3. Kabar Sekuntum Magnolia

(Kerajaan Zhou, 781 SM)

Jauh di pelosok kediaman Shen Huoji, akhir musim semi sudah menyapa. Udara lebih menghangat dibandingkan awal musim semi lalu ketika perayaan pernikahan yang dikelilingi kuncup-kuncup bunga.

Sekilas tampak seperti bunga sakura di kejauhan. Saat diperhatikan, itu adalah bunga-bunga magnolia berwarna lilac yang kini mengembang sempurna disapa angin. Lalu sekuntum magnolia mekar jatuh di atas rambut Shen Huoji yang hitam tergelung, membawa kabar semesta untuk menemani paginya yang cerah.

Sudah hampir tiga bulan Shen Huoji harus melayani Sang Putra Mahkota sebagai istri. Kediamannya di istana belakang Sang Pangeran memang dikhususkan, berada paling dekat dengan kediaman Pangeran. Besar keyakinan, jika nanti Sang Pangeran menjadi Raja, mungkin ialah yang akan menjadi Permaisuri. Sekarang saja ia sudah dinobatkan sebagai Putri Mahkota. Sungguh tertekan!

Seringkali ia bermain dengan khayalannya, berandai-andai jika perangai suaminya itu persis seperti Ayahnya, Raja Xuan, yang bijaksana dan menenangkan. Mungkin ia lebih berbahagia sekarang. Bukan tertekan seperti sapi terkurung dalam tembok batu. Membuat tubuh dan otaknya menjadi lebih letih dari biasanya.

"Yangmi, bagaimana kabar Ayahku? Apa kau sudah menerima surat darinya?" tanya Shen Huoji pada pelayannya dengan kelesuan.

"Sudah, Nyonya. Hamba baru mendapatkan balasan dari Marquess pagi ini." Yangmi memberikan surat beramplop putih kekuningan pada Shen Huoji yang disimpan di saku hanfunya.

Shen Huoji menyusuri kata demi kata dari Sang Ayah. Ia rindu dengan suasana kediamannya di Shen. Bunga-bunga magnolia lilac tua di halamannya pasti tumbuh subur musim semi kali ini.

Tiba-tiba suara seorang pelayan perempuan mengusik keheningan Shen Huoji.

"Salam hormat untuk Putri Mahkota. Hamba, pelayan Yang Mulia Permaisuri menyampaikan undangan untuk Putri Mahkota agar datang ke kediaman Permaisuri sore ini untuk minum teh." Pelayan berperawakan kecil itu menunduk di belakang Shen Huoji memberi salam.

"Sampaikan pada Yang Mulia Permaisuri bahwa aku akan datang," jawab Shen Huoji anggun.

Dalam hati ia bertanya-tanya, ada apa gerangan Permaisuri mengajaknya minum teh. Biasanya beliau akan mengajaknya berkeliling taman istana untuk menghabiskan waktu-waktu membosankan. Mungkinkah ada sesuatu yang penting?

...****************...

Shen Huoji mengenakan hanfu berwarna hijau muda bercorak bordiran bunga yang tidak mencolok. Hiasan kepala dan semua riasan sudah terpasang cantik berkat tangan terampil Yangmi. Menghela napas, ia beranjak menuju kediaman Sang Permaisuri.

Di depan kediaman Permaisuri, Shen Huoji dipersilakan masuk setelah memberitahu pelayan Sang Permaisuri mengenai kedatangannya.

"Salam hormat, Yang Mulia Permaisuri."

"Duduklah, Ji'er. Temani aku minum teh." Permaisuri mengambil cawan teh dan menyesapnya pelan.

Shen Huoji menuang teh dari teko ke cawannya sendiri dan mengikuti permintaan Permaisuri. Berbagai macam pemikiran berkecamuk dalam hatinya.

"Ji'er, Yang Mulia Raja akan ikut dalam pasukan kerajaan melawan pemberontak. Aku memintamu untuk mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi." Permaisuri tampak menerawang saat mengatakannya pada Shen Huoji. Cawan teh masih dalam genggamannya, tak tersentuh.

