Hated

Cerita sudah pindah!

Cerita sudah pindah!

Cerita sudah pindah!

"Lo yakin pulang sendiri? Gue anter aja deh yah, dah malem nih," ujar Reya, sahabat Aqilla.

"Tenang aja, gue udah berani kok," sahut Aqilla, ya berani di mulut saja sebenarnya.

"Emm yauda deh, lagian jalan yang itu terang kok malam ini, gatau deh tumben kok terang," kata Reya, ia duduk di sofa sedangkan Aqilla memakai sepatu ketsnya di dekat pintu rumah.

"Bagus dong kalau gitu," jawab Aqilla, ia sedikit kesusahan memakai sepatunya.

"Em btw, lo udah tau belum sama cowok the most nya Rajawali?"

Aqilla menatap Reya sebentar. "Maksud lo? The most apaan nih?"

"Yah intinya yang paling terkenal lahh," gemas Reya. "Udah tau belom? Lo kan anak baru."

"Taulah gue, temennya Damar kan? Siapa tuh namanya? Adam yah?" Kata Aqilla, ia telah selesai memasang sepatunya. "Tapi menurut gue Damar tetep nomor satuu!"

Reya memutar bola matanya. "Hiyalah orang lo pindah ke Rajawali juga karena dia kan?" Aqilla cengengesan menjawabnya. "Tapi lo sendiri udah ketemu sama Adam belum?"

"Cuma sekilas, udah ah kenapa bahas dia sih." Aqilla membuka pintu rumah. "Gue cabut yak."

"Eh tunggu! Trus yang sama Erik itu?"

Aqilla menggaruk kepalanya. "Gue tolak, apaan dah, gue cuma mau sama Damar, titik."

Reya mengangguk-anggukan kepalanya. "Yauda hati-hati deh lo."

"Okee!"

***

Adam dan Damar berada di posisi tersembunyi, sedangkan Erik dan Ivan siap di posisi masing-masing, tinggal menunggu momen yang pas saja.

"Lo tau gak gimana rupa cewek yang nolak si Erik?" Kata Damar pada Adam.

Adam mengangkat bahu. "Gak."

"Kok gue ngerasa kasian ya ke dia? Nolak kan juga hak dia."

Adam tertawa kecil. "Lo tau Erik gimana kan?"

Damar menepuk pelan pundak Damar. "Itu dia."

Adam mendongak, matanya ikut mengarah pada satu sosok perempuan yang berjalan pelan ke arahnya. Dan tak lama, Erik juga Ivan memainkan perannya.

Adam jelas melihat wajah pucat cewek itu saat melihat Erik dengan kostum pocongnya, entah kenapa ia juga jadi tegang, sampai dimana cewek itu menjerit, Adam tak bisa lagi mencoba tidak perduli.

Cowok itu keluar dari tempat persembunyiannya.

"Eh Dam!" Panggil Damar yang sama sekali tidak disahut Adam.

Adam terhentak saat tubuhnya ditabrak kuat, saat tubuhnya dipeluk begitu erat sama cewek yang bahkan ia lupa namanya apa.

"Tolong, tolongin gue, it-itu ada hantu, ada pocong!" Cewek itu malah terisak.

Adam tidak membalas pelukannya, ia memandang dua temannya yang kini menatapnya tidak percaya, ya ia akui ia telah keluar dari rencana, harusnya tidak begini.

Apalagi Erik, ia menatap Adam kesal. Tapi saat melihat Adam menggelengkan kepalanya dua kali, Erik dan Ivan langsung paham dan bersembunyi untuk mengganti baju mereka.

Kembali ke cewek yang sekarang masih terisak di dada Adam. Cewek yang tidak lain adalah Aqilla.

Adam sendiri merasa aneh dengan dirinya, ia merasa jantungnya berdetak kencang, tubuhnya kelu, seperti mati rasa.

"Em kalian gak papa?"

Suara itu mengagetkan Aqilla, ia segera melepas pelukannya, dan kaget ternyata sudah terang, dan lebih kaget lagi saat melihat dua cowok di depannya, Adam dan Damar!

"Eh sori-sori, tapi tadi gue ngeliat," kepala Aqilla berputar ke belakang, tapi ia tak menemukan apapun selain kesunyian. "Ta-tadi ada-"

"Kaki lo luka," ujar Damar pelan, tapi mengagetkan Aqilla, sumpah demi apa Aqilla salah tingkah jadinya.

Damar berjongkok di kaki Aqilla. Ia mengeluarkan tisu dan plester dari sakunya. Tapi sebelum itu, ia mendongak menatap Aqilla, "gue plesterin yah?"

"E-eh iya, makasih," ujar Aqilla gugup.

Aqilla mendongak menatap Adam, ia tersenyum kikuk. "Lo Adam kan? Makasih yah, untung ada lo, tapi gue bingung tadi bener atau gak sih?"

Adam diam.

"Eh? Sori-sori." Aqilla merutuki kebodohannya, ingin menepak jidatnya tapi ia harus tahan, yang ada ia tambah malu nanti.

"Udah," ucap Damar seraya bangkit. "Lo mau dianterin?" Tawarnya dengan senyum manis.

Demi apa, Aqilla meleleh melihatnya. "Ha? Gak usah, rumah gue deket sini kok, makasih yah," ujarnya yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan apa yang hatinya teriakkan.

"Oh oke, btw gue Damar."

Aqilla membalas jabat tangan Damar seraya mengucapkan namanya, tidak lupa senyum menawannya yang kata orang-orang bisa memikat hati siapa saja.

"Ini Adam," ujar Damar memperkenalkan Adam.

Aqilla juga menjabat tangan Adam, tapi beda dengan Damar, tangan Adam begitu dingin, sama seperti tangannya.

"Kalau gitu gue balik dulu," ujar Aqilla yang diangguki Damar, cowok itu melambaikan tangannya dan berucap hati-hati kepada Aqilla.

Setelah Aqilla sudah tak terlihat, barulah Erik dan Ivan muncul dengan wajah kesal, lebih lagi Erik yang sepertinya marah kepada Adam.

"Lo apaan sih, Dam!? Hah? Lo ngerusakin rencana gue!" Erik menendang tong di sebelah kakinya. "Sialan!" Lalu ia pergi, cuma itu yang bisa di lakukan Erik kalau sudah berurusan dengan Adam, karena ia tahu kalau ia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan cowok yang saat ini masih betah dengan wajah dinginnya.

"Gue sih b aja, Dam. Gue netral," ucap Ivan yang tidak di respon sama sekali.

"Udah deh, yuk balik, ngantuk juga gue," ujar Damar mengikuti arah perginya Erik, diikuti juga oleh Ivan.

Adam berbalik, melihat ke jalan yang tadi di lewati Aqilla.

"Aqilla ya?"

*****

Felling the emotions guys?

not yet?

okey prepare your heart to the next phase😉

Terpopuler

Comments

Chida

Chida

i'm prepare for that..... seruuuuu 🤗🤗

2020-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!