"Nama saya Nena Tante. Tante mau kemana?" tanya Nena Adiknya Iqbal.
"Tente abis ke rampokan, Tante bingung sudah gak punya uang lagi. Tinggal kertas ini yang tersisa." Ucapku.
"Ya ampun, Tente kasihan banget. aduh, teman aku telepon lagi. Tente ini buat Tente buat obatin luka dan ongkos, makasih banyak ya Tan, aku telah ditolong!" ucap Nena langsung pergi.
"Gak usah Dek!" panggilku.
Gak lama, Nena di telepon temannya agar buru-buru ke rumah temannya. Nena memberi uang seratus ribu padaku. Nena langsung pergi.
Ya ampun, kok aku memalukan banget sih. Sampai dikasih uang sama Anak kecil. Tapi dia mirip Adiku di kampung, jadi ingat Awalilah. Semoga kamu baik-baik ya Dek. Sekarang aku harus cari alamat ini.
Aku berjalan tertatih-tatih dengan lukaku. Semangatku gak pernah buat aku menyerah. Demi keluarga di kampung, dan menghindari Hasan. Aku nekat ke Jakarta sampai di rampok. Akhirnya, aku sampai rumah Bu Fransiska.
"Permisi!" sapaku pada satpam yang berdiri tegak dan menghampiriku.
"Iya Mba, bisa dibantu?" tanya satpam itu.
"Saya Hafisa, saya temannya Euis. Mau ketemu temannya Euis Pak!" mintaku.
"Siapa temannya Euis?" tanya Satpam itu.
"Ini Pak!" ucapku langsung memberikan kertas.
"Oh, Nur ya? oke. Kamu tunggu sini dulu!" minta Pak Satpam di rumah Iqbal.
Satpam itu langsung masuk kedalam dan memberitahu kepada Bu Fransiska dan Nur. Nur lega, akhirnya, perempuan itu datang juga.
"Permisi, Nyonya! ada wanita yang mencari Nur. Katanya teman Euis." Sahut Satpam itu.
"Baru datang dia? astaga! suruh masuk dia!" ucap Bu Fransiska.
Akhirnya, aku masuk. Bu Fransiska memperhatikan dari bawah sampai atas penampilanku. Bu Fransiska berkata cantik, tapi sayang hijab.
"Permisi Bu, saya Hafisa." Ucapku gerogi karena Bu Fransiska memperhatikan diriku yang dekil dan kotor.
"Oke, cantik. Tapi dekil, kotor, dan hijab. Mana baju kamu?" tanya Bu Fransiska.
"Maaf Bu, saya sudah tidak punya baju lagi! tadi di jalan, saya dijambret. Handphone semuanya habis dijambret." Ucapku gemetar.
"Pakai bajuku aja, banyak di lemari. Nyonya, saya tinggal yah? sudah ada Hafisa yang ganti saya!" ucap Nur.
"Saya tambahkan bonus kamu! asal kamu kasih tahu dia, apa aja yang harus dia kerjakan dan kasih tahu kamar untuk dia!" minta Bu Fransiska.
"Bu, saya jadi diterima? makasih banyak ya Bu, makasih!" ucapku ingin bersalaman tapi ditangkis oleh Bu Fransiska merasa jijik.
"Sudah sana! jangan pegang tangan saya! jijik!" ucap Bu Fransiska.
Nur memberi tahu semua apa yang akan dikerjakan. Nur memberi bajunya yang tak terpakai untukku. Nur juga banyak berpesan padaku, kalau di sini tahan kuping, hati-hati dan banyak sabar oleh bawelan Bu Fransiska. Apa lagi Pak Setiawan.
"Kamar kamu di sini Hafisa. Di lemari, banyak baju-bajuku. Kamu pakai aja yah!" ucap Nur tersenyum.
"Makasih banyak Mba, maaf saya banyak ngerepotin." Ucapku tersenyum.
"Pesan aku, kamu di sini hati-hati, sabar. Soalnya, Bu Fransiska bawel, pelit. Suka bandingin orang juga, dan satu lagi, kamu harus hati-hati sama Pak Setiawan. Kalau malam, kamu kunci aja! soalnya, gak boleh lihat cewek cantik, langsung mau mangsa aja. Kamu tahu maksud saya kan? kalau semua orang gak ada di rumah, hanya kamu, kamu lebih baik kerjain apa gitu, di luar. Kaya taman. Dia gak berani kalau ada orang." Ucap Nur yang membuat aku drop.
"Pak Setiawan siapa Mba?" tanyaku sambil gugup.
"Suaminya Bu Fransiska." Sahut Nur.
Astaghfirullah, semoga Allah selalu melindungiku.
"Hai, bengong aja! udah gak usah takut dan gugup! pokoknya hati-hati banget yah! ya udah, aku mau pergi dulu! jaga diri baik-baik kamu!" minta Nur.
"Mba, aku boleh minta tolong satu lagi gak Mba!" pintaku.
"Apa?" tanya Nur.
