Matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Namun dua gadis cantik Masih tertidur pulas dengan satu selimut yang sama menutupi tubuh mereka.
Hari ini Dewi dan Putri dapat sip siang jadi mereka bisa tidur sampai jam sepuluh siang, sedangkan Bi Darni sudah berangkat dari jam 7 pagi.
Bi Darni yang dari semalam merasa tidak enak badan kini tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan.
“Bruk,” seketika itu juga Bi Darni jatuh pingsan, beberapa orang yang melihat dan mengenali Bi Darni dengan segera membawanya pulang.
Putri yang masih terlelap di kagetkan dengan suara ketukan pintu yang begitu keras dan suara ribut di luar
Dengan segera putri bangun menuju kamar mandi membasuh wajahnya sejenak.
Dengan cepat ia berjalan keluar dan membuka pintu.
Setelah pintu di buka ia di kagetkan dengan tubuh Bi Darni yang di gotong beberapa orang.
“Bang Udin, Bibi kenapa?” tanyanya kepada mang Udin tetangga samping rumah.
setelah bibi di baringkan di sofa panjang. Putri dengan sigap mengoleskan minyak angin di bagian - bagian tubuh Bibi, Dewi yang mendengar suara ribut – ribut di luar segera bangun.
“Abang liat, Bi Darni sudah pingsan di pinggir jalan Neng,” jawab bang Udin, sebagian orang sudah keluar kini tinggal Bang Udin sendiri.
Dewi yang sudah membersihkan wajahnya segera melihat, berjalan menghampiri Putri yang sedang berlutut di kaki Bi Darni sambil membalurkan minyak angin.
“Bibi kenapa Put?” kecemasan tergambar di wajah Dewi.
“gue juga enggak tau, kata Bang Udin, Bibi pingsan di jalan.”
“Bawa ke dokter aja Put.” Saran dewi.
“Tapi Wi.”
Dewi menatap lekat wajah sahabatnya itu.
“Kita akan cari sama – sama, sekarang yang terpenting kesehatan Bibi,” ucap Dewi yang tau jelas kekhawatiran Putri masalah biaya.
Dengan di bantu Bang Udin Bibi di bawa masuk ke dalam mobil yang sudah di pesan dewi melalui aplikasi Online menuju rumah sakit terdekat, setibanya di sana Bibi langsung di bawa ke ruangan dengan segera di tangani dokter.
“gue takut Bibi kenapa napa,” lirih Putri.
“gue yakin Bibi akan baik - baik aja,” ucap Dewi meyakinkan Putri padahal dalam hatinya merasakan hal yang sama.
“elu jaga di sini, gue mau ke ATM bentar,” Putri hendak melangkah dengan cepat Dewi melarangnya.
“kita tunggu Bibi sadar dulu,” Putri pun mengangguk dua wanita itu duduk menunggu dokter keluar dengan pikiran yang cemas.
“Neng, Putri, Abang pulang terlebih dahulu, bila butuh bantuan hubungi aja Abang langsung, kamu punya nomor Abang kan?”
Putri mengangguk. Makasih atas bantuannya Bang.’’
“Tidak perlu seperti itu, kita ini tetangga, sudah seharusnya saling membantu.”
Pintu ruangan terbuka seseorang muncul dari dalam sana, dengan cepat Putri dan Dewi menghampirinya.
“Bagai mana ke adaan Bibi Dok?” tanya Putri dengan raut wajah yang begitu cemas.
“Bibi anda terkena gejala tipus, sepertinya beliau sangat kelelahan, penyakit tipus berawal dari terlalu ke lelah, ”ucap Dokter menjelaskan.
“Apa sudah boleh masuk Dok?” tanya Dewi.
Dokter itu pun mengangguk dengan segera Putri dan Dewi masuk ke ruangan di mana ada Bibi yang sedang berbaring lemah, sedangkan bang Udin sudah kembali kerumanya.
Bi Darni yang sudah sadar dari pingsannya ingin segera bangun dan duduk dengan segera Putri membantunya.
“Put, Bibi sakit apa?”
“Bibi terlalu lelah. Mulai sekarang Bibi tidak usah bekerja lagi.”
“Mana mungkin Bibi berhenti.”
“Kenapa Tidak mungkin Bi?” tanya Dewi dengan wajah yang bingung.
“Karna sudah tanda tangan surat perjanjian.” Putri mengerutkan alisnya.” perjanjian!”
“Aneh sekali hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga aja pake surat perjanjian segala,” celetuk Dewi.
“Isi surat itu, Bila sudah Bekerja tidak boleh mengundurkan diri sebelum masa kontraknya abis,” Bibi menjelaskan semuanya ke pada Putri tentang ia bekerja dan berapa bayaran yang di terima setiap bulan nya dan apa yang harus ia terima bila melanggar perjanjian tersebut.
“What! Bibi digaji sebulan 10 juta, kalau gitu si gue juga mau,” celetuk Dewi.
“Emang elo mau jadi babu bertahun-tahun,” geram putri. Dewi menggeleng dengan cepat.
“Bibi istirahat biar cepat sembuh, tidak usah memikirkan pekerjaan,” ucap Putri menarik selimut menutupi tubuh Bibi.
Dengan cepat wanita setengah baya tersebut sudah terlelap. Putri menghampiri Dewi yang sedang duduk di sofa.
“Wi, gue minta tolong, sampaikan ke Mba Gina, gue ijin cuti 2 minggu,” Dewi mengerutkan alisnya.
“elo mau ke mana?”
“selama Bibi sakit, gue yang akan menggantikannya kerja.”
“What! Jadi babu serius loh?” sentak Dewi yang terkejut.
“Menurut loh!”
“ini si gila.” Seloroh Dewi.
“Yang terpenting saat ini bagi gue kesehatan Bibi, gue enggak punya Siapa-siapa lagi selain dia, gue gak mau terjadi apa-apa sama dirinya,” seloroh Putri seraya menyandarkan tubuhnya.” Lagi pula menjadi babu bukan hal yang memalukan bagi gue,” sambungnya lagi.
“terserah loe aja gue mendukung apapun yang menjadi keputusan loe.”
“Loe memang yang terbaik,” ucap Putri seraya memeluk Dewi. Wanita itu hanya memutar bola matanya malas.
Jam berdetak dengan sangat cepat membuat Dewi mau tidak mau meninggalkan Putri. kalau saja ia tidak membutuhkan pekerjaan ia lebih memilih menemani sahabatnya. Sebelum pergi ke Cafe, Dewi menuju rumah Putri terlebih dahulu mengambil sepeda motornya.
Semalem setelah mengantar Putri pulang ia memutuskan nginap di rumah Putri karna sudah terlalu larut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ernawati
lanjut
2024-08-05
0
Novianti Ratnasari
nanti majikan nya terpesona.
2022-10-12
0
Erni Fatimah
putri semangat ga pp jadi babu juga,babu elegan gaji puluhan juta saya juga mau
2022-10-12
0