5. bukan tipe Sea

Sea sampai begidik ngeri. Melihat tampilan mereka tak layak masuk kategori impiannya, satu persatu ia lihat dan semuanya memberi tanda silang di mata Sea.

"Gak mau nih? " Ia tatap sang adik, seraya bertanya-tanya.

"Ogah, " Melemparkan bunga itu pada Sky.

Sky terkejut dan hampir menjatuhkan bunga itu, adiknya ini kenapa sulit sekali di dekati, apa jangan-jangan sudah ada laki-laki idaman lain, oh tidakkkk Sky harus waspada dan cek siapa kira-kira.

Delane diam-diam tersenyum mendengarnya, dua saudara sejak dalam kandungan itu selalu bertengkar, entah masalah kecil maupun masalah percintaan yang jelas-jelas masih sama-sama jomblo. Eits bukan sama-sama jomblo tapi yang laki udah ada incarannya yang perempuan otw nih ada pawangnya, galak plus bucin akut.

Gea menangkap semburat senyum itu.

"Delane."

"Iya mom, " Menoleh dan menatap Gea.

"Bisa belikan air kelapa lagi Delane? "

Mengangguk. "Bisa mom, "

Sea berjalan sambil menggerutu, kenapa ada makluk seperti itu yang memberikannya seikat bunga, apa gak ada yang bening sesuai dengan kriteria nya. Tampan, kaya, pejuang keras dan yang paling penting sayang serta cinta nya banyak-banyak untuk dirinya gak terbagi gitu maunya.

"Ada apa sih dengan anak gadis mommy ini, kenapa hem? Coba cerita ke mommy. " Menatap Sea dengan tatapan penasaran.

Siapa kah gerangannya yang mengganggu permata hatinya, apakah laki-laki itu tampan dan sesuai tipenya, maklum saja setiap hati punya tipe masing-masing kan.

"Itu tuh, gara-gara kak Sky. Masa iya sih mom, ngenalin Sea ke orang-orang itu, belum lagi gak ada yang sesuai tipe Sea lagi mom, " Kesal.

Gea mengusap surai rambutnya.

"Nak, Sky kakakmu itu hanya bercanda. Kenapa sampai kamu marah begini, jangan marah ya. "

"Mommyyyy, kenapaa sih mom harus ngalah terus ke kakak dan harus menerima setiap candaan nya, aku gak suka mom, apalagi sampai ngeledek yang bukan-bukan, di suruh dekat dengan ini lah itu lah, biar pintar katanya. Mana ada hal begituan jadi pintar, pacaran ya pacaran aja gak ada loh sejarahnya jadi pintar, "

"Ada nak, kamu tak percaya? "

Sea menggeleng.

"Lihat Sky, sejak dia punya kekasih jadi terpacu cara belajarnya. Bahkan dia bisa mempertahankan prestasinya di kelas, "

"Tuh kan mommy, belain kakak lagi. Gak suka deh. " Memalingkan wajahnya.

Justru Gea tersenyum.

"Tidak belain, cuma bicara kenyataan nak, "

"Terserah mommy, aku do'ain kakak putus dan mogok gak mau belajar lagi. " Kesal.

Hap.

Sky yang mendengar langsung menutup mulut adiknya yang tanpa filter ini, sekali mengeluh sampai ujung dunia di bahas, sumpah Sea sudah melakukan hal ini sejak dalam kandungan.

"Mulut, dijaga ya. Awas aja do'ain kakak yang enggak-enggak. "

Menghempaskan tangan sky dari mulutnya.

"Putus, putus, putus, patah hati. Aaamiin doa orang teraniaya terkabulkan, aamiin. " Lebih kencang lagi.

"Kam--" Sambil menujuk kesal pada Sea, justru Sea sengaja menjulurkan lidahnya tau ada yang membelanya.

"Sky, jangan coba-coba berani menggangu adikmu lagi. " Brian memperingatkan.

Sky tak berkutik jika menyangkut hal ini, memang ya Sea ini permata hatinya tapi dirinya juga penting.

"Daddy sih, terlalu memanjakannya. "

Brian merangkul pundak putranya.

