Pulang dari janjian yang gagal dengan sang kekasih, Fiona justru di kejutkan dengan kemunculan Arga di sekitar asramanya. Ingin pergi dan segera kabur tapi keburu Arga melihatnya. Tak ada kesempatan untuk kabur saat itu, terpaksa Fiona menemui Arga dan berbicara empat mata dengannya.
Kelihatan canggung dan kikuk, Fiona tak tahu harus bersikap bagaimana. Ia bahkan tak berani menyapa dan menatap wajah lelaki dewasa tersebut.
"Ada waktu? Bisa kita bicara sebentar?"
Suara Arga yang berat dan khas pria dewasa langsung menusuk telinga Fiona, belum apa-apa sudah membuat jantung Fiona berdegup cepat. Antara takut, malu, bingung, semuanya jadi satu. Akhirnya kepala dan lehernya cuma bisa mengangguk saja.
"Kita ke sana!" ucap Arga kemudian jalan duluan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari gerbang utama asrama.
Fiona jalan di belakang Arga, tidak berani menatap punggung yang bidang tersebut, jalannya nunduk seperti mencari uang yang hilang di jalan.
Setelah dirasa sudah dekat mobil, barulah Fiona mau mengangkat wajahnya sedikit. Pintu mobilnya sudah terbuka dan Arga sudah duduk di dalamnya. Duduk di bagian kursi belakang.
Fiona melihat sekeliling, hanya satu dua orang yang lewat, terbilang sepi padahal biasanya lumayan ramai, dan dia cukup terkejut saat dia akan masuk dalam mobil, seorang pria keluar dari kursi kemudi. Sepertinya sopir atau asisten pribadi Arga.
Tara, sekertaris Arga juga sempat melirik ke arah Fiona. Kemudian mengangguk sekilas dan berjalan menjauh dari mobil tersebut. Kini hanya ada mereka berdua, meskipun ragu akhirnya Fiona masuk ke dalam mobil juga. Tidak lupa, dia juga menutup pintunya.
Sementara itu, dari posisi agak jauh, sang sekertaris mengamati sebentar. Lalu mengalihkan perhatian dengan memainkan ponselnya, daripada jadi obat nyamuk tidak jelas.
(Pak Arga apa ada hubungan dengan gadis itu? Apa waktu malah itu terjadi sesuatu antara mereka berdua? Tapi itu kan pacar keponakannya sendiri? Sudahlah ... Untuk apa aku memikirkan hal yang bukan urusanku... Tapi ... Aduh! Seperti tidak ada perempuan lain saja. Mengapa harus rebutan wanita dengan keponakan sendiri? Kalau pak Arga mau, tinggal pilih perempuan mana yang beliau suka ... Apa jangan-jangan pak Arga punya kelainan? Punya fantasi sendiri, usianya dengan gadis itu terpaut lumayan jauh, 10 tahun lebih .. Ampun! Untuk apa aku ikut pusing. Terserah mereka sajalah!)
Tara sang sekertaris masih saja mengoceh, sesekali dia melirik ke arah mobil. Ia perhatikan betul-betul mobil tersebut, mobil kelihatan sangat tengah, hampir tidak bergerak dan tidak ada guncangan sama sekali. Itu artinya semuanya masih aman dan normal. Hanya saja, jiwa julid nya pada sang atasan, membuat hatinya terus saja mengoceh sendiri tak jelas.
Di sisi lain, di dalam mobil hitam tersebut suasana begitu hening dan dingin. Arga berdehem sebelum mengeluarkan suara.
"Ehem!"
Arga yang berdehem, tapi Fiona yang menelan ludah. Dia merasa tak nyaman dengan suasana seperti saat ini. Inginnya menghilang saja, tapi dia tetap harus berbicara dengan pria itu.
Suasana hening kembali untuk sesaat.
"Om Arga mau ngomong apa? Kalau ingin membahas kejadian malam itu, saya harap Om mau melupakan kejadian itu. Kita anggap saja tidak terjadi sesuatu. Saya juga tidak akan menuntut apa-apa pada Om, satu lagi ... Saya juga akan putus dengan Davin. Jadi Om gak usah cari saya lagi. Saya pastikan saya tidak akan mengambil keuntungan atas apa yang terjadi malam itu."