"Boleh pinjam handphone sebentar aja, aku mau telepon keluarga di kampung. Soalnya handphoneku habis dijambret." Ucapku.
"Boleh." Ucap Nur.
Aku menelepon keluarga di kampung. Aku menjelaskan semuanya, kalau aku habis dicopet. Kabar Ibu dan Abah Alhamdulillah baik-baik aja. Kang Baron belum mengecek keadaanku ternyata. Aku berpesan tidak bisa menghubungi lagi, karena gak ada handphone. Kalau gajian mungkin baru menghubungi lagi. Ibu dan Abah mengerti.
Setelah selesai telepon, aku membalikan pada Nur dan berterima kasih padanya. Aku lega sudah bisa menghubungi keluarga di kampung. Nur langsung pamit dan meninggalkan rumah Iqbal. Aku langsung mandi dan memakai baju Nur. Aku bersemangat untuk mengerjakan sesuatu yang Nur kasih ke aku.
****
Iqbal pulang dengan marah-marah dan kesal. Saat aku mengepel, Iqbal langsung menendang ember itu. Aku langsung menegur Iqbal dengan sangat kesal.
"Brengsek! perempuan matre!" ucap Iqbal.
Brak....
"Astaghfirullah, Mas! punya sopan dan santun gak yah? saya habis ngepel, jadi kotor lagi!" ucapku.
"Eh, siapa lo ngatur-ngatur gue! hah? SIAPA LO? DAN NGAPAIN DI RUMAH GUE?" bentak Iqbal.
"Iqbal, kenapa ini? ya ampun, Hafisa! kok basah begini?" tanya Bu Fransiska.
"Maaf Bu, tadi ditendang sama orang ini!" ucapku.
"Kamu jangan kurang ajar sama Anak saya ya Hafisa! ini Anak saya! tinggal kamu bereskan aja!" ucap Bu Fransiska.
"Siapa sih Mih? belagu banget dia!" ucap Iqbal.
"Dia pembantu di sini Nak, pengganti Nur." Ucap Bu Fransiska.
"Maafkan saya Mas, Bu!" ucapku.
"Muak gue sama lo!" ucap Iqbal.
"Kamu bersihkan lagi yah!" minta Bu Fransiska.
"Baik Bu." Ucapku.
Astaghfirullah, kenapa aku ketemu sama orang sombong kaya gitu. Ya Allah, kuatkan aku. Aku harus kuat demi keluarga.
Gak lama Pak Setiawan datang. Melihat aku sedang mengepel lantai. Pak Setiap mengedipkan mata padaku. Aku hanya menunduk dan takut.
"Siapa kamu?" tanya Pak Setiawan.
"Dia pembantu baru Pih, pengganti Nur." Ucap Bu Fransiska.
"Oh, gitu? memang Nur kemana?" tanya Pak Setiawan.
"Udah gak sanggup kerja, mau jenguk orang tuanya di kampung." Ucap Bu Fransiska.
"Fisa, kamu buatkan kopi untuk suami saya yah!" minta Bu Fransiska.
"Siap Bu." Ucap Hafisa.
Oh, itu Pak Setiawan. Yang dibilang Nur, ternyata benar. Dia genit. Astaghfirullah, semoga aku gak akan jadi sasaran dia ya Allah.
"Ini kopinya Pak!" ucapku menunduk dan gak mau lihat.
"Makasih yah." Ucap Pak Setiawan.
Wow, cantik. Tapi sayang hijab. Coba kalau gak hijab, aku bisa lihat rambut dia yang indah. Bisa betah terus nih, di rumah.
"Pih, ayo minum! enak gak buatan pembantu baru itu?" tanya Bu Fransiska.
"Enak Mih. Enakan dia, dari pada buatan Nur." Ucap Pak Setiawan.
Saat aku mengepel depan kamar Iqbal, aku mendengar Iqbal sedang membanting sesuatu. Seperti habis putus cinta oleh pacarnya. Saat Iqbal membuka pintu, aku terdorong ke dalam kamar Iqbal dengan kaget.
Bersambung...
Terima kasih atas dukungan kalian semua, readersku dan teman- teman udah setia ikutin cerita Cinta Hafisa,semoga ceritanya bisa menghibur dan gak ngebosenin ya, di tunggu episode selanjutnya 🥰🥰🥰
Sambil menunggu up cerita Cinta Hafisa, mampir yuk ke cerita romantis aku lainnya gak kalah seru dan romantis banget cekidot 🥰🥰
- TA'ARUF CINTA
- CINTA GADIS BISU
- CINTA DAN DETIK TERAKHIR
- CINTA COWOK DINGIN
- DIARY ASMARA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
💕icha mUngiL IcPutsta💕 😘
sEMaNgaT ka YuLi
nExt
2020-11-03
0
ARSY ALFAZZA
fav ,boom + rate bintang ⭐⭐⭐⭐⭐🤗 saling mendukung ya Thor 😇👌
2020-11-03
0
Ig & fb : Karlina_Sulaiman
semangat kak yuli. .. on going 3 novel 👍
2020-11-02
0