"Bukan begitu son, kita sebagai laki-laki ya harus bisa menjaga wanita apalagi itu adik atau kakakmu sendiri. Dan yang paling penting son, ibu yang sudah melahirkan kamu, " Menasehati.

Sky mengangguk, harus banyak-banyak belajar ini dari daddynya.

"Good job daddy, thankyou dad. " Ia membalas pelukan sang daddy.

Dari kejauhan ada seorang yang meratapi nasibnya, lahir bukan dari tengah-tengah keluarga cemara tanpa ada obrolan meski mereka telah meluangkan waktu untuk menyayangi dirinya tapi tetap saja rasa iri itu hadir sebagai seorang anak dari anak orang lain.

Brian bergantian meraih putrinya yang terlihat semakin tinggi saja tubuhnya.

"Sea, perasaan dulu daddy masih mengganti popokmu. Kenapa sekarang setinggi ini, bahkan lebih tinggi dari mommy. " Menatap kagum.

Demi menyembunyikan kecantikan putrinya ia rela merogoh uang tak sedikit untuk merubah tampilan Sea, padahal Sea terlahir sangat cantik bahkan siapapun yang melihatnya akan tau bahwa Sea ini putri keluarga Satuan.

"Daddy, gak tinggi kok. Cuma tulangnya aja. "

"Iya cuma tulangnya doang, otaknya enggak. Buntu mulu, " Ledek Sky.

Sky ini suka sekali membuat Sea marah dan berakhir teriakan sang adik yang menggema.

"Mom lihatlah, kakak begitu menganggapku buruk. "

"Sky, " Satu panggilan nama berhasil membuat Sky terdiam.

"Enggak mom, sumpah. " Ia berjanji tidak mengulanginya untuk sekarang.

Delane kembali dan ia menata lagi ekspresi wajahnya, supaya keluarga cemara itu tidak khawatir dengan keadaan dirinya, tak mungkin ia merusak suasana yang begitu hangat bukan.

"Mom, ini. " Membawa 2 buah kelapa.

"Trims Delane,"

"Yes mom. "

"Terimakasih ya, " Brian mengucapkannya setelah menerima kelapa tersebut.

Delane menangguk.

Terkadang ia iri dengan apa yang ia lihat, kedua kakak beradik ini selalu punya topik untuk hal-hal yang tak perlu di bahas jadi bahan bercandaan yang selalu mewarnai hidupnya, tidak seperti dirinya suram dan selalu berpura-pura bahagia padahal ya memang bahagia namun berselimut kesedihan yang mendalam yang ia pendam sendirian.

Gea awalnya curiga dan sempat bertanya-tanya namun Delane selalu punya seribu cara untuk berkilah seolah-olah ya gak ada apa-apa.

"Delane, ada apa? " Sebagai seorang ibu instingnya sangat kuat terhadap anak-anak nya, mereka telah dirawat hampir bersamaan jadi tau saat ada apa dengan mereka.

"Tidak mom, hanya memikirkan kedepannya gimana kalau Delane berangkat ke Harvard. " Menerawang kedepan.

Sea dan Sky spontan langsung menoleh mendengar kata-kata Harvard. oh sungguh malang nasib keduanya yang tak tau apa-apa tentang hal ini, saudara sejak lahir bukan sih.

"Kakak mau berangkat ke Harvard? Kapan? Kenapa Sky tidak tau apa-apa tentang hal ini. " Tak suka ketika dirinya mengetahui hal sebesar ini di akhir-akhir cerita.

Dirinya ini bukan orang luar loh, tentu saja tak terima keberadaannya diabaikan begini.

"Tenang Sky, bulan depan kok berangkatnya masih lama. Tenang oke brothers, "

Bragh.

"Gimana mau tenang, kak. Kakak mau berangkat ke sana, sedangkan aku baru tau detik ini di tempat ini. Bagaimana aku bisa tenang, disana itu luar negara kak dan keadaan disana tak sama seperti di tanah air kak. " Seperti paham betul dunia luar negara, padahal jelajah kesemua negara belum semuanya, hanya beberapa karena capek kalau pulang pergi ke banyak negara.

Padahal belum juga menikmati hidup disana, paling-paling cuma wisata saja gak lebih dari itu.

"Tau, maka dari itu. Kakak akan jaga diri baik-baik di sana, " Delane begitu percaya diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!