Shen Huoji sendiri larut dalam keheningannya. Isi kepalanya berkecamuk seputar kemungkinan antara Raja kembali dengan kemenangan, atau Raja kalah dan tampuk kepemimpinan jatuh pada Ji Gongsheng yang dungu itu. Masing-masing dari mereka mencoba untuk memprediksi.

"Apakah Putra Mahkota sudah mengetahui hal ini, Permaisuri?" Shen Huoji bertanya pelan lalu menyesap tehnya kembali sebelum meletakkan cawan itu ke meja.

"Aku berencana akan memberitahunya setelah aku berbicara denganmu, karena kupikir lebih baik berbicara denganmu daripada anakku sendiri," jawab Permaisuri sambil tersenyum.

"Semoga aku bisa mengandalkanmu, Ji'er," imbuhnya.

"Kalau begitu, hamba pamit undur diri Permaisuri." Shen Huoji menunduk hormat lalu perlahan beranjak pergi setelah mengetahui maksud pertemuannya sore itu.

Selama perjalanan, ia termenung. Sekelebat wajah Permaisuri yang sendu mengusik kesadaran Shen Huoji. Apakah Permaisuri merasakan firasat buruk? Bukankah selalu ada pemberontakan di setiap sudut negeri, tapi mengapa Raja harus turun tangan kali ini?

...****************...

Shen Huoji duduk di taman malam itu memandangi bulan yang tampak suram. Berkebalikan dengan musim yang indah, warna cahaya malam kali itu tampak redup berbayang awan.

"Menurutmu, apakah aku pantas menjadi Ratu negeri ini, Yangmi?" Shen Huoji menoleh kearah Yangmi yang duduk di belakangnya sambil memilin rambut Shen Huoji.

"Anda selalu pantas menjadi Ratu, Nyonya. Apakah Anda gusar dengan ucapan Yang Mulia Permaisuri tadi sore?" Yangmi tersenyum.

"Aku hanya ingin kembali pada Ayahku. Aku sama sekali tidak ingin posisi itu, karena aku tahu, betapa berbahaya dan tertekannya hidupku nanti," jawab Shen Huoji menerawang langit.

"Bergembiralah, Nyonya. Jangan biarkan hatimu sendu. Yangmi akan selalu menjaga Nyonya dalam bahaya apapun," ucap Yangmi menghibur.

Shen Huoji memeluk Yangmi. Ia tak peduli jika ada yang melihat kelakuannya. Ia butuh sandaran sekarang. Tak mungkin ia memeluk suaminya. Bukannya melepas beban, malah akan menambah beban hidup.

...****************...

Esok hari, seluruh pasukan bersiap bersama Sang Raja. Permaisuri, Pangeran dan seluruh penghuni istana berkumpul melepas kepergian Sang Raja sembari menghaturkan doa untuk kemenangan Sang Raja. Riasan Permaisuri tampak sempurna, meski Shen Huoji dapat menangkap sedikit sisa tangis semalam.

Ia berharap perang kali ini bukanlah pertanda buruk untuknya dan sekitarnya. Matanya menelisik satu persatu wajah yang berjajar.

Permaisuri dan selir-selir Raja yang berjumlah lima orang tampak menahan kesedihan. Lalu para pangeran dan putri, anak Raja dari para selirnya juga sama sendunya, berbuntut pada wajah suaminya, Sang Putra Mahkota yang malah tampak biasa saja sembari curi-curi pandang pada gadis-gadis pelayan istana.

Dasar buaya otak udang, batinnya mengumpat.

Iring-iring pasukan kerajaan perlahan menipis menyisakan titik titik kecil di kejauhan. Penghuni istana mulai berkurang satu demi satu meninggalkan tempatnya semula, begitu pun dengan Shen Huoji yang mengikuti kepergian Sang Putra Mahkota untuk kembali ke kediaman bersama para selir di belakangnya.

Ia bahkan sama sekali tidak ingat nama-nama selir suaminya!

Hebat, bukan!

