Kabur

Fiona masih di tempat tidur, badannya terasa kaku. Ingin bergerak seperti tidak punya tenaga. Kakinya lemas, ingin turun saja dia takut. Mungkin dia ketakutan kalau sampai pria di sebelahnya terbangun.

(Aku harus pergi dari sini segera!)

Pelan-pelan Fiona menurunkan satu kakinya, sangat hati-hati, meskipun sebenarnya sebagian badannya terasa nyeri.

(Ya ampun, apa saja yang semalam kami lakukan?)

Kepalanya menggeleng keras, perlahan bayangan kejadian semalam langsung muncul di kepala. Napasnya mulai cepat, jantungnya kembali memburu.

"Fiona, apa yang ada di dalam kepalamu?" desis Fiona lirih.

Satu tangannya meraih baju, cepat-cepat dia kenakan. Hanya butuh waktu sebentar, Fiona sudah kembali berpakaian lengkap. Ingin cepat pergi dan kabur sebelum paman pacar nya bangun, Fiona langsung bergegas setelah sudah berpakaian komplit.

Keluar kamar apartemen itu, dia langsung lari kecil dan masuk ke dalam lift. Sementara itu, pria yang dia tinggalkan di kamar, perlahan membuka kedua matanya. Rupanya Arga sudah bangun, hanya pura-pura masih tidur saat melihat Fiona terbangun.

"Pergi begitu saja? Dia tak minta tanggung jawab? Cek? Uang?" gumam Arga kemudian turun dari tempat tidurnya.

Saat memakai kemejanya yang ada di atas kursi, matanya tertuju pada kain seprai putih. Ada beberapa titik noda merah, hal itu membuat Arga langsung menghela napas berat.

"Sttttt!"

Arga menyadari kalau ia adalah yang pertama. Lelaki itu kemudian meraih HP di atas nakas, berbicara sebentar di telpon kemudian duduk dengan kaki satu di angkat ke kaki yang lainnya. Tangannya memegangi kening, seolah sedang memikirkan sesuatu.

***

Di dalam taksi online

Fiona duduk dengan perasaan gelisah, apa yang terjadi semalam, harusnya tidak pernah terjadi. Tidak pernah dia berpikir akan tidur dengan om pacarnya itu.

Baru beberapa bulan kemarin, mereka bertemu di acara makan malam saat ibu Arga ulang tahun. Om Arga juga hadir, meskipun tak kenal akrab, tapi Fiona jelas segan dengan pria dewasa itu. Sosok paman yang kelihatan tegas dan berwibawa. Sangat-sangat dihormati pula oleh Davin. Kini, Fiona tak habis pikir kenapa bisa sampai tidur dengan paman Gavin?? Om pacarnya sendiri.

Merasa stres dan frustasi, Fiona menarik rambutnya, mengusap wajahnya seperti ingin menangis.

"Mbak, sudah sampai," ucap sopir taksi sambil menoleh.

Fiona terlalu sibuk dengan pikirannya yang super kacau, ia cuma mengangguk lalu turun dan berjalan tak bersemangat. Apalagi ditambah sakit sekali saat jalan, dia baru sadar, ini pasti akibat semalam itu.

"Bagaimana kalau nenek tahu masalah ini? Bisa-bisa malah stroke!"

Fiona menggeleng cepat, menghela napas panjang, menatap gerbang asrama yang ada di depannya. Beberapa mahasiswa berlalu lalang, kelihatan ceria, hanya wajah Fiona yang terlihat berat dan banyak menyimpan masalah.

***

Masuk kamar asramanya, Fiona bohong kalau kemarin habis jenguk nenek sampai tidak tidur asrama. Salah satu teman kamarnya tak bertanya terlalu dalam, karena juga ada kuliah pagi itu.

"Aku duluan ya, kamu kelihatan kusut begitu. Kalau sakit, istirahat aja. Ntar kalau aku pulang, nitip apa? Biar sekalian aku belikan nanti," kata Nita, sahabat setia Fiona. Berasal dari SMA yang sama.

"Trims, nanti aja kalau mau otw pulang. Sekarang mau tidur aja, badan aku sakit semua," kata Fiona.

"Oke, aku duluan ya."

Fiona mengangguk, setelah teman sekamarnya pergi, buru-buru dia mengunci pintunya.

Gadis itu langsung mandi, membersihkan diri. Badannya terasa perih, ia kemudian bercermin, sedikit terbelalak saat melihat merah-merah di leher, pundak, bahkan bagian depan tubuhnya.

Fiona menelan ludah, tenggorokannya langsung terasa serak. Kejadian semalam seolah diputar di matanya lagi. Sembari menggosok bagian leher yang merah-merah, ingatannya langsung balik pada kejadian malam tadi.

...****************...

