sudah siap menjadi Permaisuriku, maka aku yakin kau sudah benar-benar memahami diriku."
Ya, kau memang penjahat kelamiin memalukan! pekiknya dalam hati.
"Kuharap kau tidak bertindak seperti Permaisuri yang lupa diri, Sayang," imbuhnya sambil tersenyum.
Panggilan 'sayang' itu membuat telinga Shen Huoji seperti tergelitik ujung belati runcing nan tajam. Menggelikan!
Bahkan seribu malam yang akan ia habiskan bersama Putra Mahkota Ji Gongsheng, tak pernah bisa membuatnya jatuh hati. Mungkin bahkan jutaan tahun akan tetap begitu. Ia tak bisa membohongi hatinya yang muak akan kebiasaan buruk Pangeran dungu ini yang membuat Kekaisaran Zhou malu.
Sayangnya, sebagai perempuan yang segala haknya ditentukan oleh lelaki, ia bisa apa?
"Tentu hamba akan selalu mendukung apapun yang Pangeran lakukan," ucap Shen Huoji tersenyum lalu menata wajahnya di samping suaminya yang menatapnya lekat.
Sebenarnya wajah suaminya tidaklah buruk. Bahkan bisa dikatakan cukup tampan dan menawan. Wajah khas bangsawan terpahat di sana. Bisa membuat para gadis memiliki musim semi di kepalanya pada pandangan pertama. Tapi, bagi Shen Huoji, wajah suaminya itu hanyalah keberkahan dari Sang Dewa yang tidak ia gunakan sebagaimana mestinya.
Tangan Shen Huoji tanpa sadar bermain di dada suaminya sembari ia memikirkan masa depannya yang akan ia jalani. Haruskah ia berpura-pura sepanjang hidupnya?
Jika bukan karena kandungan dalam rahimnya, mungkin ia memiliki akal untuk bunuh diri suatu saat atau mungkin melarikan diri jika diperlukan. Ia tahu, ia hanya manusia biasa. Berharap pada kekuatan hatinya untuk terus berpura-pura hanyalah kebohongan. Mati pun ia tidak akan tenang karenanya.
Tetapi bayi ini haruslah tetap hidup, jadi ia pun harus tetap hidup. Meski sebanyak apapun kebencian yang ia miliki pada pria ini, bayi ini tetaplah hasil dari buah cintanya bersama. Ia akan berjuang untuknya. Bukankah itu memang tugas seorang Ibu?
Andai saja, Ibunya masih ada saat ia beranjak dewasa, mungkin ia bisa bertanya banyak hal mengenai ini. Tapi, hanya Yangmi dan Meilan, Ibu Yangmi, yang merawatnya di kediaman Ayahnya sepeninggal Sang Ibu sepuluh tahun lalu.
"Tidurlah." Suara Ji Gongsheng mengalun lembut bersama usapan di kepala Shen Huoji. Mengantarkannya pada tidurnya yang lelap walau sebentar lagi menuju pagi.
"Nyonya? Apa yang Nyonya pikirkan?" Suara Yangmi mengejutkan Shen Huoji yang sibuk berkutat pada pikirannya sendiri.
Cawan teh masih tergenggam meski sudah berada di atas meja setelah ia sesap tanpa sadar.
"Apakah sudah ada kabar mengenai Raja Xuan, Yangmi?" Shen Huoji bertanya sembari menghela napasnya kembali.
"Kudengar pagi tadi seseorang pergi menemui Yang Mulia Permaisuri. Sepertinya seseorang yang membawa pesan, Nyonya." Yangmi menuang kembali teh ke dalam cangkir Shen Huoji.
Asap hangat mengepul dari cawan.
"Firasatku ia dari medan perang?" Mata Shen Huoji menatap Yangmi sedikit sendu. Yangmi mengangguk.
"Maka kita akan melihat, apakah ini baik atau buruk sesaat lagi." Shen Huoji lebih terkesan berkata pada dirinya sendiri ketika mengucapkannya sambil menghirup aroma wangi dari tehnya.