Lelah luar biasa dirasakan Shen Huoji setelah berdiri cukup lama. Titik-titik peluh membanjiri keningnya yang putih seperti susu. Membuat wajah ayunya memucat drastis.

Ia merasa tidak sakit hari itu, tapi tubuhnya lemas bukan main. Seakan tulang-tulangnya tidak kuat menyangga bobot tubuhnya yang tak seberapa.

"Yangmi, tolong panggilkan tabib istana."

Yangmi bergegas membantu majikannya berbaring setelah mendapati wajah pucat majikannya terpampang nyata.

Tak lama, Tabib Li datang dan memeriksa denyut nadi Shen Huoji.

Shen Huoji memperhatikan Tabib Li dengan seksama. Berharap bukan penyakit mematikan menyerangnya.

"Yang Mulia Putri Mahkota, selamat! Anda hamil!" Tabib Li tersenyum khas orangtua yang penuh perhatian.

"Apa? Aku hamil?" Shen Huoji tidak berpikir ia akan hamil secepat ini meski ia menyadari perlakuan Ji Gongsheng yang seringkali menyambangi kediamannya.

"Hamba perkirakan usia kandungannya masih lima minggu, jadi hamba mohon untuk berhati-hati dan sering beristirahat. Setiap hari hamba akan memberikan ramuan untuk kesehatan Yang Mulia dan kandungannya." Tabib Li kemudian undur diri. Menyisakan keterkejutan Shen Huoji dan Yangmi di dalam kamar.

"Apakah Nyonya akan memberitahu kabar ini pada Yang Mulia Permaisuri dan Putra Mahkota?" Ucapan Yangmi menarik kesadaran Shen Huoji kembali.

"Ya. Esok hari mungkin akan kukatakan pada mereka."

Jadi, aku akan menjadi ibu, eh? batin Shen Huoji.

...****************...

Cahaya terik mentari sudah memanaskan atap-atap istana, diikuti pekikan burung-burung kecil yang terbang memenuhi pohon-pohon sekitar taman istana. Tampak dua orang perempuan duduk di sudut paviliun di depan taman tersebut.

"Jadi, Ji'er, apa yang kau ingin sampaikan padaku dengan mengajakku kemari?" ucap Permaisuri setelah menyesap teh bunga yang masih hangat di cawannya.

"Hamba ingin mengabarkan bahwa hamba saat ini mengandung, Permaisuri," ucap Shen Huoji seraya meletakkan cawan tehnya.

Permaisuri menatap Shen Huoji dengan wajah berbinar, lalu meletakkan cawan tehnya sendiri dan menggenggam sebelah tangan Shen Huoji yang masih ada di atas meja.

"Apa? Benarkah yang kau katakan itu, Ji'er? Mengandung?" ulang Permaisuri diselimuti kebahagiaan.

"Benar, Permaisuri. Hamba mengandung calon bayi Pangeran. Hamba sudah menganggap Permaisuri sebagai Ibu hamba sendiri, jadi hamba ingin mengabarkan berita ini kepada Permaisuri dahulu." Shen Huoji tersenyum menatap Permaisuri di hadapannya.

"Jadi, Sheng'er belum mengetahui kabar ini?"

Shen Huoji menggeleng. "Hamba berniat memberitahunya setelah Permaisuri."

Percakapan mereka berlanjut beberapa saat sebelum tragedi baru dimulai di malam hari.

"Apa?? Kau bilang mengandung?" Suara keras bernada tidak senang milik Ji Gongsheng menggema di kamar kediaman Shen Huoji.

Ekspresi yang ditunjukan Ji Gongsheng sebenarnya diluar dugaan Shen Huoji. Tapi ia tahu, alasan dibalik keterkejutan tidak senang Pangeran dungu itu, jadi ia memilih diam tak berharap apapun.

"Kenapa harus secepat ini? Aku masih ingin menikmati tubuhmu lebih lama, Ji'er!"

Dasar ********! pekik Shen Huoji.

"Yang Mulia tetap bisa bersama hamba meski hamba mengandung. Hanya perlu sedikit berhati-hati saat melakukannya seperti saran Tabib Li," ucap Shen Huoji pelan. Rasanya ingin ia tendang pemangsa wanita di depannya itu.