Flashback

Apartemen mewah dengan fasilitas terbaik di tengah kota, jadi saksi bisu kejadian yang tidak terduga. Mungkin Fiona akan jadi wanita pertama yang bertamu di tempat tersebut, karena sebelumnya tidak ada wanita lain yang masuk ke apartemen itu.

Setelah sekretaris Arga pergi meninggalkan Fiona di apartemen Arga, Fiona jadi lepas kendali. Lebih berani dan tidak tahu sopan santun pada orang yang lebih tua darinya.

Jika sebelumnya dia berani menarik tali dasi serta jas Arga, malam itu saat dalam pengaruh obat, Fiona tanpa rasa takut naik ke pangkuan Arga yang duduk di sofa.

Setelah merebahkan tubuh Fiona di sofa, Arga memang sempat duduk sebentar untuk mengambil napas juga, sebab lumayan capek saat dia membawa Fiona dari mobil ke unit apartemennya itu.

Siapa yang menyangka, saat dia sedang mengambil napas untuk istirahat sejenak, tiba-tiba gadis muda tersebut langsung duduk di atas pangkuannya dan langsung menarik dasinya.

"Fiona ... Hentikan!" Arga menangkap tangan Fiona.

Tangan satu dipegang, masih ada satu tangan yang bebas bergerak. Fiona tanpa takut, ia mengusap pipi dan hidung Arga, kemudian melepaskan kacamata pria tersebut.

"Fio! Sadar! Kau tahu apa yang kau lakukan?" Arga menatap wajah Fiona dengan tegas.

Namun, bibir gadis itu malah mengulas senyum manis dan mulai mengatupkan kedua bibirnya. Hal itu membuat jakun Arga langsung turun. Seperti kesusahan menelan ludah.

Tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Arga langsung mengangkat tubuh Fiona, ia dudukan di sofa lagi. Kemudian dia bergegas ke kulkas, pergi ke dapur untuk mengambil minum.

Masih dengan posisi berdiri dan pintu kulkas terbuka, Arga minum langsung dari botolnya. Baru sejenak kemudian, tangan Fiona sudah sampai di punggungnya. Gadis itu juga mengusap-usap punggungnya tersebut.

"Punggung yang lebar ... Apa ini otot semuanya? Keras sekali," oceh Fiona sambil sedikit senyum-senyum tidak jelas.

Arga mendesis kesal, pria itu kemudian menutup pintu kulkas dengan kasar dan langsung menjauhi Fiona yang sepertinya sudah hilang kendali.

"Om ..."

Suara serak dan pelan itu membuat Arga reflek menoleh.

Sambil menghela napas berat, ia mengambil air dingin untuk Fiona.

"Minum ini!" titah Arga.

Anehnya, respon Fiona justru tersenyum menggoda. Gadis itu malah menggelayut manja, menempelkan kepalnya di pundak Arga.

"Fio ... Fiona!" sentak Arga.

Fiona tak merespon, malah memeluk lengan Arga dan menekan-nekan lengan yang katanya keras dan berotot tersebut.

"Ini keras sekali," gumam Fiona. Pertama hanya menekan-nekan lengan pria itu, akan tetapi, mungkin karena efek obat, tangan Fiona yang selalu santun dan sopan tersebut, kini mulai sangat berani dan liar.

Mendadak jemari yang lentik dan kecil itu menyusup masuk melalui sela-sela kancing kemeja Arga. Membuat mata Arga melotot dibuatnya.

(Astaga gadis ini)

Arga sudah mulai mengumpat lagi. Dengan keras dia menahan Fiona. Mencengkram kedua bahu gadis tersebut.

"Akan aku telepon kan dokter sekarang!" ujar Arga. Ia kemudian merogoh saku celananya, mau telepon. Namun, Fiona tiba-tiba merangsek lagi, kali ini begitu dekat dan langsung melingkarkan tangannya ke leher Arga. Tidak berhenti di situ, saat Fiona melihat jakun Arga, dengan perlahan Fiona menempelnya bibirnya tersebut. Mengecup jakun Arga, membuat pria itu diam terpaku dan menatap ke bawah.

"SII all!" desisnya saat menyadari ada yang bangkit dan bangun.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Attaya Zahro

Attaya Zahro

Kalo Fiona langsung kabur,om Arga aja yang minta pertanggung jawaban Fio karena dah memper-kosa om Arga 😅😅😅

2025-12-01

4

Erna Sulastri

Erna Sulastri

ya ampun om gmna rasanya di perkosa wanita😂😂

2025-12-02

1

Dien Elvina

Dien Elvina

ya udah om klo Fiona gak minta pertanggung jawaban dari om gimana klo om aja yg minta tanggung jawab sama dia Ken sdh merenggut keperjakaan om Arga 😅

2025-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!