Tak lama, suara kegaduhan terdengar samar dari luar kediaman Shen Huoji. Membuat keduanya saling melirik diiringi tatapan saling bertanya-tanya.
Shen Huoji pun beranjak dari tempat duduknya bersama Yangmi yang membukakan pintu untuknya. Matanya langsung bertumbuk pada seorang pria berpakaian militer, pejabat tinggi militer lebih tepatnya. Sosoknya yang jangkung, gagah dan tegas membuat mata Shen Huoji harus mengedip dua kali.
"Ada apa ini?" tanya Shen Huoji spontan.
"Salam hormat, Yang Mulia Putri Mahkota. Hamba, Wakil Jenderal Wan Yuxie, diminta menjemput Yang Mulia Putri Mahkota untuk datang ke istana Raja. Permaisuri dan Putra Mahkota sudah berkumpul disana."
Firasat buruk langsung menghantam Shen Huoji. Buru-buru ia mengikuti pria di hadapannya bersama Yangmi. Dari belakang punggung laki-laki itu, ia teringat, bahwa ia pernah bertemu dengannya ketika dulu Ji Gongsheng pergi dari kediamannya setelah mendengar kabar kehamilannya. Lelaki ini yang mengikuti Ji Gongsheng waktu itu.
Banyak orang sudah berkumpul di istana Raja. Para selir Raja terlihat mencolok di deretan orang-orang tersebut dengan riasan-riasan cantik sempurna, namun sangat berkebalikan dengan raut wajah khawatir mereka. Para Putri dan Pangeran pun juga ada di antara mereka. Membisu satu sama lain. Hanya suara kain saling bergesek ketika pelayan yang mondar mandir dari dalam kamar Sang Raja membawa baskom kayu dengan air berwarna merah.
"Silakan Yang Mulia Putri Mahkota masuk ke dalam." Begitu yang ia dengar dari Wan Yuxie.
Ia pun masuk ke dalam kamar yang dijaga oleh para pengawal di depan pintunya. Bahkan pintu segera ditutup rapat saat tubuhnya sudah utuh berada di kamar.
Sosok jangkung suaminya, Ji Gongsheng langsung menghalangi pandangan, seperti sudah menunggu kedatangannya. Menuntunnya lebih dekat kearah tempat tidur, dimana sosok Permaisuri Jiang terduduk dengan punggung bergetar di sebelah seseorang yang terbaring. Tabib istana kemudian keluar dari kamar Raja. Menyisakan mereka berempat di ruangan yang luas tersebut. Ada apa sebenarnya?
Saat Shen Huoji akan melakukan penghormatan, Permaisuri Jiang berbalik, menampilkan wajah berurai air matanya menatap Shen Huoji. Barulah ketika Permaisuri Jiang berdiri, ia melihat tubuh kuat Sang Raja Xuan yang ia kagumi, terbaring lemah dengan banyak balutan kain perban yang memerah di dadanya.
"Salam hormat, Yang Mulia Raja dan Permaisuri," Shen Huoji menunduk memberi salam. Bagaimana pun juga tata krama dijunjung tinggi di istana.
"Kemarilah, Ji'er." Suara serak Raja Xuan mengalun lembut disertai napasnya yang tersengal.
Maju, Shen Huoji menatap iba Rajanya yang meskipun sudah berumur hampir setengah abad, ia masih menunjukkan tanda-tanda keperkasaan dan keagungan khas penguasa.
"Kudengar dari Permaisuri, kau sudah mengandung calon penerus Sheng'er, bukan?"
Shen Huoji tersenyum sendu, "benar, Yang Mulia." Suaranya seperti tercekat di tenggorokan. Keadaan ini bukanlah waktu yang ia bayangkan untuk memberitahu mengenai kehamilannya pada Raja Xuan. Setidaknya, bisakah sampai ia sembuh?
Tapi sepertinya orang-orang disini berpikir bahwa waktu Sang Raja sudah tak lama lagi. Terbukti kain perban Sang Raja sudah hampir penuh oleh darahnya sendiri.