"Hah, baiklah!" Pria itu pergi dari kediaman Shen Huoji, diikuti seorang pria berpakaian baju zirah yang berdiri di luar kediamannya. Pria itu sempat bersitatap dengan Shen Huoji sejenak, sebelum kemudian menyusul Putra Mahkota pergi tanpa suara.

Yangmi memegang tangan Shen Huoji sepeninggal Ji Gongsheng dan menuntun majikannya itu kembali masuk kamarnya. Berganti pakaian untuk beristirahat. Sedikit penghiburan ia bisikkan agar majikannya mengabaikan hal-hal kecil yang mengganggu pikirannya. Tak lupa, ia sisipkan sekuntum magnolia harum di tangan majikannya.

...****************...

Happy reading ❤️

wu wu wuuu~

Terpopuler

Comments

Yuli Yanti

Yuli Yanti

❤️❤️❤️❤️💐

2022-07-23

0

yudi

yudi

🌹🌹🌹

2022-07-23

0

Linda Samudin

Linda Samudin

Saya suka gaya bahasanya tersusun dan mudah di fahami tidak spt buku2 lain yg bahasa sgt kekanakan 👍👍👍 utk mu author

2022-02-17

0

lihat semua
Episodes
1 1. PROLOG: Festival Zhong Qiu Jie
2 2. Musim Semi Pertama
3 Main Character
4 3. Kabar Sekuntum Magnolia
5 4. Zhou You Wang
6 5. Filosofi Kehidupan
7 6. Jerat Hasrat Sang Jenderal
8 7. Hadiah Permaisuri : Kotak Kayu dan Seorang Gadis
9 8. Hadiah Permaisuri : Mimpi
10 9. Hanya Kebiasaan Lama Yang Kembali
11 10. Kabar Angin Sang Burung Istana
12 11. Penentang Mandat Langit
13 12. Ji Yuchen
14 13. Terbangun Dari Tidur Panjang
15 14. Cerita Yang Disembunyikan
16 15. Hadiah Kesembuhan Permaisuri
17 16. Asal Usul Cincin Giok (1)
18 17. Asal Usul Cincin Giok (2)
19 18. Bermain Siasat
20 19. Hadiah Sang Pangeran
21 20. Kendi Cuka Milik Pangeran
22 21. Seorang Tamu Tak Diundang
23 22. Panah Untuk Selir Bao Si
24 23. Informasi Baru
25 24. Seribu Niat Terselubung
26 25. Gempa Bumi Peringatan
27 26. Rencana Kecil Untuk Hal Besar
28 27. Ide Cerdik Permaisuri
29 28. Menemukanmu
30 29. Cuka Yang Tumpah
31 30. Malam Duanwu
32 31. Kematian Yang Cepat
33 32. Kabar Istana Belakang
34 33. Serangan Malam
35 34. Assassin
36 35. Gudang di Wuzhong
37 36. Racun Zhendu
38 37. Peralatan Perak Dan Pion Baru
39 38. Kelahiran Pangeran Kedua
40 39. Percakapan di Meja Makan
41 40. Kesakitan Li Xiu Fei
42 41. Desisan Cawan
43 42. Hadiah Terima Kasih
44 43. Aroma Kematian
45 44. Tekad Untuk Hidup
46 45. Rumor Tersebar
47 46. Penyelidikan Jenderal Wan Yuxie
48 47. Sebelum Acara Perburuan
49 48. Sebelum Acara Perburuan 2
50 49. Rahasia Pelayan
51 50. Emosi Buruk
52 51. Permintaan Permaisuri
53 52. Kepergian Raja
54 53. Permaisuri Menyelinap
55 54. Perempuan Bertudung
56 55. Sampai Jumpa, Permaisuri
57 56. Rombongan Telah Tiba
58 57. Bertemu Li Jianghu
59 58. Pertarungan Dengan Suku Quanrong
60 59. Pertarungan Dengan Suku Quanrong (2)
61 60. Peran Perempuan Dalam Sejarah
62 61. Kembali ke Ibukota