Fiona langsung merasa lega setelah mengucapkan kalimat panjang tersebut, dia tak akan menuntut Arga, karena sejauh yang diingatnya, Fiona tahu betul bagaimana liarnya dia malam itu. Hampir tak punya muka untuk bertemu Arga lagi, karena sepanjang ingatannya yang tersisa, Fiona begitu aktif dan aktraktif. Sementara dari awal Om Arga sudah berkali-kali menolaknya. Tidak mau dicap sebagai wanita gak bener, yang mendekati Davin dan juga tidur dengan Omnya Davin, Fiona memutuskan untuk menghindar dan memutuskan hubungan dengan keluarga tersebut.
Lalu bagaimana dengan tanggapan Arga, apa dia akan menerima begitu saja keputusan Fiona? Nyatanya, pria itu hanya duduk diam, beberapa kali memejamkan mata dan memijat pelipisnya. Sampai akhirnya satu suara keluar dari bibirnya.
"Kamu yakin?"
"Hem," jawab Fiona singkat.
"Oke! Itu semua keputusan kamu. Saya hargai ... Saya tidak akan memaksakan apapun."
"Terimakasih, Om!" ucap Fiona. Cukup lega, karena om Arga menghargai keputusan Fiona kala itu.
"Kamu boleh pergi sekarang, saya tidak akan datang ke sini lagi," ucap Arga dengan wajah tenang. Meskipun isi kepalanya semrawut. Tidak menyangka atas sikap Fiona yang seolah-olah menolak pertanggung jawaban darinya. Di luar sana, banyak perempuan berlomba-lomba ingin memiliki tubuhnya, dapat pengakuan status darinya, menginginkan hartanya. Ini gadis memang tidak seperti wanita-wanita lainnya. Membuat Arga sedikit pusing. Karena sepertinya sedikit tertarik dengannya.
Tanpa sepatah katapun, Fiona beranjak dan keluar dari mobil. Arga cuma melirik lewat ekor matanya. Bibirnya ingin menahan, tapi akhirnya dia cuma diam, membiarkan Fiona pergi seperti kemauan gadis tersebut.
...----------------...
Setelah pertemuan itu, Arga memutuskan untuk melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Lelaki itu bahkan lebih dari sebulan tidak kembali ke tanah air. Ia baru memutuskan untuk balik saat mendengar kabar Fiona masuk rumah sakit.
"Cari informasi, dia mempunyai penyakit apa dan dirawat di rumah sakit mana!" titah Arga pada sang sekertaris. Padahal mereka masih dalam perjalanan dari bandara menuju apartemen.
Arga tidak sengaja tahu ketika melihat status media sosial Davin yang memposting foto buket bunga serta ucapan semoga lekas sembuh di rumah sakit. Tidak hanya gambar bunga yang diunggah, tapi ada sedikit wajah Fiona dengan tangan diinfus yang tertangkap kamera depan tersebut.
(Katanya mereka akan putus?)
Arga menatap jendela, dari dalam terlihat gedung-gedung yang mereka lewati. Dia lebih banyak diam dan tengelam dalam lamunan. Sampai tidak terasa, mobil berhenti di area parkiran khusus untuk penghuni apartemen.
Beberapa saat kemudian, Arga sudah berganti pakaian, walupun sedang bersantai di apartemen, ia masih kelihatan sangat rapi. Setelah celana dan kemeja putih, hanya tidak memakai dasi, dia duduk sambil memangku laptop, badannya di ruang apartemen, tapi pikirannya entah terbang ke mana-mana. Hingga sebuah telpon masuk dari sang sekretaris.
"Bagaimana? Sudah kamu kumpulkan informasinya?" tanya Arga tanpa basa-basi.
"Sudah, Pak. Nona Fiona sekarang sedang dirawat di rumah sakit Bhakti Husada, Ruang Tulip dengan nomor kamar 23. Lantai 7. Untuk informasi lengkap tentang sakitnya, informasi yang saya terima masih belum valid, tapi yang pasti Nona Fiona sempat tercatat melakukan konsultasi dengan dokter Sp.OG (Spesialis Obstetri dan Ginekologi) di rumah sakit tersebut," tutur Tama, sang sekertaris.
"Hallo ... Pak Arga? Apa Bapak dengar suara saya? Hallo?" Tidak ada respon, Tara kemudian menjauhkan ponselnya. Masih tersambung, tapi suara Arga tidak terdengar.
Arga sendiri meletakan ponselnya begitu saja di sebelahnya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Dien Elvina
segimanapun Fiona ingin kaboor dari om Arga gak akan bisa ..kini sdh otw calon Arga junior 😂
2025-12-02
0
SasSya
heyyyy
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆♀️
2025-12-11
1
ɴᴏᴠɪ
wih langsung jadi kayaknya neh Arga junior🤭🤭🤭
2025-12-04
0