"Ji'er, jagalah bayimu baik-baik. Besarkan ia dengan penuh kebajikan." Mata Raja bertemu dengan Shen Huoji. Sepertinya banyak hal yang ia ingin katakan pada menantunya itu. Tapi, tiba-tiba ia terbatuk dengan keras.
Darah hitam menyembur dari mulutnya yang pucat pasi. Menodai tubuhnya sendiri dan memercik sedikit ke hanfu yang dikenakan Shen Huoji dan Permaisuri Jiang yang ada di dekatnya.
"Panggil tabib!" Teriakan Permaisuri Jiang membuat Shen Huoji mundur seketika.
Cengkeraman Ji Gongsheng menyadarkan Shen Huoji. Mereka berdua beranjak keluar, membiarkan tabib menangani Sang Raja. Cukup dengan Permaisuri Jiang yang menemani suaminya itu.
...****************...
Hari-hari tampak muram selanjutnya. Semua orang penghuni istana mengenakan pakaian hanfu serba putih, tanpa riasan mencolok seperti hari-hari biasa.
Ya, Raja Xuan telah meninggal dunia. Nyawanya tak tertolong karena luka dalam dari dua panah beracun yang menembus organ dalamnya. Surat yang diterima Permaisuri Jiang waktu itu datang lebih lambat dari perkiraan, yang mengabarkan bahwa Raja Xuan terluka. Tak lama, iring-iringan tandu Raja Xuan yang terluka parah di dalamnya menyusul kemudian.
Permaisuri Jiang berduka begitu dalam. Kemenangan Raja Xuan bahkan bukanlah kemenangan yang diharapkan. Ia bahkan tidak keluar sejengkal pun dari kediamannya, kecuali ketika menghadiri penobatan Ji Gongsheng sebagai Raja, menggantikan suaminya, setelah tujuh hari perkabungan berjalan. Dengan hati yang berat ia tampil merias diri di hadapan banyak orang dengan baju kebesarannya sebagai istri penguasa yang lama. Gelarnya pun kini telah resmi beralih pada Shen Huoji, digantikan dengan gelar Ibu Suri Jiang.
Istana tampak dingin seperti hati para penghuninya. Bahkan rakyat pun banyak yang bersedih atas kematian Raja Xuan yang bijaksana. Sesungguhnya mereka pun tidak berkehendak atas Raja barunya, Ji Gongsheng, yang kini menyandang nama baru, Zhou You Wang atau Raja You dari Zhou, sebagai pengganti Raja Xuan. Siapa yang tidak tahu perangai Pangeran satu itu? Semut di ujung kerajaan pun tahu kelakuannya yang memalukan.
Sementara Shen Huoji, kini ia mendapatkan gelar baru, Permaisuri Shen. Di umurnya yang baru lewat lima belas tahun, bersama Ji Gongsheng, ia akan ikut berperan mengukir sejarah di Kekaisaran Zhou. Itu pun jika Ji Gongsheng mengerti fungsi pendamping yang sesungguhnya.
Bahkan di hari terakhir perkabungan ini, Shen Huoji terpaksa harus sekali lagi mengorbankan dirinya menjadi santapan pria itu. Demi menahan diri untuk tidak lari pada selir di istana belakang yang mana akan membuat rumor buruk pada status Raja barunya. Bahkan duka kehilangan seorang Ayah tidak mampu menghilangkan nafsu birahinya yang entah kenapa tidak pernah surut. Sungguh tidak tahu adat!
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Happy♡~
5 like + rate 5 bintang mendarat kak Author.. Semangat Up nyaa!
Salam "Anak sekolah yang tak mampu" & "Menikah dengan CEO dingin".. 🙏🏻
Feedbacknya ditunggu ya Thor 😉❤
Terimakasih
2021-06-20
2
cella_cuteee
bener2 penjahat kelamin si raja baru ini
2021-05-25
0
Ftl03
Like dari Little Rainbow.. semangat terus Thor.. jgn lupa mampir dan tinggalkan jejak.. mari saling mendukung...
2021-01-04
1