63 62. Pertemuan di Musim Gugur
64 63. Pertemuan di Musim Gugur (2)
65 64. Feng Ling dan Token Giok Bunga Krisan
66 65. Ayah
67 66. Penyesalan
68 67. Hilangnya Seseorang yang Berharga
69 68. Rencana Calon Selir Raja dan Permaisuri
70 69. Serangan Tak Terduga
71 70. Kematian Mu Rong
72 71. Dugaan-Dugaan Baru
73 72. Sosok Dalam Bayang Gelap
74 73. Para Seniman Mimpi
75 74. Mantra
76 PENGUMUMAN
77 75. Istana Dingin
78 76. Langkah Selanjutnya
79 77. Penculikan
80 78. Dampak Penculikan
81 79. Hua Shan
82 80. Kedatangan Tamu Raja
83 81. Berhenti Bersandiwara
84 82. Perubahan Rencana
85 83. Perempuan Bernama Zhao Zhangyi
86 84. Yuàn Yì sǐ dan Yǒngyú chóngshēng
87 85. Awal Kekacauan: Si Lidah Merah
88 86. Keinginan Sang Selir
89 87. Surat Merah Li Xiu Fei
90 88. Kilasan: Kematian Pertama
91 89. Kilasan : Kegagalan Yang Kedua
92 90. Surat Merah Li Xiu Fei Kedua
93 91. Segalanya... Untukmu
94 92. Api di Menara Perang
95 93. Hiburan Bao Si Guifei, Gundahnya Permaisuri
96 94. Semua Saling Bersembunyi
97 95. Menjadi Penyusup
98 96. Penantian
99 97. Rumah Cinta Yueliang
100 98. Penyesalan Yang Terlambat
101 99. Berbagai Sisi Lain
102 100. Perang Berkobar di Zhou (1)
103 101. Perang Berkobar di Zhou (2)
104 102. Perang Berkobar di Zhou (3)
105 103. Perang Berkobar di Zhou (4)
106 104. Perang Berkobar di Zhou (5)
107 105. Perang Berkobar di Zhou (6)
108 106. Perang Berkobar di Zhou (7)
109 107. Perang Berkobar di Zhou (8)
110 108. Perang Berkobar di Zhou (9)
111 109. Perang Berkobar di Zhou (10)
112 110. Pengkhianat Yang Mengakhiri
113 111. Saatnya Pergi
114 112. Tergeletak Pingsan
115 113. Kutukan Bao Si
116 Pengumuman
117 114. Tersadar
118 115. Kejutan Sang Nona
119 116. Epilog - Festival Zhong Qiu Jie
120 DARI PENULIS
121 SEKADAR INFO
122 NOVEL BARU
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. PROLOG: Festival Zhong Qiu Jie
2
2. Musim Semi Pertama
3
Main Character
4
3. Kabar Sekuntum Magnolia
5
4. Zhou You Wang
6
5. Filosofi Kehidupan
7
6. Jerat Hasrat Sang Jenderal
8
7. Hadiah Permaisuri : Kotak Kayu dan Seorang Gadis
9
8. Hadiah Permaisuri : Mimpi
10
9. Hanya Kebiasaan Lama Yang Kembali
11
10. Kabar Angin Sang Burung Istana
12
11. Penentang Mandat Langit
13
12. Ji Yuchen
14
13. Terbangun Dari Tidur Panjang
15
14. Cerita Yang Disembunyikan
16
15. Hadiah Kesembuhan Permaisuri
17
16. Asal Usul Cincin Giok (1)
18
17. Asal Usul Cincin Giok (2)
19
18. Bermain Siasat
20
19. Hadiah Sang Pangeran
21
20. Kendi Cuka Milik Pangeran
22
21. Seorang Tamu Tak Diundang
23
22. Panah Untuk Selir Bao Si
24
23. Informasi Baru
25
24. Seribu Niat Terselubung
26
25. Gempa Bumi Peringatan
27
26. Rencana Kecil Untuk Hal Besar
28
27. Ide Cerdik Permaisuri
29
28. Menemukanmu
30
29. Cuka Yang Tumpah
31
30. Malam Duanwu
32
31. Kematian Yang Cepat
33
32. Kabar Istana Belakang
34
33. Serangan Malam
35
34. Assassin
36
35. Gudang di Wuzhong
37
36. Racun Zhendu
38
37. Peralatan Perak Dan Pion Baru
39
38. Kelahiran Pangeran Kedua
40
39. Percakapan di Meja Makan
41
40. Kesakitan Li Xiu Fei
42
41. Desisan Cawan
43
42. Hadiah Terima Kasih
44
43. Aroma Kematian
45
44. Tekad Untuk Hidup
46
45. Rumor Tersebar
47
46. Penyelidikan Jenderal Wan Yuxie
48
47. Sebelum Acara Perburuan
49
48. Sebelum Acara Perburuan 2
50
49. Rahasia Pelayan
51
50. Emosi Buruk
52
51. Permintaan Permaisuri
53
52. Kepergian Raja
54
53. Permaisuri Menyelinap
55
54. Perempuan Bertudung
56
55. Sampai Jumpa, Permaisuri
57
56. Rombongan Telah Tiba
58
57. Bertemu Li Jianghu
59
58. Pertarungan Dengan Suku Quanrong
60
59. Pertarungan Dengan Suku Quanrong (2)
61
60. Peran Perempuan Dalam Sejarah
62
61. Kembali ke Ibukota
63
62. Pertemuan di Musim Gugur
64
63. Pertemuan di Musim Gugur (2)
65
64. Feng Ling dan Token Giok Bunga Krisan
66
65. Ayah
67
66. Penyesalan
68
67. Hilangnya Seseorang yang Berharga
69
68. Rencana Calon Selir Raja dan Permaisuri
70
69. Serangan Tak Terduga
71
70. Kematian Mu Rong
72
71. Dugaan-Dugaan Baru
73
72. Sosok Dalam Bayang Gelap
74
73. Para Seniman Mimpi
75
74. Mantra
76
PENGUMUMAN
77
75. Istana Dingin
78
76. Langkah Selanjutnya
79
77. Penculikan
80
78. Dampak Penculikan
81
79. Hua Shan
82
80. Kedatangan Tamu Raja
83
81. Berhenti Bersandiwara
84
82. Perubahan Rencana
85
83. Perempuan Bernama Zhao Zhangyi
86
84. Yuàn Yì sǐ dan Yǒngyú chóngshēng
87
85. Awal Kekacauan: Si Lidah Merah
88
86. Keinginan Sang Selir
89
87. Surat Merah Li Xiu Fei
90
88. Kilasan: Kematian Pertama
91
89. Kilasan : Kegagalan Yang Kedua
92
90. Surat Merah Li Xiu Fei Kedua
93
91. Segalanya... Untukmu
94
92. Api di Menara Perang
95
93. Hiburan Bao Si Guifei, Gundahnya Permaisuri
96
94. Semua Saling Bersembunyi
97
95. Menjadi Penyusup
98
96. Penantian
99
97. Rumah Cinta Yueliang
100
98. Penyesalan Yang Terlambat
101
99. Berbagai Sisi Lain
102
100. Perang Berkobar di Zhou (1)
103
101. Perang Berkobar di Zhou (2)
104
102. Perang Berkobar di Zhou (3)
105
103. Perang Berkobar di Zhou (4)
106
104. Perang Berkobar di Zhou (5)
107
105. Perang Berkobar di Zhou (6)
108
106. Perang Berkobar di Zhou (7)
109
107. Perang Berkobar di Zhou (8)
110
108. Perang Berkobar di Zhou (9)
111
109. Perang Berkobar di Zhou (10)
112
110. Pengkhianat Yang Mengakhiri
113
111. Saatnya Pergi
114
112. Tergeletak Pingsan
115
113. Kutukan Bao Si
116
Pengumuman
117
114. Tersadar
118
115. Kejutan Sang Nona
119
116. Epilog - Festival Zhong Qiu Jie
120
DARI PENULIS
121
SEKADAR INFO
122
NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!